Penutup Problem Penyelesaian konflik Internal Gokar dan PPP
1190 konflik internal parpol baru dapat diajukan ke pengadilan negeri. Ketiga, jika
pengadilan sudah menetapkan putusan yang bersifat tetap dan mengikat, maka di tahapan inilah secara administratif pemerintah berperan dalam hal
pendaftaran kepengurusan parpol yang sah. Keempat, problem penyelesaian konflik internal parpol biasanya disebabkan oleh kurang matangnya para elit
politik dalam membuat konsensus dan belum adanya mekanisme yang jelas dan detail terkait penyelesaian konflik internal parpol.
Makalah ini merekomendasikan, pertama, agar ADART parpol di Indonesia perlu mengatur secara lebih detail mekanisme penyelesaian konflik
parpol agar konflik yang ada tidak berkepanjangan dan justru merugikan parpol itu sendiri. Kedua, pemerintahan harus menahan diri secara politik untuk
campur tangan dalam konflik internal parpol.
1191
DAFTAR PUSTAKA A, Jack. 2004. Goldstone and Jay Ulfder, How to Construct Stable Democracy, The
Washington Quaterly. Asshiddiqie, Jimly. 2006. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan
Mahkamah Konstitusi. Jakarta : Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.
Budiardjo, Miriam. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
H. Anto Djawamaku, 2005. Percehan Partai Politik, Pmberantasan Korupsi dan Berbagai Masalah Politik Lainnya, dalam Jurnal Analisis CSIS: Peran
Masyarakat dan Demokrasi Lokal, Jakarta, Vol. 34, No.2. Held, David. 2007. Models of Democracy. Edisi Ketiga, Edisi Bahasa Indonesia,
translated by Akbar Tandjung Institute. Linz, Juan and Alfred Stepan, 1996. Problems of Democratic Transition and
Consolidation: Southern Europe, South Africa and Post-Communist Europe, Johns Hopkins University Press.
Schedler, Andreas, . Measuring Democratic Consolidation , Studies in
Comparative International Development, Vol 36, Issue 1. Sjamsuddin, Nazaruddin, Zulkifli Hamid, dan Toto Pribadi, Sistem Politik Indonesia,
Karunika Jakarta, Universitas Terbuka 1988. Weingast, Barry R. 1997. The Political Foundations of Democracy and the Rule of Law,
The American Political Science Review, Vol. 91, No. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Partai Persatuan Pembangunan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Golkar Peran dan Fungsi Mahkamah Partai Politik Dalam Menyelesaikan Konflik Internal
Partai menurut UU No 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, digilib.uinsby.ac.id.
https:syamsuddinharis.wordpress.commengelola-konflik-partai-politik http:septa51.web.unej.ac.idkonflik-internal-partai-golkar
http:nasional.kompas.comKonflik.Internal.sebagai.Ujian.Soliditas.Golkar http:nasional.kompas.comPertempuran.Jelang.Pemilihan.Golkar-1
http:www.pejabatpublik.comwpkronologi-panjang-dualisme-golkar-kapan selesai
http:www.politik.lipi.go.idkolomkolom-2politik-nasional1052-kemungkinkan- islah-ppp
1192
1193
SOLIDITAS PARTAI KEBANGKITAN BAN GSA PASCA KONFLIK INTERNAL TAHUN 2008
THE SOLIDITY OF PARTAI KEBANGKITAN BANGSA POST INTERNAL CONFLICT IN 2008
Esty Ekawati Pusat Penelitian Politik LIPI
Jl. Jend. Gatot Subroto, No.10, Jakarta esty1watigmail.com
ABSTRACT
The solidity of political party occurred if it could manage the internal problems to avoid from fragmentation. National Awakening Party PKB, one of the party that
born at reform era. In the first decade of political journey, PKB run into triche of internal conflict that led to fragmentation. This article discussing about the
solidity of National Awakening Party post-internal conflict in 2008 with qualitative method used literature review process and interview. For this, PKB
built politic al communication with the kiai khos that they had left PKB since the internal conflict occurred. Beside that, PKB als o built
“kiai kampung forum to accumulate constituen
’s ballot cause the k iai has an extensive network as a vote getter. The result indicated that since 2009 election, PKB made restructurization
and party institutionalization to build solidity. Finally, PKB got the significant increase ballot at the 2014 election
Keywords: PKB, fragmentation, internal conflict part y’, solidity, kiai
ABSTRAK
Soliditas partai politik dapat terjadi jika parpol mampu mengelola masalah internalnya sendiri sehingga dapat terhindar dari perpecahan. Partai
Kebangkitan Bangsa PKB merupakan salah satu partai yang lahir di era reformasi dan dalam perjalanan sepuluh tahun pertama mengalami tiga kali
konflik in ternal yang berujung dengan perpecahan. Artikel ini membahas soliditas PKB pasca konflik tahun 2008 dengan menggunakan metode kualitatif
berdasarkan studi literature dan hasil interview. Demi membangun soliditas, PKB berupaya membangun komunikasi politik dan silaturahmi dengan para kiai
yang pernah meninggalkan PKB akibat konflik internal. PKB juga membentuk forum kiai kampung yang bertujuan menjaring suara dari masyarakat karena
kiai merupakan vote getter potensial dan memiliki jaringan yang luas di masyarakat. Hasilnya dapat dikatakan bahwa pasca pemilu 2009, PKB
melakukan upaya pembenahan struktural dan pelembagaan partai demi mewujudkan soliditas partai. Dan akhirnya, PKB mampu memper oleh
peningkatan suara yang signifikan dalam Pemilu 2014.
Kata Kunci: PKB, perpecahan, konflik internal partai, soliditas, kiai
1194
PENDAHULUAN
Demokratisasi politik di Indonesia terbuka sejak reformasi bergulir setelah 32 tahun dikekang oleh rezim Orde Baru. Langkah awal demokratisasi dila kukan
pemerintahan Habibie dengan menyusun UU paket politik yang salah satunya adalah Undang-undang tentang Partai Politik. Undang-undang ini memberikan kebebasan bagi
warga negara untuk mendirikan partai politik, suatu orga nisasi yang selama Orde Baru dimandulkan fungsi dan posisinya.
Partai politik merupakan salah satu instrumen demokrasi. seperti yang diungkapkan oleh Schattschneider bahwa Partai politik mencip takan demokrasi dan
demokrasi modern tidak bisa dilepaskan da ri partai.
1
Linz dan Stepan juga menyatakan bahwa perkembangan partai politik merupakan bagian dari perkembangan political
society untuk mengontrol kekuasaan Negara dan aparatus politiknya.
2
Akan tetapi, dalam menjalankan fungsinya, tidak sedikit parpol mengalami konflik internal. Hal ini
dikarenakan ada banyak kepentingan bermain di sana. Bahkan, adanya perbedaan kepentingan di internal partai kerap menyebabkan fragmentasiperpecahan yang
berujung pada pembentukan partai baru oleh pihak yang kecewa.
Sejumlah partai yang mengalami konflik internal pasca Pemilu 1999 dan berujung pada pembentukan partai baru misalnya: Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan PDIP terpecah dan terbentuk partai baru yaitu Partai Nasional Benteng Kemerdekaan PNBK dan Partai D emokrasi Pembaruan PDP. Sejumlah kader Golkar
yang kecewa juga keluar dari Golkar dan membentuk partai baru seperti Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia PKPI, Partai Karya Peduli Bangsa PKPB, Partai
Hati Nurani Rakyat Hanura, Partai Gerindra dan yang terakhir adalah Partai Nasdem.
3
Perpecahan juga terjadi di partai-partai Islam seperti yang terjadi di PKB. Partai Kebangkitan Nasional Ulama PKN U merupakan partai yang didirikan oleh kiai -kiai
yang keluar dari PKB akibat konflik internal. Perpecah an di PAN juga melahirkan Partai Matahari Bangsa PMB. Bahkan PPP yang notabene adalah partai lama juga terpecah
dan melahirkan Partai Persatuan PP dan Partai Bintang Reformasi PBR. Beragam alasan menjadi pemicu perpecahan tersebut, dari alasan ideolo gi, pembagian kursi
yang tidak merata, kekalahan di konvensi, hingga persoalan kepemimpinan partai. Konflik internal partai merupakan kondisi yang wajar di alam demokrasi. Namun,
konflik yang tidak mampu menghasilkan konsensus justru dapat berujung pada perpecahan dan memunculkan partai-partai baru.
Konflik terjadi ketika ada benturan kepentingan, di mana jika ada pihak yang merasa diperlakukan tidak adil atau manakala pihak berperilaku menyentuh titik
kemarahan pihak lain. Maswad i Rauf berpendapat bahwa konflik politik mempunyai konotasi politik yakni mempunyai keterikatan dengan negara, pemerintah, para
1
Cross P. William Katz S. Rich ard, The Challenges of In tra-Party Dem ocracy United Kingdom: O xford University Press, 2013 , doi:1 0.10 07s 133 98 -01 4- 017 3-7.2. hal.1
2
Juan J. Linz an d Alfred Step an, Problems of Democratic Transition and Consolidation : So uthern Eu rop e, Sou th Am erica, and Post -Comm unist Eu rop e, in Prob lems of Democra tic Tra nsition and Consol
idation: Southe rn Eu rope, South A merica, and Post- Communist Europe, 1 996, 38
–54, d oi:1 0.230 7200 47 958.
3
Firman No or, Pe rpecahan Da n Soliditas P ar tai Isla m Di Indonesia: Kas us PKB Dan PK S Di De kade A wal Reformasi Jak arta: LI PI Press, 2015. H al.4
1195
pejabat politikpemerintah dan kebijakan.
4
Manakala resolusi konflik tidak diupayakan maka keutuhan demokrasi dipertaruhkan.
Partai Kebangkitan Bangsa merupakan salah satu partai yang lahir di era Reformasi. Partai ini lahir berdasarkan inisiasi dari tokoh -tokoh organisasi keagamaan
Islam besar di Indonesia yaitu Nahdhatul Ulama. Pada pemilu 1999, PKB memperoleh suara yang cukup signifikan yaitu lebih dari 12 persen. Hasil ini menjadikan PKB
memiliki posisi tawar yang diperhitungkan dalam pencalonan Abdurrahman Wahid Gus Dur sebagai Calon Presiden yang dipilih oleh MPR tahun 1999. Dalam
perjalanannya, langkah politik PKB untuk menjadi partai yang dipe rhitungkan nampaknya penuh dinamika. Konflik internal partai menjadi jalan terjal yang harus
dilalui PKB selama dekade pertama.
Data menunjukkan bahwa PKB mengalami setida knya tiga ka li konflik internal yang berdampak pada penurunan suara dari pemilu ke pemilu. Konflik internal
pertama terjadi pada tahun 2001 antara Gus Dur dan Matori Abdul Jalil. Konflik kedua terjadi pasca pemilu 2004 antara Gus Dur dan Alwi Shihab yang akhirnya melahirkan
partai baru yaitu PKNU. Konflik ketiga terjadi cukup memanas antara Gus Dur dan Muhaimin Iskandar tahun 2008 yang kemudian berdampak pada terbentuknya dua
kubu PKB dan berimbas pada penurunan perolehan suara PKB yang cukup drastis pada pemilu 2009. Berdasarkan data KPU, perolehan suara PKB 2004 sebesar 10,61
11.989.564 sedangkan pada Pemilu 2009 prosentase perolehan suara PKB menjadi 4,95 5.146.122.
Pembahasan mengenai PKB sudah cukup banyak dikaji. Seperti yang dilakukan oleh Firman Noor 2015 yang melihat tingkat perpecahan dan soliditas PKB dari
empat dimensi yang terkait dengan pelembagaan yaitu; 1 pengambilan kebija kan atas dasar aturan main yang berlaku, 2 kaderisasi, 3 mekanisme resolusi konflik, 4
ideologi atau kesamaan nilai. Kamarudin 2008, menguraikan penyebab konflik internal PKB yaitu; pertama, ketokohan Gusdur sebagai Ketua Dewan Syuro PKB yang
memberikan kekuasan besar kepada Dewan Syuro dalam menentukan arah dan kebijakan partai. Sebab kedua, tiadanya kompromi antar pihak yang bertikai. Ketiga,
ketidakma mpuan memecahkan masalah internal secar a independen melalui pengadilan, dan keempat kegagalan islah untuk mengatasi konflik internal partai.
Ichwan Arifin 2008 juga membahas mengenai posisi K iai N U dalam konflik internal di PKB. Kajian Pusat Penelitian Politik LIPI 2008
5
menguraikan pelembagaan partai politik pasca Orde Baru yang salah satu bab -nya membahas mengenai
pelembagaan PKB. Berdasarkan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa PKB merupakan partai yang mengalami masalah serius dalam pele mbagaan. Namun, kajian
tersebut tidak menguraikan perpecahan yang terjadi sebagai dampak dari lemahnya pelembagaan partai.
4
Maswadi R auf, Konsensus Politi k Sebuah Pemjajaga n Teori tis Jakarta: Direk torat J en deral Pen didiakn Tinggi Departemen Pen didikan N asional, 20 01. H al.19
5
Lili Romli, ed., Pelembagaan Pa rtai Poli tik Pasca O rde Baru Jak arta: LI PI Press, 20 08.
1196
Kajian-kajian yang membahas mengenai PKB sudah banyak dilakukan, baik dalam hal pelembagaan partai, konflik internal maupun relasi antara Kiai dan PKB
tersebut. Akan tetapi, kajian tersebut dilakukan dalam rentang waktu dekade awal PKB berdiri. Artikel ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya karena
penulis membahas mengenai soliditas PKB pasca konflik ketiga tahun 2008 di mana PKB mampu mengatasi konflik internal dan berupaya membangun soliditas partai.
Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji: Bagaimana upaya Partai Kebangkitan Bangsa PKB dalam membangun soliditas partai pasca konflik internal tahun
2008?.
Kajian ini menjadi penting untuk diangkat supay a ke depannya partai, khususnya PKB dapat lebih menjaga soliditas in ternal dengan tidak lupa membangun
komunikasi politik yang baik dengan para kader dan konstituennya. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualita tif melalu i studi literatur dan
wawancara. Data dikumpulkan dari berbagai sumber tertulis dan informasi yang ada, baik itu buku, jurnal, hasil kutipan wawancara di media, dan artikel dari media massa
maupun internet sebagai bahan referensi untuk penulisan.
Kerangka pemikiran
Partai politik merupakan pilar demokrasi. Di ranah demokrasi, rakyat dapat bergabung menjadi kader partai maupun menjadi rakyat yang menyuarakan
aspirasinya melalui para wakilnya. Partai politik didefinis kan Neuman sebagai organisasi artikulatif yang terdir i dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam
masyarakat yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya untuk menguasai kekuasaan pemerintah dan bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat dengan beberapa
kelompok lain yang mempunyai pandangan berbeda.
6
Sedangkan menurut Giovanni Sartori, partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum
dan melalui pemilihan umum tersebut partai politik dapat menempatkan calon - calonnya untuk mengisi jabatan-jabatan publik.
7
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka penulis mendefinisikan partai politik sebagai suatu kelompok politik yang
mengikuti pemilihan umum untuk mendapatkan jabatan -jabatan politik.
Membahas partai politik tentu tidak terlepas dari pembahasan mengenai pelembagaan Institutionalization. Proses pelembagaan parpol salah satunya
dipengaruhi oleh soliditas partai. Samuel Hunting ton mendefinisikan pelembagaan sebagai
“ the process by whic h organizations and procedures acquire value and stability .
8
Huntington mengidentifikasi empat d ime nsi dari Institusionalisasi yaitu: 1 Adaptability kemampuan beradaptasi berkaitan dengan umur partai termasuk
kemampuan untuk bertahan dalam sebuah sistem politik, baik menjadi wa kil rakyat, menjadi oposisi maupun bagian dari pemerintahan. 2 complexity kompleksitas
berkaitan dengan keberadaan sub -unit organisasi dan hubungan diadalamnya. 3 Autonomy otonomi merujuk pada tingkat perbedaan dari kelompok sosial lainnya
6
Miriam Budiard jo, Dasa r- Dasar I lmu Poli tik J akarta: G ram edi a, 200 8. Hal.40 4
7
Giovanni Sartori, Pa rties and Pa r ty Sys te ms: A Fra me wor k for Analysis UK : ECPR Press, 200 5. Hal.57
8
V. Rand all and L. Svasand, Party Ins titu tionalization in N ew Democ racies, Pa rty Politics 8, no. 1 200 2: 5
–29, doi:10.1 177 1 35 406 880 20 080 01 001. H al.10
dan pola tingkah laku. 4 coherence koherensi, merujuk pada tingkat konsensus internal partai, termasuk kemampuan untuk menyelesaikan persoalan internal partai.
9
Angelo Panebianco mendefinisikan pelembagaaninstitusionalisasi adalah cara bagaimana organisasi menciptakan soliditas the way the organization solidifies.
Sedangkan Randall dan Svasand sendiri mendefiniskan pelembagaan sebagai “the
process by whic h the party becom es establis h in term both of their integrated patterns of behaviors and of attitudes or culture .
10
Salah satu aspek yang menjadi indikator pelembagaaninstitusionalisasi partai adalah solid itas partai atau koherensi. Oleh
sebab itu, penulis menggunakan soliditas untuk me lihat bagaimana institusionalisasi partai berjalan, bukan untuk menilai baik buruknya institusionalisasi sebuah partai
berdasarkan indikator soliditas.
Soliditas atau juga bisa disebut koherensi dalam tulisan ini didefinisikan sebagai kemampuan mempertahankan keberadaan dan keutuhan. Soliditas partai sebagai
sebuah sistem dikaitkan dengan kapasitas atau kemampuan sebuah partai untuk menyatukan dan mempertahankan seluruh sub-sistem di dalam partai politik yang
memastikan bahwa seluruh unsur bekerja bersama untuk mencapai tujuan.
11
Dari definisi Huntington dan Noor mengenai soliditas atau koherensi, penulis
mendefinisikan soliditas sebagai kemampuan partai untuk menyelesaikan persoalan internal dan mempertahankan keutuhan partai.
Artikel ini memilih aspek soliditas a tau koherensi didasarkan pada kondisi PKB yang mengalami tiga kali konflik internal yaitu pada tahun 2001, 2005 dan 2008 yang
berakibat pada penurunan perolehan suara hasil pemilu. Akan tetapi, pasca konflik internal tahun 2008, PKB nampaknya berbenah dan berupaya membangun soliditas
internal partai.
PEMBAHASAN
Kebebasan masyarakat berpartisipasi dalam kehidupan politik menjadi salah satu agenda reformasi. Pemilu 1999 diiku ti oleh 48 partai politik dengan berbagai
ideologi dan platform, termasuk partai-partai politik yang mengusung ideologi maupun simbol-simbol Islam. PKB adalah salah satu partai Islam yang dideklarasikan oleh
tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama NU yang iku t dalam Pemilu pasca reformasi. Meski ideologi PKB bukanlah Islam melainkan Pancasila, namun PKB bisa dikatakan sebagai
partai Islam karena masih menggunakan simbol-simbol Islam dan menggantungkan dukungan dari basis massa Islam yaitu NU.
Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa PKB
Pasca reformasi, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU sebagai organisasi sosial keagamaan Islam mendapat usulan dari warga NU di seluruh pelosok tanah air
untuk mendirikan partai. Banyaknya masukan dan tu ntutan pendirian partai dari kaum
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Noor, Perpecaha n Dan Soliditas Pa rtai Is lam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS Di De kade Awa l Reformasi. Hal.25
Nahdliyin tersebut, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini dikarenakan NU terbatasi oleh hasil muktamar NU ke-27 di S itubondo tahun 1984 yang menetapkan
bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan praktis. Menanggapi atusiasme warga Nahdliyin di daerah, PBNU
kemudian mengadakan rapat harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi t ugas
untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima tersebut diketuai oleh KH.Ma
’ruf Amin dengan anggota; KH.M. Dawam Anwar, Dr. KH. Said Aqil S iradj, MA, H M. Rozy Mun ir,
SE, M.Sc, dan Ahmad Bagdja.
12
Berdasarkan rapat Tim Lima maka dide klarasikanlah parpol ya ng diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa PKB yang diharapkan dapat menampung aspirasi warga
NU pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Deklarasi ini dila kukan pada tanggal 23 Juli 1998 di kediaman KH. Abdurrahman Wahid di Ciganjur Jakarta
Selatan. Deklaratornya terdiri dari tokoh -tokoh kunci dalam struktur PBNU yaitu: KH.Ilyas Rukhia t Tasikma laya, KH.Munasir A li Mojokerto, KH Mustofa Bisri
Rembang, K.H Muchit Muzadi Jember dan KH. Abdurrahman Wahid Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU.
Meskipun kelahiran PKB difasilitasi oleh PBNU, namun hal ini ternyata tidak serta merta disepakati oleh seluruh warga NU. KH Abdul Much it Muzadi
mengungkapkan bahwa setelah PKB dideklarasikan ternyata masih ada warga NU yang tidak mendukung dan bergabung denga n PKB. Diantara mereka bahkan tetap berada di
PPP dan ada juga yang tetap di Golkar, bahkan sebagian dari pihak yang tidak menerima kebijakan PBNU tentang PKB, justru mendirikan partai sendiri seperti Partai
Kebangkitan Umat PKU yang mengusung KH Solahud in Wahid adik Gus Dur sebagai ikon partai itu, Partai Nahdhlatul Ulama PNU oleh KH Syukron Makmun, dan Partai
SUNI Partai Solidaritas Un i Nasional Indonesia yang juga menuntut restu dari PBNU.
13
Hal tersebut disebabkan ketidaksetujuan atas keputusan P KB menjadi partai terbuka dan berasaskan Pancasila dan kebangsaan yang berarti memberi peluang
kalangan di luar NU un tuk menjad i anggota. Sebagian dari warga NU ingin PKB lebih eksklusif dengan mencantumkan akidah Is lam berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah.
14
Selain itu, kekecewaan terhadap sikap Gus Dur yang kerap melakukan pemecatan terhadap kader-kader partai juga akhirnya berimbas pada keluarnya kiai-kiai besar
dari PKB dan mendirikan PKNU.
Meskipun secara organisatoris PKB tidak memiliki ikatan struktural dengan NU namun secara emosional partai ini sangat dekat dan lekat dengan warga NU, terbukti
dalam besarnya dukungan para tokoh dan ulama NU yang secara langsung terjun dalam politik atau sebagai juru kampanye dalam Pemilu
15
Bahkan lambangsimbol
12
Red aksi. http:w ww.d pp.pk b.or.ids ejarah-pendiri an. diaks es pada 1 4 Februari 201 6.
13
Ibnu H ajar, Kiai Ditengah Pusa ran Poli tik, Anta ra Pe taka Dan Kuasa Jo gjak arta: IR CiSoD, 20 09. Hal.105
14
Tim Litban g KOMPAS, Pa rtai- Par tai Politik Indonesia: Ideo logi, Stra tegi Dan P rogra m Jak arta: PT Komp as Media N usan tara, 1 99 9. Hal.417
15
Ahmad Zaro, Tradisi Inte lektua l NU Jo gjakart a: L KiS, 2 004.
yang digunakan PKB mirip dengan NU, serta struktur organisasi PKB sama dengan NU yaitu dewan Tanfidziyah dan Dewan Syuriah.
Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa
Konflik merupakan hal yang wajar di ranah demokrasi karena beragam kepentingan kader atau mayarakat tidak a kan mampu dipenuhi semuanya oleh parpol.
Soliditas sebuah partai dapat dilihat salah satunya melalui apakah partai tersebut mengalami perpecahan yang diakibatkan oleh konflik in ternal. Bagi negara dengan
sistem multipartai, konflik merupakan suatu keniscayaan. PKB adalah salah satu partai yang didera konflik internal setidaknya tiga kali sejak dekade pertama berdiri.
Periode pertama konflik internal PKB diawali dengan peristiwa pengajuan pemakzulan Presiden Gus Dur oleh anggota DPR kecuali fraksi Kebangkitan Bangsa
dan Fraksi Partai Demokrasi Kasih Bangsa karena dianggap gagal dalam memberikan keterangan soal kasus Brunneigate dan Buloggate. Sebagai respon atas pemecatan
terhadap dirinya, Gus Dur melakukan manuver politik dengan melakukan pembu baran parlemen melalui Maklumat Presiden. Keputusan kontroversial Gus Dur ini kemudian
dinilai oleh Mahkamah Agung bertentangan dengan konstitusi sehingga tidak berlaku. PKB kemudian mengajukan protes kepada MPR dengan cara membekukan fraksi PKB.
Sebagai konsekuensi akan hal tersebut, fraksi PKB tida k akan menghadiri Sidang Istimewa MPR dengan agenda pemakzulan presiden.
Matori Abdul Jalil yang merupakan Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB dan wa kil ketua MPR hadir dalam Sidang Is timewa MPR, dengan dalih mencari alternatif solusi
dan menyelamatkan muka Presiden. Kedatangan Matori inilah yang mengakibatkan Ia dipecat dari PKB. Ke mudian, konflik sema kin melebar karena Matori tidak menerima
keputusan Gus Dur yang memecatnya. Langkah Matori yang kecewa dengan keputus an Gus Dur lalu membentuk PKB tandingan PKB versi Matori atau yang juga dikenal
dengan PKB-Batu Tulis. PKB versi Gusdur kemudian mengangkat Alwi Shihab sebagai Ketua Umum PKB menggantikan Matori.
16
Akibat konflik yang terjadi tahun 2001 ini, fokus partai dalam melembagakan serta menjaga hubungan baik antar anggota menjadi
tidak ada, yang ada hanyalah perpecahan. Namun, konflik ini tidak berlangsung lama karena pengadilan memutuskan bahwa kepengurusan PKB versi Gus Dur -lah yang sah
secara hukum.
Konflik internal pasca pemakzulan Gus Dur tampaknya cukup berpengaruh terhadap penurunan suara PKB hasil Pemilu 2004. Berdasarkan data KPU, hasil pemilu
2004 menunjukkan penurunan suara dibanding pemilu sebelumnya. Pada pemilu 1999, PKB memperoleh 12,61 13.336.982 suara. Sedangkan pada pemilu 2004
perolehan suara PKB turun menjadi 10,61 11.989.564 suara. Meski demikian, Presiden terpilih, Susilo Bambang Yudoyono memberikan dua kursi menteri untuk PKB
yaitu Alwi Shihab sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Syaifullah Yusuf sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Akan tetapi, posisi
kedua tokoh ini mendapat penentangan oleh Gus Dur dengan alasan tidak melalui
16
Noor, Perpecahan Dan Soliditas Pa rtai Is lam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS Di De kade Awa l Reformasi.op.cit
konsultasi terlebih dahulu dengan partai dan tidak boleh rangkap jabatan. Yan g terjadi kemudian, mereka harus memilih, apakah tetap di partai atau pemerintahan.
17
Pilihan Alwi Shihab dan Syaifullah untuk berada di pemerintahan berdampak pada pemecatan atas keduanya oleh Gus Dur. Padahal, Alwi Shihab dan Syaifullah Yusuf
merupakan Ketua Umum Dewan Tanfidz dan Sekjen PKB. Pemecatan in ilah menjadi periode konflik internal PKB jilid II. Ich wan Arifin menggambarkan bagaimana hasil
Muktamar II di Semarang menghasilkan DPP PKB dibawah pimpinan Ketua Dewan Syuro KH Abdurahman Wahid dan Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar.
Beberapa bulan kemudian kubu Alwi-Saeful menggelar Muktamar di Surabaya. Hasilnya, terbentuk DPP PKB dibawah kepemimpinan Ketua Dewan Syuro KH
Abdurahman Chudori Mbah Dur dan Ketua Dewan Tanfidz Choirul Anam juga Ke tua Dewan Tanfidz DPW Jawa Timur.
18
Dampak dari konflik jilid II ini me libatkan lebih banyak unsur PKB dan NU, dimana para Kiai besar yang sebelumnya menjadi pendukung fanatik Gus Dur di
konflik internal pertama justru menyatakan du kungannya terhadap Alwi -Syaifullah. Ujungnya, konflik in i melebar hingga DPW PKB Jawa Timur juga beralih dukungan. Dan
tentu saja ini merugikan Gus Dur karena DPW PKB Jawa Timur merupakan mesin pendulang suara PKB di Jawa Timur.
19
Hal ini terjadi karena perpindahan Choirul Anam ke kubu Alwi Shihab. Konflik internal PKB baik jilid I dan II dimenangi oleh Gus Dur, sehingga pada 2005,
berdasarkan hasil Muktamar PKB di Semarang, posisi Ketua Umum Dewan Tanfidz diberikan kepada Muhaimin Iskandar. Dilain pihak, Kiai-Kia i utama pendukung Alwi-
Syaifullah memilih keluar dari PKB dan mendirikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama PKNU.
Menjelang pemilu 2009 konflik jilid III terjadi, bukannya menjaga soliditas partai, Gus Dur justru melakukan pemecatan terhadap Muhaimin Iskandar dari jabata n
Ketua Umum dengan dalih ketidakloyalan Muhaimin terhadapnya dan PKB. Pemecatan Muhaimin ini tidak me lalui forum Muktamar melainkan hanya forum terbatas saja.
Bahkan dalam forum tersebut Gus Dur memberikan pilihan, apabila forum tidak se tuju atas pemecatan Muhaimin maka Gus Dur -lah yang akan meninggalkan PKB.
Menghadapi pilihan tersebut, meskipun ketidakloyalan Muhaimin belum terbukti, forum terpaksa mengikuti kemauan Gus Dur.
Merasa pemecatannya tidak berdasar dan tidak konstitusional, Muhaimin dan para pendukunganya mengadakan Musyawarah Luar Biasa MLB pada Februari 2008
di Ancol dan menetapkan s truktur kepengurusan baru PKB sehingga lebih dikenal dengan sebutan PKB versi Muhaimin atau PKB Ancol. Di lain pihak, Gus Dur dan
loyalisnya juga mengadakan ML B di Parung untuk menegaskan kepemimpinan baru
17
https:nasion al.tempo.co readnews 2 004 1 026. Diakses pad a 2 4 Maret 20 16
18
Ichwan A rifin, Kyai Dan Politik: Stu di Kasus Perilaku Politik Ky ai Dalam Ko nflik Partai Keb an gkitan Ban gsa Pasca Muk tam ar II Sem aran g Universitas Diponego ro, 20 08. Hal.2 4
19
Noor, Perpecahan Dan Soliditas Pa rtai Is lam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS Di De kade Awa l Reformasi. Op.cit, hal.104
PKB versi Gus Dur atau lebih dikenal dengan PKB Parung.
20
Dualisme kepemimpinan partai yang berlarut-larut in ilah yang kemudian berdampak pada ke tidaks iapan partai
dalam menghadapi pemilu. Setelah melalui proses gugat menggugat di pengadilan, maka ke menangan ada
di kubu Muhaimin. Kepengurusan PKB Muhaimin -lah yang diakui Kemenkumham sehingga bisa mengikuti kontestasi Pemilu 2009. Dalam perjalannnya, PKB Muhaimin
di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono SBY memilih untuk bergabung dalam koalisi pendukung pemerintah. P ilihan in ipun masih berlanjut hingga
pemerintahan SBY periode kedua 2009 -2014 dan bahkan PKB menjadi partai yang sejak awal berkomitmen mendukung Joko Widodo sebagai calon presiden.
Konflik internal yang terjadi di PKB setidaknya tiga kali dalam sepuluh tahun pertama dan berujung di pengadilan menunjukkan institusionalisasi partai dalam
mekanisme penyelesaian konflik masih lemah. Institusionalisasi yang baik setidaknya seperti apa yang dikatakan oleh RandalSvasand dan Panebianco yaitu mewujudkan
soliditas atau dalam istilah Huntington adalah koherensi kemampuan dalam menyelesaikan persoalan secara otonomi. Konflik selayaknya diselesaikan sendiri
sesuai dengan aturan main partai ADART.
Posisi Kiai dalam Politik PKB
Tidak dapat dipungkiri bahwa PKB lahir dari rahim Nahdlatul Ulama NU. Keberadaan NU juga tidak dapat dipisahkan dari kiai, santri dan pesantren. Posisi kiai
merupakan figur kuat di PKB. Selain menjadi sumber rujukan dalam pengambilan keputusan partai dan mediator saat terjadi konflik, kiai merupakan figur penting
pendulang suara partai. Perolehan suara PKB yang cukup signifikan pada awal kelahirannya dibanding partai politik yang berlabel Islam lainnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Pertama, pengakuan dan pemberian restu oleh PBNU atas pendirian PKB. Kedua, peran pesantren NU dan para kyai sebagai pengasuhnya sebagai jaringan
komunikasi politik yang efektif. Ketiga, sosok dan peran Gus Dur yang memiliki reputasi yang baik sehingga bisa menarik simpati dari mayoritas warga NU untuk
mendukung dan memilih PKB.
21
Adapun alasan NU memilih PKB diuraikan oleh Endang Turmudi yaitu, pertama, PKB adalah partai Islam, meskipun dalam platformnya berasas Pancasila dan
kebangsaaan. Penilaian ini didasarkan dari fakta bahwa PKB secara keseluruhan dipimpin oleh tokoh-tokoh yang berlatar belakang NU. Karena PKB adalah partai Islam
maka PKB mendapat du kungan dari kalangan NU. Kedua, PKB dide klarasikan oleh beberapa kiai yang saat itu memegang kepemimpinan NU. Keterlibatan kia i NU dalam
pembentukan PKB adalah faktor penting lainnya yang mendorong warga Nahdliyyin untuk mendukungnya.
22
Selain persoalan kekuasaan atau jabatan politik, keterlibatan kiai dalam politik menurut Patoni adalah keuntungan ekonomis pesantren. Berdasarkan penelitiannya,
20
Ibid.
21
Hajar, Kiai Ditengah Pusaran Politi k, Antara Peta ka Da n Kuasa . Op.cit, hal.105
22
End an g Tu rmu di, Perse lingkuhan Kiai Dan Ke kuasaan Jogjak arta: LKi S, 20 04.
sejak para kiai terlibat dalam politik, maka sarana dan prasarana pesantren mengalami beberapa perbaikan dan penambahan. Hal ini diaku i kiai sebagai dampak positif atas
keterlibatannya dalam politik praktis.
23
Keuntungan politis dan ekonomis tersebut nampaknya membuat kiai masih bertahan di ranah politik dan kekuasaan meskipun
PKB kerap dilanda konflik.
Rekonsiliasi PKB Pasca Konflik Internal Tahun 2008
Dekade awal PKB yang diwarnai konflik internal dan per pecahan menjadi catatan kelam partai. Ketiga konflik internal yang pernah terjadi selalu ada figur Gus
Dur namun bukan sebagai penengah atau semacam primus enterpares. Tampilnya Gus Dur dalam konflik-konflik in ternal PKB tidak menghasilkan penyelesaian dalam arti
yang sesungguhnya win-win solution tetapi kondisi tak terdamaikan zero sum- game. Bahkan pada akhirnya pihak yang kalah membentuk partai sempalan.
24
Menghadapi pemilu 2009, PKB versi Muhaimin hanya memiliki waktu sedikit untuk melakukan restrukturisasi partai dan menyiapkan kader -kader untuk
berkontestasi dalam pemilu. Keluarnya kiai-kiai besar PKB pasca konflik kedua dan kekalahan kubu Gusdur di pengadilan menjadikan PKB kehilangan dukungan dari elit -
elit pesantren. Padahal pesantren terutama di Jawa Timur adalah lumbung suara PKB. Eristyawan mengungkapkan dalam tulisannya mengenai strategi PKB untuk mengatasi
kemerosotan suara yang cukup signif ikan tersebut terutama di Ja wa Timur. Salah satu strategi untuk peningkatan elektabilitas dalam pemilu y aitu merekonsiliasi PKB-NU
serta merangkul kembali kader -kader PKB yang pergi atau pindah partai akibat konflik yang terjadi di internal PKB pada 2008 silam.
25
Hal ini senada dengan keterangan yang disampaikan oleh Darussalam
26
mengenai strategi yang dila kukan oleh elit PKB adalah dengan membuat forum kiai kampung yang terdiri dari kiai-kia i dari tingkatan bawah seperti kiai yang merupakan
Imam masjidlanggar. Hal in i dilakukan karena jaringan kiai ka mpungkiai masjid itu langsung mengakar ke bawah.
27
Dengan membangun dan memelihara jaringan kiai maka potensi dukungan suara dalam pemilu dapat terjaga.
Mengumpulkan kiai kampung menjadi salah satu agenda konsolidasi PKB setelah lepas dari konflik internal. Seperti yang diungkapkan oleh Muhyidin
Arubusman, Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB pada masa itu, “selama ini k iai-k iai
kampung yang mengelola masjid atau langgar merupakan sosok yang mempunyai peran penting dalam mas yarak at. Tak jarang para kiai kam pung tersebut menjadi tem pat
23
Achmad Pato ni, Peran Kyai Pesan tren Da la m Par tai Politi k Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 20 07. H al.173
24
Hanif Dhak hiri and TB Massa D jaf ar, Struktur Politik Partai K ebangki tan Bangsa 11, no. 0 1 2 015 : 160 1
–12.
25
Fajar Novi Eristyaw an, Pelem bagaan Partai Kebangkit an B an gsa Studi K asus Kem eroso tan Suara Pada Pemilihan Um um, Journal.unair.ac.id, 2010, h ttp:jou rn al.un air.ac.iddow nload -fullpapers-
jpm7 49 441 a5 78full.pdf.
26
Waw ancara dengan D arussal am, An ggo ta D PRD DKI J akarta F raksi PK B
27
ibid
bertanya berbagai masalah mulai dari sosial kemasyarak atan hingga kebijakan publik.
28
Konsolidasi di akar rumput menjadi s trategi yang d igunakan partai untu k tetap meraih dukungan meski PKB mulai d itinggalkan oleh para kiai besarnya. Dengan
memegang strategi forum kiai kampung ini maka perolehan suara PKB meskipun mengalami penurunan pada pemilu 2009 namun tetap masih bisa lolos ambang batas
parlemen.
Dalam perjalan politiknya, hubungan antara PKB dan kiai NU mengalami dinamika in ternal. Ketidakharmonisan hubungan antara PKB dan NU akibat k onflik
internal partai tak membuat langkah partai terhenti. Sepanjang pemilu, dalam setiap kampanyenya PKB selalu mengklaim sebagai parta
i resmi NU . Klaim inilah yang digunakan PKB untuk me mbedakan dengan partai-partai lain yang lahir dari kader -
kader NU namun tidak didukung secara struktural oleh PBNU, seperti PN U, Partai SUNNI, PKU dan terakhir PKNU.
29
Klaim yang kuat dan meyakinkan di kalangan akar rumput membuat partai ini masih mendapat dukungan yang kuat dari konstituen yang
loyal terhadap organisasi NU.
Pasca pemilu 2009 dan menyongsong pemilu 2014, PKB melakukan upaya pembenahan struktur partai dengan kembali membangun silaturahmi dan komunikasi
politik dengan kia i-kiai yang yang terbelah pilihan politiknya. Dengan membangun komunikasi dan memberikan bantuan program serta pendanaan bagi NU diharapkan
relasi kuasa antara keduanya dapat terjalin baik, seperti yang diungkapkan oleh Darussalam yang juga merupakan pengurus DPP PKB;
Komunikasi kita dengan NU beberapa kali memberikan program maupun bantuan lainya. Salah satu manfaat nya, sebagai anak dari NU, anggap PKB adalah
anaknya NU maka anggaplah PKB berbakti kepada NU. seperti apa? Ya kita membantu program-program ke NU baik itu finansial at aupun program. Kalau PKB kan rutin
membantu tiap bulannya.
30
Ungkapan tersebut senada dengan yang diungkapkan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB saat diwawancarai oleh Gatra mengenai tokoh -tokoh NU yang
pernah bersebrangan dengan Gus Dur pada pemilu 2009 dan kini sudah dirangkul kembali oleh PKB Muhaimin;
Sudah menyatu semua. Pokoknya keluarga besar PKB, keluarga besar NU sudah menyatu semua. Sudah total seratus persen. Yang pecah ke PKNU Partai
Kebangkitan Nasional Ulama sudah masuk, yang dulu konflik -konflik, seperti ketua Jawa Tengah itu dulu musuhan sama kita, malah kita jadikan pengurus. Caleg-caleg itu
sudah nggak ada kawan, nggak ada lawan. Pokoknya berbeda konflik, selesai masuk caleg semua. Jadi semua seratus persen selesai.
31 28
Red aksi. PKB K umpulk an Ki ai Kam pun g di Sem aran g. http :w ww.nu.o r.idpostread 8 69 6pk b - kumpulkan-kiai -kam pun g-di-sem aran g. Diakses pada 30 Maret 2 016
29
Ahmad Rofik, Dilema Ins titusion alisasi Sistem K ep artaian Di Indo nesia: Stu di Kasus Partai Keb an gkitan B an gsa PKB, S wara Politika 12, no. 0 1 2 011 : 3 1
–47.
30
waw ancara Esty Ekawati dengan Darussalam, 1 Feb ru ari 2 01 6 di kan to r DPRD DK I Jak arta
31
Red aksi. Ketua Umum PKB, Mu haimin Isk and ar: K eluarga Bes ar N U Sud ah Menyatu Seratus Persen . http:www. gatra.comkolom-dan-waw anc ara499 70 -ketu a-um um- pkb,-m uh aimin-iskan dar-k eluarga-
besar-nu-su dah-m enyatu -seratus-p ers en.h tml. Diakses pad a 2 4 Maret 20 16
Silaturahmi dan komunikasi politik yang baik antar kader partai dan N U yang dilakukan oleh PKB merupakan proses pelembagaan partai yang baik. Seperti yang
diungkapkan oleh Panebianco, RandallSvasand, dan Huntington bahwa pelembagaan adalah cara suatu organisasi menyebarkan nilai-nila i ideologi, kemampuan
beradaptasi termasuk kemampuan untuk bertahan dalam sebuah siste m politik dan melakukan managemenpenyelesaian konflik dengan baik koherensi. Selain
membangun komunikasi dan silaturahmi politik, PKB juga tetap mempertahankan nilai-n ilai NU yaitu Ahlussunah wal Jamaah Aswaja . Aswaja merupakan pemahaman
Islam berdasarkan empat mazhab yaitu Syafi
’I, Maliki, Hanafi dan Hambali. Namun, dalam kesehariannya NU lebih banyak merujuk pada Imam Syafi
’i. Hal ini dila kukan demi menguatkan keyakinan warga NU bahwa PKB adalah partain ya orang NU.
Membangun relasi yang baik dengan kiai dan santri NU sign ifikan dilakukan karena bagaimanapun lumbung suara PKB adalah warga Nahdliyyin.
Terkait dengan strategi dala m pembenahan partai, berbagai upaya konsolidasi dilakukan oleh elit PKB seperti yang diungkapkan oleh Muhaimin Iskandar bahwa;
Kami melakukan serangan darat yang terdiri dari tiga komponen, yaitu pertama caleg. Kedua pengurus, mulai dari struktur pusat sampai ranting desa. Ketiga
kultur. Kultur itu NU. Tiga modal inilah yang bergerak sampai hari i ni memperkuat basis PKB. Tetapi dari rangkuman kegiat an itu, ada yang l ebih penting, soliditas semua
warisan, apakah Hasyim Muzadi mantan ketua PB NU, Khofifah Khofifah Indar Parawansa, Machfud MD, tokoh-tokoh besar kita punya stok ini menyatu
membesarkan PKB. Apal agi ditambah energi baru, seorang profesional, t eruji, Rusdi Kirana Pemilik Lion Air, menambah manajemen kita menjadi semakin baik.
Hal senada diungkapkan oleh Hanif Dhakiri, Ketua DPP PKB bahwa;
Kader-kader dan tokoh-tokoh senior seperti KH Maruf Amin, Alwi Shihab, Khofifah Indar Parawansa dan Mahfud MD dirangkul kembali untuk membesarkan PKB.
Hubungan dengan NU yang dulu sering on-off disinergikan. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj pun jadi sering runtang-runtung bersama Cak Imi n menyapa basis-basis NU di
banyak daerah. Tokoh baru juga direkrut oleh Cak Imi n unt uk menambah energi politik dan sekaligus meneguhkan ideologi PKB yang inklusif dan terbuka. Bos Lion Air Rusdi
Kirana, Raj a Dangdut Rhoma Irama dan Musi si Ahmad Dhani digandeng untuk memantapkan konsolidasi dan gerak politik partai.
32
Hal lain yang juga berkontribusi dalam membangun soliditas partai adalah kepemimpinan partai. Menurut Darusallam, kecanggihan seorang ketua umum itu
penting dalam internal partai. Fragmentasi menjadi tantangan bagi soliditas internal partai, namun jika tidak ada faksi ma ka tidak ada demokratisasi, karena tidak ada
kekuatan yang berbeda, tergantung cara bagaimana pemimpin mengelolanya. Managemen konflik bergantung pada kemampu an seorang pemimpin mengayomi
kelompok-kelompok yang berbeda yang ada didalamnya. Jika managemen konfliknya berjalan maka partai akan menikmati hasilnya yaitu perolehan suaranya menjadi
32
dikutip d ari : Hanif Dhakiri. Aklam asi Cak Imi n . http:w ww.d pp.pk b.or.idco nten taklamasi -c ak-imin. Diakses p ad a 31 M aret 2 01 6
maksimal.
33
Kondisi tersebut bisa dilihat dari hasil pemilu 2014, PKB m endapatkan kenaikan suara yang cukup signifikan dari pemilu 2009 yaitu sebesar 9,04
11.298.957 suara.
Peningkatan suara PKB pada pemilu 2014 menurut Hanif Dhakiri disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari struktur partai yang solid, sinergi antara PKB dan NU,
kegigihan para calon anggota legislatif, opini partai yang makin positif, peranan kiai kampung dan pesantren dalam mendukung partai, rekonsiliasi yang maksima l hingga
kehadiran tokoh-tokoh baru di PKB. Dan yang tidak kalah penting adalah kepemimpinan Muhaimin Iskandar yang kuat sebagai Ketua Umum PKB.
34
Darussalam juga mengungkapkan bahwa PKB berada pada masa kondusif yang akhirnya
berpengaruh pada peningkatan perolehan suara yang signifikan di pemilu 2014;
Sebetulnya peningkatan hasil pemilu 2014 kemarin tidak l epas dari st ruktur yang rapi, yang paling utama adalah kondusivitas partai politik itu sendiri, dan yang
ketiga bagai mana partai di tingkatan masing- masing dalam perekrutan calon anggota legislatif
–red. Adapun dalam perekrutan calon, ada hal-hal yang diperhatikan yaitu popularitas calon, segi finansi al, dan segi jaringan. Minimal tiga itu, kalau tiga itu ada
maka partai sangat terbantu. Nah hari ini PKB dengan kondusivitas-nya yang Alhamdulilah baik, apalagi jika kita melihat periode-periode lalu, kondusivitas PKB kini
lebih baik dibanding yang lalu-lalu
35
Jatuh bangun PKB akibat konflik internal menjadi pelajaran bagi Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum untuk menjaga keutuhan dan eksis tensi partai.
Rangkaian komunikasi dan silaturahmi p olitik dengan para kiai, baik kiai besar maupun kiai kampung menjadi penting dalam upaya membangun soliditas. Peran kiai
ini penting bagi PKB karena bagaimanapun, pesantren adalah lumbung suara PKB. Kyai dan tokoh pesantren merupakan target para politisi d an partai politik dalam
membangun basis dukungan politik. Suara kiai dan santri-santr inya selalu diperebutkan dalam pemilu bukan saja oleh partai-partai politik berbasis Islam saja
melainkan juga partai -partai politik berbasis nasionalis. Upaya in i dilakukan untuk memperoleh dukungan dan simpati dari kalangan Islam yang menjadi loyalis kiai.
Banyak partai politik yang menempatkan kiai dan tokoh pesatren pada jajaran pengurus partai dengan harapan tokoh -tokoh tersebut dapat menjadi vote getter dalam
pemilu. Selain itu, strategi mendekati tokoh-tokoh besar PKB masa lalu juga menjadi strategi yang baik dalam memperoleh dukungan elektoral menjelang pemilu 2014
karena mereka juga memiliki massa yang juga potensial.
Upaya konsolidasi internal partai yang dilakuka n oleh PKB pasca konflik tahun 2008 merupakan suatu tindakan yang bermanfaat dalam membangun demokrasi
internal partai. Ketika soliditas partai sudah terbangun dan manajemen konflik sudah berjalan maka perpecahan di internal partai dapat diminimalisir. Komunikasi politik
menjadi fungsi penting dalam membangun soliditas partai, seperti apa yang
33
Waw ancara dengan D arussal am. An ggo ta D PRD Fraksi PKB D KI Jak arta. 1 Febru ari 2 01 6
34
dikutip d ari : Hanif Dhakiri. Aklam asi Cak Imi n . http:w ww.d pp.pk b.or.idco nten taklamasi -c ak-imin. Diakses p ad a 31 M aret 2 01 6
35
Waw ancara Esty Ekaw ati dengan Darussalam, A nggo ta DPRD DKI J akarta Fraksi PKB. 1 F eb ru ari 2 016. Kan tor D PRD DKI J akarta
diungkapkan oleh Huntington bahwa partai harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan internalnya. Minimnya perpecahan partai berdampak pada
keutuhan dan harmonisasi hubungan partai di alam demokrasi. Dengan demikian, soliditas partai berdampak positif dalam penguatan demokrasi di suatu negara
termasuk Indonesia.
PENUTUP
Partai politik memiliki fungsi penting dalam upaya pelembagaan partai yaitu komunikasi politik dan managemen konflik. Komunikasi politik menjadi strategi partai
dalam membangun relasi politik dengan para konstituen. Adapun managemen konflik merupakan fungsi penting dalam membangun soliditas partai. Jika partai mampu
menyambung asprirasiko munikasi dengan para kader dan konstituen secara baik maka hal ini berdampak pada dukungan terhadap partai.
Partai Kebangkitan Bangsa PKB memiliki sejarah konflik internal yang berujung pada perpecahan di awal dekade pendiriannya. Ketiga konflik yang t erjadi
memiliki pola yang hampir sama yaitu melibatkan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syuro dengan Ketua Dewan Tanfidz meski dengan latar belakang persoalan yang berbeda.
Selain itu, ketiga konflik tersebut juga berujung pada perpecahan menjadi dua kubu dan bahkan memunculkan partai baru.
Belajar dari pengalaman tiga kali konflik internal, PKB mu lai melaku kan pembenahan partai pasca pemilu 2009. Strategi -strategi yang d ilaku kan PKB antara
lain: pertama, membangun silaturahmikomunikasi politik dengan para kiai besar yang sempat keluar dari PKB akibat konflik internal. PKB memberikan bantuan program dan
finansial kepada kiai N U untuk kebutuhan pesantren. Hal in i penting dila kukan dengan merangkul kiai, baik itu kia i besar NU maupun kiai kampungimam masjid
karena kiai merupakan vote getter yang potensial bagi PKB . Kedua, PKB meman tapkan nilai-n ilai NU Ahlussunah Wal Jam aah. Ketiga, menyatukan tokoh-tokoh besar yang
juga berperan dalam membesarkan PKB seperti Hasyim Muzadi mantan ketua PB NU, KH Maruf Amin, Alwi Shihab, Khofifah Indar Parawansa, Machfud MD dan lainnya.
Selain itu, PKB juga memasukkan pengusaha Lion Air, Rusdi K irana dalam jajaran kepemimpinan partai. Keberadaan Rusdi Kirana menjadi penting bagi kebutuhan
finansial partai. Upaya-upaya yang dilakukan PKB dalam membangun kondusivitas bertujuan untuk mempertahankan keutuhan partai atau meminjam istilah Huntington
yaitu koherensi.
Upaya konsolidasi yang dilakukan PKB nampaknya tidaklah sia -sia. Hasil pemilu legislatif 2014 menunjukkan bahwa ke percayaan konstituen PKB masihlah terjaga
bahkan PKB mengalami peningkatan suara yang signifikan pada pemilu 2014.
Referensi
Arifin, Ichwan. Kyai Dan Politik: Studi Kasus Perilaku Politik Kyai Dalam Ko nflik Partai Kebangkitan Bangsa Pasca Muktamar II Semarang. Universitas Diponegoro, 2008.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Das ar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2008. Cross P. William Katz S. Richard. The Challenges of Intra -Party Democracy. United
Kingdom: Oxford University Press, 2013. doi:10.1007s13398 -014-0173-7.2. Dhakhiri, Hanif, and TB Massa Djafar. Struktur Politik Partai Kebangkitan Bangsa 11,
no. 01 2015: 1601 –12.
Eristyawan, Fajar Novi. Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus Kemerosotan Suara Pada Pemilihan Umum. Journal.unair.ac.id, 2010.
http:journal.unair.ac.iddownload-fullpapers-jpm749441a578full.pdf.
Hajar, Ibnu. Kiai Ditengah Pusaran Politik, Antara Petaka Dan Kuasa. Jogjakarta: IRCiSoD, 2009.
Linz, Juan J., and Alfred Stepan. Problems of Democratic Transition and Consolidation: Southern Europe, South America, and Post-Communist Europe. In Problems of
Democratic Transition and Consolidation: Southern Europe, South America, and Post-Communist Europe, 38
–54, 1996. doi:10.230720047958. Noor, Firman. Perpecahan Dan Soliditas Partai Islam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS
Di Dekade Awal Reformasi. Jakarta: LIPI Press, 2015. Patoni, Achmad. Peran Kyai Pesantren Dalam Partai Politik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar,
2007. Randall, V., and L. Svasand. Party Institutionalization in New Democracies. Party
Politics 8, no. 1 2002: 5 –29. doi:10.11771354068802008001001.
Rauf, Maswadi. Konsensus Politik Sebuah Pemjajagan Teoritis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidiakn Tinggi D epartemen Pendidikan Nasional, 2001.
Rofik, Ahmad. Dilema Institusionalisasi Sistem Kepartaian Di Indonesia: Studi Kasus Partai Kebangkitan Bangsa PKB. Swara Politika 12, no. 01 2011: 31
–47. Romli, Lili, ed. Pelembagaan Partai Politik Pasca Orde Baru. Jakarta: LIPI Press, 2008.
Sartori, Giovanni. Parties and Party Systems: A Framework for Analysis. UK: ECPR Press, 2005.
Tim Litbang KOMPAS. Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi, Strategi Dan Program . Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 1999.
Turmudi, Endang. Perselingkuhan Kiai Dan Kekuasaan . Jogjakarta: LKiS, 2004. Zaro, Ahmad. Tradisi Intelektual NU. Jogjakarta: LKiS, 2004.
Internet
Redaksi. Sejarah Pendirian. http:www.dpp.pkb .or.idsejarah -pendirian. Diakses
pada 14 Februari 2016 Redaksi. Ketua Umum PKB, Muhaimin Is kandar: Keluarga Besar NU Sudah Menyatu
Seratus Persen . http:www.gatra.comkolom-dan-wa wancara49970-ketua-
umum-pkb,-muhaimin -iskandar-keluarga-besar-nu-sudah-menyatu-seratus- persen.html. Diakses pada 24 Maret 2016
Redaksi. PKB Kumpulkan K iai Kampung d i Semarang. http:www.nu.or.idpostread8696pkb -kumpulkan-kiai-kampung-di-
semarang. Diakses pada 30 Maret 2016
Hanif Dhakiri. Aklamasi Cak Imin .
http:www.dpp.pkb.or.idcontentaklamasi -cak-imin . Diakses pada 31 Maret 2016
Redaksi. https:nasional.tempo.coreadnews20041026. Diakses pada 24 Maret 2016
Wawancara
Darussalam, DPP PKB dan Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PKB. Senin, 1 Februari 2016, pukul 13.00 di Gedung DPRD DKI Jakarta
Biodata Penulis Esty Eka wati, lahir di Kota Metro, 30 Desember 1984. Menempuh pendidikan Program
Sarjana Ekstensi dan Magister Ilmu Politik d i Universitas Indonesia . Pernah menjadi enumerator di Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Indonesia PSHK dan mengajar
Ilmu Politik di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Hingga akhirnya, pada Februari 2015 bergabung di Pusat Penelitian Politik, Lemb aga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI. Kajian yang dimina ti adalah partai politik, perempuan dan politik. Saat ini penulis tergabung dalam Tim Penelitian Gender dan Politik dan Tim Penelitian
Unggulan LIPI dalam cluster Ketahanan Sosial. Email: esty1watigma il.com
1209
Mewujudkan Keterbukaan Keuangan Partai Politik Melalui Demokrasi Internal
URGENSI PEMBENAHAN KEUANGAN PARTAI POLITIK MELALUI SUBSIDI NEGARA DAN DORONGAN DEMOKRATISASI INTERNAL
Abstrak
Partai polik di Indonesia memainkan peran yang luar biasa penting dalam konteks demokrasi namun rapuh akibat persoalan pendanaan yang pelik. Persoalan ini
membentuk lingkaran setan yang turut serta melahirkan korupsi. Partai yang seharusnya berkontribusi positif terhadap demokrasi dan pemberantasan korupsi
pun berbalik arah menjadi lembaga yang potensial merusak. Atas persoalan tersebut, tulisan singkat ini melihat partai politik mendesak untuk dibenahi.
Pembenahan yang ditawarkan adalah dengan mendorong pembenahan dari sektor eksternal dan internal partai. Sebagai pemantik, bantuan keuangan negara yang
diketahui sangat kecil menutup kebutuhan partai perlu ditata kembali dengan diiringi pengawasan yang sungguh-sungguh terhadap pengelolaan keuangan
partai secara keseluruhan. Pembenahan jangka panjang yang juga perlu dilakukan adalah dengan melembagakan sistem penarikan iuran anggota partai. Walau
terdapat masalah dan tantangan yang tidak mudah untuk diatasi, iuran anggota ini penting untuk terus didorong dalam rangka menciptakan keuangan partai yang
mandiri dan mengembalikan semangat partai berbasis anggota. Kontribusi publik melalui bantuan negara dan kontribusi internal ini diyakini akan berdampak pada
terciptanya partai yang lebih transparan, akuntabel, dan demokratis.
Almas Ghaliya Putri Sjafrina, Indonesia Corruption Watch, 081259014045, almasantikorupsi.org almasjafrinayahoo.com
1210
Pendahuluan
Reformasi politik Indonesia telah menggeser peran partai politik menjadi sangat strategis. Partai politik saat ini bahkan disebut sebagai salah satu pilar
utama dalam tata pemerintahan yang demokratis sekaligus penentu baik buruknya penyelenggaraan negara. Peran strategis partai politik tersebut dapat dilihat dalam
konteks elektoral maupun non elektoral. Dalam konteks elektoral, partai politik merupakan aktor utama. Partai
adalah satu-satunya lembaga yang dapat menjadi peserta pemilu legislatif dan dapat mencalonkan kandidat pemilu, mulai dari pemilu kepala daerah pilkada
hingga pemilu presiden dan wakil presiden. Di luar itu, peran partai tidak kalah penting. Melalui fraksi yang merupakan perpanjangan tangan partai di lembaga
legislatif, partai turut serta dalam penyusunan keputusan atau produk legislatif hingga pemilihan sejumlah pimpinan lembaga negara, seperti Komisi
Pemberantasan Korupsi KPK, Badan Pemeriksa Keuangan BPK, Kepala Kepolisian RI Kapolri, Komisi Pemilihan Umum KPU, dan lainnya.
Namun di sisi lain, sinisme publik perhadap partai politik tidak terbendung. Hasil Survei Lembaga Survei Indonesia LSI mengenai partai politik
dimata publik menunjukkan bahwa fungsi partai sebagai saluran aspirasi publik dinilai negatif.
1
Survei yang dilakukan pada tahun 2014 itu menjelaskan bahwa sebagian besar publik menilai partai politik lebih memperjuangkan
kepentingannya sendiri
untuk mendapatkan
kekuasaan dibanding
memperjuangkan kepentingan rakyat. Tingkat kepercayaan publik terhadap partai politik juga tergolong rendah.
Hal ini setidaknya tergambar dari beberapa hasil survei. Hasil suvei nasional Center Strategic and International Studies CSIS, misalnya. Survei yang dilakukan
ditengah polemik Revisi UU KPK tersebut menunjukkan bahwa hanya 27,75 responden survei yang mengaku masih menaruh kepercayaan terhadap partai.
2
1
Lembaga Survei Indonesia, 2014. “Laporan Rilis Survei : Partai Politik di Mata Publik”, File: http:www.lsi.or.idriset436Rilis-LSI-dimata-publik
, diakses pada 15 Februari 2015.
2
CSIS, 2016. “Temuan Survei Nasional: Revisi UU KPK dan Pertaruhan Modal Politik Jokowi”
1211
Mayoritas responden juga mengaku tidak percaya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat DPR, dimana seluruhnya diisi oleh kader partai.
Sinisme publik yang terlihat dari beberapa hasil survei diatas patut dipandang sebagai tamparan keras bagi partai politik. Pasalnya, partai merupakan
lembaga politik yang dibentuk sebagai jembatan penghubung rakyat dan pemerintah. Peran dan fungsi partai politik pun tidak lepas dari artikulasi partai
sebagai institusi yang merepresentasikan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, partai harus segera melakukan evaluasi diri dan berbenah.
Sinisme publik terhadap partai tentu tidak muncul dengan sendirinya. Faktor utama yang melatarbelakangi sinisme publik terhadap partai tidak lain
dikarenakan buruknya citra partai selama ini. Partai cenderung kerap menunjukkan diri sebagai institusi yang penuh dengan masalah. Polemik
menyangkut partai hadir silih berganti, mulai dari konflik internal kepengurusan partai hingga keterlibatan partai baik secara institusi maupun individu anggota
partai dalam sejumlah kasus korupsi. Survei Global Corruption Barometer tahun 2013 yang dilakukan
Transparency International, misalnya, menunjukkan bahwa 85 responden di Indonesia menganggap bahwa partai politik merupakan institusi yang korup.
3
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menyebutkan bahwa 51 kasus yang ditanganinya dan telah inkracht adalah kasus korupsi yang terkait dengan aktor
politik, yaitu DPR, DPRD, dan kepala daerah yang hampir seluruhnya merupakan kader partai.
4
Tidak hanya itu, Indonesia Corruption Watch ICW mencatat terdapat sedikitnya 47 kepala daerah dan 82 anggota DPRD tersangkut kasus korupsi
sepanjang tahun 2014.
5
Kader dengan track record buruk bahkan tetap dicalonkan oleh partai politik dalam pemilu legislatif 2014 dan pilkada 2015. Pemantauan ICW
atas keterpilihan anggota legislatif mencatat 59 anggota DPRD terpilih tersangkut kasus korupsi, baik sebagai tersangka, terdakwa, bahkan terpidana.
6
Maka tidak heran apabila partai kemudian dianggap dekat dengan persoalan korupsi.
3
Transparency International, 2014. “Global Corruption Barometer 2013”, File : http:www.transparency.orggcb2013country?country=indonesia
, diakses pada 20 April 2015.
4
“Program Politik Cerdas Berintegritas”, Komisi Pemberantasan Korupsi, 11 Februari 2016.
5
“Tren Korupsi 2014 Semester I dan II”, Indonesia Corruption Watch.
6
“Laporan Hasil Pemantauan ICW Atas Perkara Korupsi yang Melibatkan Anggota Legislatif: Awas L
egislatif ditempati Koruptor”, Indonesia Corruption Watch, 15 September 2014
1212
Banyak hasil studi menitikberatkan persoalan ini sebagai dampak dari pendanaan partai yang bermasalah. Masalah utamanya adalah kebutuhan
pendanaan partai politik selama ini tidak sebanding dengan kemampuan dan kemauan partai dalam menghimpun dana-dana yang dilegalkan dalam UU No. 2
Tahun 2011 tentang Partai Politik. Walau tidak pernah dengan jelas diketahui berapa jumlah pengeluaran real partai politik setiap tahun, kebutuhan partai
terlebih untuk menjalankan operasional sehari-hari dan kepentingan pemilu disebut terus membengkak. Untuk menutupnya, partai memilih jalan pintas yang
potensial mengganggu kemandirian partai dan tidak menutup kemungkinan, melalui cara-cara yang korup.
Bagaimana potret keuangan partai politik selama ini dan pembenahan semacam apa yang perlu dilakukan terhadap partai politik? Tulisan singkat ini
akan mencoba mengurai persoalan keuangan partai dan menawarkan gagasan yang berfokus pada peran negara dan internal partai politik sebagai jawaban
jangka pendek dan jangka panjang. Tulisan ini melihat buruknya tata kelola keuangan partai selama ini membuat partai tidak akuntabel dan tertutup dalam
mengelola pendanaannya sehingga partai semakin berjarak dan tidak dipercaya oleh publik. Untuk menciptakan partai yang sehat dan modern, terbuka dan
akuntabel dalam mengelola keuangan adalah syarat utama. Untuk mendorong percepatan partai mengarah ke arah tersebut, perlu dilakukan beberapa
pembenahan alternatif, yaitu meningkatkan peran negara dan kontribusi anggota internal partai dalam keuangan partai politik.
Persoalan Keuangan Partai Politik
Sebagai institusi yang mengemban fungsi dan tugas pokok yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan sebagian keuangannya bersumber dari
negara serta sumbangan masyarakat, partai politik merupakan badan publik. Transparan dalam pengelolaan keuangan adalah salah satu kewajiban badan publik,
tidak terkecuali partai politik. Kewajiban ini bahkan telah diamanatkan oleh dua UU, yaitu UU Partai Politik dan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik KIP. Lalu, bagaimana kepatuhan partai politik atas kewajiban ini?
1213
Hingga detik ini, tidak ada satu partai pun yang berinisiatif membuka laporan keuangannya kepada publik. Hal paling sederhana adalah dengan melihat website
partai politik. Partai kompak tidak membuka laporan ini. Partai acap kali berkilah bahwa keuangan partai merupakan rahasia internal partai dan yang wajib dibuka
kepada publik hanya laporan keuangan yang bersumber dari negara. Partai agaknya tidak memahami amanat UU Partai Politik secara menyeluruh.
Dalam pasal 39 UU Partai Politik disebutkan bahwa pengelolaan keuangan partai politik dilakukan secara transparan dan akuntabel. Apa yang dimaksud
dengan keuangan partai politik? UU tersebut mendefinisikan keuangan partai mencakup semua hak dan kewajiban partai yang dapat dinilai dengan uang,
berupa uang, atau barang serta segala bentuk kekayaan yang dimiliki dan menjadi tanggung jawab partai. Artinya, pengelolaan keuangan partai politik yang wajib
dibuka bukan hanya yang bersumber dari negara tetapi juga dari sumber lainnya, yaitu iuran anggota dan sumbangan yang sah menurut hukum.
Mengenai hal ini, ICW pernah mencoba mendobrak ruang gelap keuangan partai melalui mekanisme permohonan informasi publik yang mekanismenya
diatur dalam UU KIP. Hasilnya sangat mengecewakan namun tidak juga mengejutkan. Dari sembilan partai politik yang mendapatkan kursi di Dewan
Perwakilan Rakyat DPR RI periode 2009-2014, tidak ada satu partai pun yang bersedia memberikan laporan keuangannya. Langkah selanjutnya, ICW
mengajukan penyelesaian sengketa informasi ke Komisi Informasi Pusat KIP. Ironisnya, tidak semua partai bersedia memberikan laporan keuangan walau KIP
telah menyatakan bahwa laporan keuangan partai merupakan informasi yang terbuka bagi publik dan memerintahkan partai untuk memberikan laporan
tersebut kepada ICW selaku pemohon informasi.
Tabel 1. Hasil Permohonan Informasi Keuangan Partai Politik oleh ICW pada Tahun
2012-2013
Partai Politik Tahap Penyelesaian
Sengketa Informasi Hasil
PKS Mediasi ke I
Menyerahkan laporan keuangan DPP yang
1214
terkonsolidasi dengan
laporan keuangan
DPWD dan DPC Partai Golkar
Mediasi ke III Menyerahkan laporan keuangan DPP.
PKB Mediasi ke III
Menyerahkan laporan keuangan DPP yang belum diaudit.
PAN Ajudikasi
Menyerahkan laporan keuangan DPP. PPP
Ajudikasi Menyerahkan laporan keuangan DPP.
PDIP Mediasi ke IV
Menyerahkan laporan
keuangan yang
bersumber dari APBN. Partai Gerindra
Mediasi ke III Berjanji akan menyerahkan, namun tidak
menyerahkan. Partai Hanura
Mediasi ke III Berjanji akan menyerahkan, namun tidak
menyerahkan. Partai Demokrat
Ajudikasi Tidak menyerahkan.
Sumber: ICW, 2013
Pengalaman ICW tersebut menunjukkan betapa partai politik telah mengabaikan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangannya. Sayangnya, perangkat UU yang ada tidak menyediakan jaminan dan sanksi apabila partai tidak menerapkan kedua prinsip tersebut. Padahal, tidak
hanya kepada publik, keuangan partai bahkan tidak dibuka seluruhnya kepada anggota internal partai politik. Ada apa dengan partai politik kita?
Persoalan transparansi keuangan ini merupakan hilir dari persoalan keuangan partai secara keseluruhan. Namun, persoalan ini mengindikasikan
bahwa pelembagaan partai politik berada dalam masalah yang serius. Partai yang merupakan institusi modern nyatanya tidak dilembagakan secara modern. Partai
yang berkembang pesat dan berperan vital dalam sistem politik demokrasi nyatanya juga tidak dilembagakan secara demokratis dengan mengedepankan
prinsip transparan dan akuntabel.
1215
Potret Buram Keuangan Partai Politik
Pasal 35 UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik telah menyebutkan bahwa partai mempunyai tiga sumber keuangan legal. Ketiga sumber tersebut
adalah iuran anggota, sumbangan perseorangan anggota dan non anggota partai serta perusahaan atau badan usaha, dan bantuan negara melalui Anggaran
Penerimaan dan Belanja Negara Daerah APBND. Dinamikanya, ketiga sumber keuangan partai tersebut bermasalah dan tidak mampu mencukupi kebutuhan
partai. Dalam studi ICW pada tahun 2013 disebutkan bahwa penerimaan
keuangan partai masih didominasi oleh iuran anggota partai. Simpulan tersebut didasarkan pada laporan keuangan partai yang berhasil diperoleh dari proses
sengketa informasi dengan Dewan Pimpinan Pusat DPP Partai Amanat Nasional PAN, Partai Persatuan Pembangunan PPP, Partai Keadilan Sejahtera PKS, dan
Partai Kebangkitan Bangsa PKB.
7
Tabel 2. Iuran Anggota DPP Partai Politik
Partai Tahun
Jumlah Penerimaan Rp
Iuran Anggota Rp
PAN 2010
2,917,114,228 2,160,350,000
74 PPP
2010 6,465,762,812
3,598,500,000 55
PKS
8
2010 129,160,090,156
76,438,525,632 59
PKB 2011
839,106,516 555,800,616
66
Sumber: ICW, 2013
Namun, Iuran anggota partai yang dimaksud dalam laporan keuangan partai diatas bukan anggota dalam arti luas melainkan terbatas pada anggota-
anggota yang duduk pada jabatan politik atau publik, seperti anggota legislatif. Hal ini diakui oleh partai politik. Anggota mereka yang duduk sebagai anggota legislatif
7
Indonesia Corruption Watch, 2013. “Pola Korupsi Pendanaan Partai Politik di Indonesia Pasca Orde Baru”. Hlm. 21.
8
Laporan keuangan PKS jumlahnya jauh lebih tinggi dibanding partai lain dikarenakan laporan keuangannya terkonsolidasi antara DPP, DPW, dan DPD.
1216
atau kepala daerah lah yang selama ini aktif mendanai partai politik, baik melalui iuran wajib yang ketentuannya diatur dalam ADART dan peraturan partai atau
sumbangan kegiatan yang bersifat sukarela.
9
Partai Gerindra, misalnya, dalam Pasal 58 Anggaran Dasarnya menyebutkan bahwa penghasilan anggotanya
sebagai anggota DPR dan DPRD disumbangkan kepada partai sebesar 25. Iuran anggota secara keseluruhan nyaris tidak berjalan. Hanya DPP dan
DPW PKS yang mengaku masih dapat menghimpun iuran dana dari anggota- anggotanya yang berada di luar elected official. Marcus Mietzner menganalisa
keringnya iuran anggota ini sebagai dampak dari minimnya kelas menengah yang mampu menyumbang partai secara substantif dan fenomena tidak banyaknya
jumlah anggota partai politik, fenomena ini merupakan fenomena yang juga dialami partai politik di negara-negara lainnya.
10
Sumber keuangan yang kedua, yaitu sumbangan yang sah menurut hukum, sangat jarang dicatat dan dilaporkan oleh partai politik. DPP PAN pada tahun 2010
mencatat hanya menerima sumbangan perorangan sebesar Rp 5.000.000,- dan Rp 132.000.000,- pada tahun 2009. Banyak partai lain, utamanya partai di tingkat
daerah, bahkan tidak mencatat penerimaan partai dari sumber ini. Penyebabnya tidak lain karena sumbangan yang masuk, baik melalui sumbangan perorangan
anggota atau non anggota dan badan usaha masuk bukan melalui bendahara partai tetapi pengurus masing-masing kegiatan partai atau langsung kepada ketua umum
partai.
11
Umumnya, donatur-donatur tersebut juga tidak ingin namanya tercatat dan diketahui oleh publik dengan alasan menghindari tudingan sifat sumbangan
yang mengikat atau pertanyaan darimana asal uang yang disumbangkan tersebut? . Sebab bukan tidak mungkin, uang yang disumbangkan berasal dari
tindak pidana, seperti korupsi dan pencucian uang.
Sudah banyak kasus korupsi yang menunjukkan adanya irisan antara keuangan partai dengan korupsi. Setidaknya dugaan ini tergambar dari beberapa
kasus. Sebagai contoh, Mantan Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin pernah menyatakan bahwa uang hasil suap proyek Hambalang
digunakan untuk membiayai Kongres Partai Demokrat di Bandung. Kebenaran pengakuan ini masih simpang siur hingga saat ini. Dugaan lainnya muncul pada
9
Berdasarkan wawancara dengan pengurus partai politik di tingkat pusat dan daerah pada 2015-2016.
10
Marcus Mietzner, 2011. “Pendanaan Partai dan Kampanye Pemilu di Indonesia”.
11
Ibid 7. Hlm. 22.
1217
kasus suap impor daging sapi yang melibatkan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Berikut kutipan surat dakwaan LHI yang beririsan dengan dugaan tersebut:
12
...AMAD FATANA menyampaikan bahwa MARA ELZABET LIMAN akan dibantu dalam pengurusan penambahan kuota impor
daging sapi dan Menteri Pertanian akan mempelajari terlebih dahulu situasi dan kondisinya sebagaimana hasil pertemuan di Lembang,
sehingga dengan penyampaian AHMAD FATHANAH tersebut MARIA ELIZABETH LIMAN menegaskan komitmennya untuk memberi bantuan
dukungan dana kepada PKS.
Pada tanggal Juli bertempat di Kantor PT CTA Jalan Cipaku
Nomor 18 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Terdakwa dan AHMAD FATHANAH melakukan pertemuan bersama YUDI SETIAWAN untuk
membahas rencana konsolidasi perolehan dana sebesar Rp 2.000.000.000.000,00 dua triliun rupiah dalam rangka pemenuhan
target PKS pada Pemilu
... Disinilah letak bahaya keuangan partai politik yang tertutup dan tidak
terawasi, baik dari sumbangan anggota partai, non anggota partai, dan badan usaha. Sumbangan-sumbangan tersebut bernilai tidak wajar, mengandung conflict
of interest, berasal dari tindak pidana, dan berdampak mengganggu kemandirian partai. Kebijakan yang lahir dari tangan-tangan kader partai yang duduk di jabatan
publik pun dikhawatirkan mengutamakan big donors, bukan kepentingan rakyat. Sumber keuangan yang ketiga yaitu bantuan dari negara melalui APBND.
Setiap tahunnya, negara memberikan bantuan kepada partai politik yang memperoleh kursi di lembaga legislatif. Bantuan tersebut diberikan secara
proporsional berdasarkan perolehan suara. Sejak diberlakukannya pemberian bantuan kepada partai, jumlah bantuan telah beberapa kali mengalami perubahan.
Saat ini, negara mendonasi partai tingkat pusat sebesar Rp 108,- per suara. Sedangkan harga bantuan per suara di provinsi dan kabupaten kota berbeda-
beda. Sama halnya dengan sumber keuangan lainnya, bantuan negara untuk partai ini tidak luput dari masalah, yaitu menyangkut jumlah yang dinilai tidak signifikan
membantu kebutuhan partai tingkat pusat Saat ini 10 partai politik menerima total bantuan sebesar Rp 13.167.442.296,-
13
, peruntukan yang tidak tepat sasaran, dan pengawasan serta audit yang tidak substansial.
Melihat bahayanya dampak persoalan keuangan partai, keuangan partai mendesak untuk dibenahi. Namun, nyaris tidak ada upaya serius dari negara,
12
Dalam Dakwaan Jaksa KPK kepada Presiden Partai Keadilan Sejahtera PKS Luthfi Hasan Ishaaq, No. DAK
– 0924062013, hlm. 4 dan 72.
13
Dihitung berdasarkan perolehan suara sah dalam pemilu legislatif 2014, yaitu 121.920.962 suara.
1218
publik, dan terlebih lagi internal serta para pemimpin partai untuk membenahi persoalan ini. Negara seolah tutup mata atas realitas karut marut keuangan partai
dengan tidak melakukan evaluasi atas efektivitas pemberian bantuan dan setengah hati dalam melakukan pengawasan keuangan partai. Bahkan dapat dikatakan,
keuangan partai sama sekali tidak diawasi. Publik yang telah terlanjur kecewa kepada partai politik semakin menarik jarak terhadap partai.
1219
Tawaran Pembenahan Keuangan Partai Politik Jangka Pendek
Pembenahan keuangan partai politik perlu dibenahi dari hulunya, yaitu regulasi yang mengatur keuangan partai politik itu sendiri. Pembenahan
pengaturan keuangan partai setidaknya menyangkut pada beberapa hal, yaitu sumber pendanaan partai dengan menimbang masalah-masalah mengenai
pendanaan partai yang terjadi saat ini, tata kelola dan penggunaan keuangan, dan transparansi serta akuntabilitas pendanaan.
Mengenai sumber pendanaan, langkah awal yang perlu dilakukan adalan mereview ulang bantuan keuangan yang diberikan oleh negara kepada partai.
Review tersebut khususnya menyangkut pada metode penghitungan dan peruntukan pendanaan. Saat ini, bantuan keuangan untuk DPP partai politik
diperkirakan hanya menutup kebutuhan partai sebesar 1,32.
14
Magnus Ohman berdasarkan pengamatannya mengenai keuangan partai di banyak negara
menyebutkan bahwa subsidi negara atau public funding hanya dapat berdampak apabila diberikan dalam jumlah yang cukup tinggi.
15
Melihat kecilnya kontribusi negara kepada partai dan mengingat besarnya pengaruh partai dalam penyelenggaraan negara, meningkatkan subsidi negara
kepada partai dapat menjadi alternatif cara untuk menjawab persoalan keuangan partai. Disamping besarnya modal yang dibutuhkan partai untuk menjalankan
fungsi yang berkaitan erat dengan negara, gagasan ini muncul karena beberapa faktor lain.
Faktor pertama yaitu keyakinan bahwa bantuan negara dengan jumlah yang lebih signifikan diyakini dapat memotong lingkaran setan persoalan keuangan
partai dan dapat mendorong percepatan pembenahan partai. Ditengah persoalan kusut yang membelenggu partai saat ini, sulit mengharapkan partai dapat
berbenah dengan sendirinya. Absennya negara dan publik terhadap persoalan ini justru akan semakin membuat partai politik dibajak oleh segelintir elit dan
pemodal partai yang target utamanya adalah membajak sumber daya negara.
14
Didik Supriyanto, dkk. Bantuan Keuangan Partai Politik, Jakarta: Yayasan Perludem, hlm. 32
15
Magnus Ohman. Getting the Political Finance System Right, dalam Funding of Political Partie and Election Campaigns, Sweden: International IDEA. Hlm. 23.
1220
Faktor kedua yaitu sebagai upaya untuk mendorong partai menjadi lebih transparan dan akuntabel serta terawasi oleh negara dan publik. Faktor ini
berkaitan dengan fenomena yang saat ini terjadi, yaitu partai tidak transparan dan akuntabel dalam mengelola keuangannya dengan alasan tidak merasa perlu
untuk transparan kepada publik. Walau tanpa bantuan keuangan dari negara
sekali pun partai seharusnya transparan dan akuntabel, strategi ini diperlukan untuk lebih mendesak partai agar tidak mengabaikan penerapan dua prinsip
partai modern tersebut. Faktor ketiga yaitu untuk menjaga kemandirian partai dari bahaya
sumbangan mengikat yang berasal dari sumbangan elit partai dan pihak ketiga, perorangan atau badan usaha. Tersumbatnya kran keuangan partai dari iuran
anggota dan minimnya bantuan keuangan negara akan membuat partai membuka pintu lebar-lebar terhadap sumbangan-sumbangan dari pihak-pihak ini. Apabila
hal tersebut terjadi, partai cenderung akan akuntabel hanya kepada pendonornya dibanding rakyat. Arah kebijakan dan kendali partai turut serta
menjadi taruhannya. Mengenai berapa jumlah peningkatan bantuan keuangan partai atau berapa
sebaiknya negara mengalokasikan anggarannya untuk partai, sangat dapat didiskusikan lebih jauh. Sejauh ini telah banyak gagasan yang menawarkan
formula baru, baik mengenai formula baru bantuan untuk partai maupun jenis- jenis bantuan yang dapat negara berikan kepada partai. Sebagai salah satu
alternatif, jumlah bantuan kepada partai dapat dipersentasekan dari APBN. Jumlah bantuan yang diberikan negara kepada partai dingkat pusat saat ini sebesar
kurang lebih 0,00072 dari total pendapatan negara.
16
Jumlah tersebut dapat dinaikkan secara bertahap dengan mempertimbangkan berapa besar porsi
kebutuhan keuangan partai yang sebaiknya dibantu oleh negara. Dengan mempersentasekan dari APBN, jumlah bantuan negara untuk partai dapat naik
dan turun sesuai dengan kemampuan pendapatan negara. Peningkatan jumlah bantuan keuangan negara ini bukan merupakan cek
kosong tetapi juga disertai dengan gagasan peningkatan pengawasan dibawah satu lembaga yang diberi wewenang untuk mengawasi dana partai, tuntutan
transparansi dan akuntabilitas, serta sanksi kepada partai politik yang melanggar
16
Pendapatan ne
gara tahun 2016 sebesar Rp 1.822,5 Triliun dalam “Informasi APBN 2016”, http:www.kemenkeu.go.idsitesdefaultfilesbibfinal.pdf
diakses pada Juli 2016.
1221
ketentuan. Sehingga, peningkatan bantuan bukan merupakan gagasan tunggal melainkan sepaket dengan gagasan pembenahan tata kelola keuangan partai
secara keseluruhan.
Jangka Panjang
Gagasan pembenahan keuangan partai dengan pintu masuk meredesign bantuan keuangan negara untuk partai di atas merupakan usulan alternatif namun
bukan usulan yang baik dalam konteks pembenahan keuangan partai dalam jangka panjang. Redesign bantuan keuangan negara kepada partai tersebut perlu
dibarengi dengan pembenahan sumber keuangan partai yang lain, khususnya kontribusi internal anggota partai politik dan publik luas. Kontribusi internal
anggota ini akan menjadi jawaban jangka panjang bagi persoalan keuangan partai. Mengapa kontribusi internal partai politik menempati posisi yang penting
dalam membangun keuangan partai yang sehat dalam jangka panjang? Betapa pun besarnya jumlah bantuan keuangan yang diberikan oleh negara kepada partai
pada dasarnya tidak akan cukup. Di sisi lain, tidak baik bagi kemandirian partai politik apabila negara terlalu menyuapi partai politik. Partai tidak hanya penting
didorong untuk lebih mandiri dari sumbangan pihak ketiga dalam jumlah yang
besar, tetapi juga dari bantuan keuangan negara yang berlebihan. Selain itu, kontribusi internal partai politik ini juga diyakini akan semakin mendorong
berkembangnya demokrasi internal partai politik. Idealnya, sebagian besar kebutuhan partai politik memang didanai oleh
anggota partai politik dan publik luas dengan semangat sukarela. Dua sumber keuangan partai politik ini dapat menjaga kemandirian partai politik sekaligus
dapat mendorong partai untuk lebih akuntabel kepada anggota dan publik. Tidak hanya itu, keunggulan partai yang didanai oleh anggota dan publik dapat
menguatkan rasa kepemilikan partai oleh kader dan publik. Namun dengan persoalan yang ada saat ini, yaitu fenomena partai krisis
anggota dan lemahnya pelembagaan partai politik, menumbuhkan semangat anggota membayar iuran kepada partai merupakan hal yang sulit. Terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh partai politik untuk mengarah pada tahap tersebut. Syarat-syarat tersebut sangat bergantung pada kemauan elit atau
1222
pimpinan partai politik untuk membuat partai politiknya terinstitusionalisasi dengan baik.
Syarat pertama yaitu menguatkan ideologi partai. Ideologi partai saat ini cenderung tidak konsisten. Partai tidak menurunkan ideologi tersebut secara
konkret, kontekstual, dan operasional pada kebijakan dan program-program politik yang dijalankan partai. Akibatnya, selain warna, nyaris tidak ada pembeda
antara partai yang satu dengan partai yang lainnya. Padahal, ideologi merupakan ciri penting partai politik dan berfungsi sebagai pemersatu serta tujuan
perjuangan partai.
17
Syarat kedua yaitu mengembalikan semangat kepartaian berbasis anggota. Partai politik perlu menurunkan agenda-agenda kepartaiannya sebagai agenda-
agenda dari anggota partai. Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi simbiosis mutualisme antara partai politik dengan anggota partai. Partai membutuhkan
anggota untuk berkembang dan menjadi agen-agen partai politik dalam menjalankan fungsi dan perannya, begitupula kader partai membutuhkan partai
sebagai sarana memperjuangkan kepentingan, baik kepentingan sosial atau pun kepentingan memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Partai perlu
ditegaskan merupakan milik anggota, bukan merupakan milik segelintir elit partai.
Syarat ketiga lebih bersifat teknis, yaitu perlunya partai politik menciptakan sistem reward and punishment yang berkenaan dengan iuran anggota partai
sebagai pemantik agar anggota mau menyumbang kepada partai. Salah satu penyebab anggota enggan membayar iuran adalah anggota tidak merasa
mendapat keuntungan dari membayar iuran secara rutin kepada partai. Jenis reward and punishment ini bisa beragam, tergantung pada kebijakan internal
partai. Sebagai contoh, mengorelasikan antara pembayaran iuran anggota dengan paket pendidikan politik atau bahkan pencalonan dalam pemilu. Walau tidak
menjadi satu-satunya tolak ukur, kepatuhan atau kerajinan anggota membayar iuran kepada partai dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan partai politik
dalam mencalonkan anggotanya sebagai kandidat pemilu. Tentu saja dengan melihat kompetensi dan sejumlah persyaratan yang lain.
Sebelum itu, seluruh pihak, khususnya internal partai politik, perlu bersepakat dan berkomitmen untuk mengubah paradigma dalam melihat partai
17
Ramlan Surbakti, 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Kompas Gramedia. Hlm. 147.
1223
politik. Partai politik patut dimaknai sebagai institusi politik yang tidak hanya bekerja dan berperan dalam ranah kepemiluan. Partai politik tidak hanya
meletakkan fokus utama mereka dalam pertarungan politik perebutan kekuasaan di level pusat atau pun lokal seperti yang saat ini terjadi. Lebih dari itu, partai
politik perlu memfokuskan diri melakukan kerja sosial jangka panjang yang memadu dan memperjuangkan kepentingan partai yang didalamnya menyangkut
kepentingan rakyat. Jarak antara partai dengan rakyat yang hari ini terlanjur lebar akibat berbagai persoalan perlu dipersempit.
Penutup
Seiring berkembangnya peran dan fungsi partai pasca reformasi, persoalan yang dihadapi partai turut berkembang pula. Persoalan tersebut membuat partai
tidak selamanya menjadi institusi politik yang dapat berperan positif dalam perkembangan demokrasi tetapi sebaliknya, partai bergerak menjadi institusi
yang dapat merusak pemerintahan demokrasi. Partai dengan mudah dikendalikan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang semata-mata menjadikan partai sebagai
alat untuk mendapatkan kekuasaan dan menguasai sumber daya negara. Menyikapi hal ini, negara, internal partai politik, dan masyarakat perlu
bersepakat dan menyatukan komitmen untuk membenahi partai politik, salah satunya dengan menjawab problematika pendanaan partai. Selain karena
pendanaan dapat mengubah arah kepentingan partai, pendanaan merupakan keniscayaan yang dibutuhkan partai untuk terus bertahan dan menjalankan peran
serta fungsi-fungsi kepartaiannya. Lepas
dari setuju
atau tidaknya
dan mudah
atau sulitnya
mengimplementasikan gagasan-gagasan diatas, tulisan ini ingin menyampaikan pesan bahwa negara dan publik tidak seharusnya menutup mata melihat partai
yang terus bergerak mengecewakan. Jalan keluar yang dipilih perlu melihat situasi politik dan keterbatasan partai politik untuk dengan sendirinya berbenah
diri dan tidak melupakan semangat mengapa partai politik dibentuk dan memainkan peran yang sedemikian penting dalam konteks penyelenggaraan
negara yang demokratis. Pembenahan regulasi partai politik, yaitu revisi UU No. 2 Tahun 2008 jo. UU
No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik atau terbatas pada turunan-turunan
1224
regulasi dibawahnya, seperti Peraturan Pemerintah PP mengenai keuangan partai politik, perlu dilakukan. Berdasarkan gagasan diatas, arah pembenahan
mencakup tiga hal. Pertama menaikkan posisi tawar negara dan publik dengan memberikan bantuan keuangan negara yang lebih signifikan membantu partai.
Kedua, menciptakan keuangan partai yang terawasi dan transparan. Ide dibuatnya satu lembaga khusus yang berwenang mengurus segala hal yang berkaitan dengan
keuangan partai, distribusi hingga pengawasan dan audit, perlu dipertimbangkan dengan serius. Ketiga, memasukkan sanksi administrasi hingga pidana apabila
partai menyalahi aturan penerimaaan dan pengelolaan keuangan serta tidak transparan kepada publik. Dalam hal ini, mengorelasikan regulasi partai politik
dengan regulasi lain seperti UU Pemilu dan UU Tindak Pidana Korupsi menjadi hal yang penting. Laporan keuangan partai dapat dijadikan sebagai salah satu syarat
agar partai politik dapat menjadi partai politik perta pemilu dan penyalahgunaan keuangan partai perlu digolongkan sebagai tindak pidana korupsi.
Persoalan yang mungkin muncul seiring adanya gagasan diatas adalah adaya resistensi publik. Resistensi publik yang potensial muncul terhadap gagasan
pembenahan keuangan partai melalui subsidi negara dapat dijawab dengan menyampaikan urgensi keberadaan partai dan persoalannya kepada publik dan
dengan peningkatan bantuan negara secara bertahap, disesuaikan dengan dampak perubahan kebijakan tersebut terhadap pembenahan partai, yaitu dalam hal
transparansi dan akuntabilitasnya. Mengenai dampaknya terhadap korupsi akan sulit dilihat sebab korupsi merupakan kejahatan dengan multi faktor dan aktor,
tidak hanya berkaitan dengan keuangan partai. Selain dari sisi regulasi, partai politik harus membenahi diri secara internal
dengan memosisikan anggota partai sebagai pemilik partai sehingga harus berkontribusi aktif, termasuk dalam hal pendanaan. Mengorelasikan upaya
menarik iuran anggota partai ini dapat dikorelasikan dengan fungsi kaderisasai dan rekrutmen kandidat pemilu oleh partai politik. Beberapa partai politik, salah
satunya PDIP, tengah mendorong berjalannya iuran anggota melalui adanya program rekening gotong royong. Hal ini adalah arah perubahan yang bagus
apabila dilakukan dengan konsisten dan sistematis. Dengan pembenahan baik dari sektor eksternal dan internal ini, partai politik
akan dapat bergerak menjadi partai yang lebih sehat, transparan, dan demokratis. Terakhir, pembenahan terhadap partai politik ini akan mustahil terjadi tanpa
1225
adanya dukungan dan komitmen pimpinan partai dan pemerintah. Bagaimanapun, konstitusi mengatur bahwa kekuasaan pembuatan dan revisi UU berada ditangan
DPR yang secara tidak langsung juga menjalankan kebijakan partai dan dengan persetujuan presiden.
Daftar Pustaka
Center for Strategic International Studies CSIS ,
. Temuan Survei Nasional: Revisi UU KPK dan Pertaruhan Modal Politik Jokowi
Dakwaan Jaksa KPK kepada Presiden Partai Keadilan Sejahtera PKS Luthfi Hasan Ishaaq, No. DAK
– 0924062013. Indonesia Corruption Watch
, Rilis: Tren Korupsi Semester dan ,
Februari 2014. Indonesia Corruption Watch,
Laporan asil Pemantauan CW Atas Perkara Korupsi yang Melibatkan Anggota Legislatif: Awas Legislatif ditempati
Koruptor , September Komisi Pemberantasan Korupsi KPK ,
. Program Politik Cerdas Berintegritas .
Lembaga Survei ndonesia, . Laporan Rilis Survei : Partai Politik di Mata
Publik , File:
http:www.lsi.or.idriset436Rilis-LSI-dimata-publik
, diakses
pada 15 Februari 2015.
Mietzner, Marcus, . Pendanaan Partai dan Kampanye Pemilu di Indonesia .
MSI SIAP I. Ohman, Magnus, 2014. Getting the Political Finance System Right dalam Elin
Falguera, Ed., Funding of Political Partie and Election Campaigns, Sweden: International IDEA.
Republik Indonesia, UU No. 2 Tahun 2008 jo UU No. 2 Tahun 2011 tentang Keuangan Partai Politik.
Supriyanto, Didik, dkk, 2011. Bantuan Keuangan Partai Politik, Jakarta: Yayasan Perludem.
Surbakti, Ramlan, 2010. Memahami Ilmu Politik, Cetakan kedelapan, Jakarta: Kompas Gramedia.
Transparency nternational, . Global Corruption Barometer 1 , File :
http:www.transparency.orggcb2013country?country=indonesia
, diakses pada
20 April 2015.
Biografi Singkat Penulis Almas Ghaliya Putri Sjafrina, S.Ip, adalah peneliti di Indonesia Corruption Watch
ICW. Almas Sjafrina, demikian sapaan akrabnya, menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Politik di Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2013. Sejak
masa kuliah, ia tertarik pada isu-isu seputar pemilu dan partai politik. Hingga saat ini, dua isu tersebut menjadi concern studi dan advokasi yang digelutinya di Divisi
Korupsi Politik ICW.
1226
Mewujudkan Keterbukaan Keuangan Partai Melalui Demorasi Internal Partai Politik
Abstraksi
Bantuan Keuangan untuk Pendidikan Politik di Kota Surabaya
Oleh : Purnomo S. Pringgodigdo
KPU Kota Surabaya 0822 2526 00 07
purnomo.s.pringgodigdogmail.com Bantuan Keuangan bagi partai politik memiliki posisi yang cukup penting bagi
keberadaan partai politik. Hal ini bukan saja sebagai salah satu sumber keuangan bagi partai politik, akan tetapi juga sebagai alat pemaksa bagi partai politik agar
menyelanggarakan pendidikan politik bagi anggota, ataupun bagi masyarakat luas. Di sisi yang lain, pendidikan politik juga memiliki arti yang tidak kalah penting. Selain
karena tujuannya, pendidikan politik dapat digunakan sebagai intrumen untuk menertibkan pengelolaan bantuan keuangan oleh partai politik karena perencanaan
atas kegiatan ini menjadi bagian dari pengajuan dana, sampai dengan ketentuan
– ketentuan yang menjadi prasyarat pengelolaannya. Dengan menggunakan
pendekatan yang berbeda, tulisan ini hendak melakukan analisa terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur atas pengelolaan bantuan
keuangan, khususnya pendidikan politik di Kota Surabaya agar kemudian dijadikan pelajaran bagi partai politik, yang menerima bantuan keuangan untuk tidak lagi
mengulangi kesalahan yang sama dalam penyusunan laporan pertanggung jawaban, atau bahkan bisa mengelola bantuan keuangan ini menjadi lebih baik dan identifikasi
terhadap perbaikan
– perbaikan yang dapat dilakukan oleh BPK, terhadap pemeriksaan yang dilakukannya di daerah yang secara kewilayahan, ataupun
kepemimpinannya memiliki track record cukup baik dalam pemberantasan korupsi, yaitu Kota Surabaya.
1227
Bantuan Keuangan untuk Pendidikan Politik di Kota Surabaya
Purnomo S. Pringgodigdo Kata Kunci
Partai Politik, Bantuan Keuangan, Pendidikan Politik, LHP, BPK, Surabaya