Kendala Penyelesaian Konflik PROSIDING KNHTN 3
1083 Selain itu, kedewasaaan para elite partai dalam menyelesaikan konflik internal
partainya juga diperlukan agar permasalahan politik tidak melibatkan lembaga negara lain eksekutif maupun peradilan yudikatif untuk turut campur
menyelesaikan perselisihan internal yang berkaitan dengan konflik kepentingan antar elite partai. Dalam konflik internal Partai jika ditelaah yang dipermasalahakan
dalam Partai Golkar yaitu hanya keberpihakan terhadap capres-cawapres di Pemilu 2014 dan perbedaan penafsiran pelaksanaan pengambilan keputusan tertinggi dari
ADART dan Munas Riau. Konfilk yang terjadi lebih kepada keegoisan masing-masing pihak untuk berebut kekuasaan dalam Partai Golkar. Perebutan kekuasaan selalu erat
hubungan dengan konflik politik, dan konflik internal yang melanda Partai Golkar telah menimbulkan dualisme kepengurusan Partai Golkar. Dalam hal ini kedua kubu
yang bertikai haruslah bersikap arif dan berjiwa besar dalam menerima segala keputusan dan menyelesaikan maslah yang terjadi. Sebenarnya jika kedua belah
pihak dapat bersikap arif dan berjiwab besar, maka perselisihan diantara merkea dapat terselesaikan dan Munas Bersama bisa segara dilaksanakan.
Begitu pula dengan PPP, apabila masing-masing pihak mau untuk berekonsiliasi, meskipun Kubu Romaharmoziy yang sudah mendapat pengakuan dan pengesahan
dari Menkumham tetapi gagal mendapat pengakuan dari MA karena Putusan MA malah memenangkan Kubu Djan Faridz, demi kepentingan bersama dan
keberlangsungan partai seharusnya salah satu pihak harus mengalah untuk bergabung ke pihak lainnya dan bukannya malah tetap pada pendirian masing-
masing. Penyelesaian konflik internal partai politik secara hukum tidak menjamin terseleesaikan secara politik. Sehingga salah satu pilihan bagi Golkar maupun PPP
adalah melakukan rekonsiliasi diluar pengadilan dengan cara mengembalikan partai pada status quo dalam arti legalitasnya didasarkan atas hasil Munas atau Muktama
terakhir sebelum konflik. Dengan demikian pihak-pihak yang bertikai bisa berkedudukan setara dalam menyelesaikan perbedaan diantara mereka. Singkatnya
diperlukan sikap kenegarawan diantar pimpinan kubu-kubu pihak yang berikai untuk memaksimalkan persamaan diantara mereka. Jika tidak, bagaimana bisa masyarakat
percaya bahwa para politisi yangb ertikai dapat mengurus negara jika konflik internal sendiri tidak sanggup diselesaikan.
340