Penutup Problem Penyelesaian konflik Internal Gokar dan PPP

1190 konflik internal parpol baru dapat diajukan ke pengadilan negeri. Ketiga, jika pengadilan sudah menetapkan putusan yang bersifat tetap dan mengikat, maka di tahapan inilah secara administratif pemerintah berperan dalam hal pendaftaran kepengurusan parpol yang sah. Keempat, problem penyelesaian konflik internal parpol biasanya disebabkan oleh kurang matangnya para elit politik dalam membuat konsensus dan belum adanya mekanisme yang jelas dan detail terkait penyelesaian konflik internal parpol. Makalah ini merekomendasikan, pertama, agar ADART parpol di Indonesia perlu mengatur secara lebih detail mekanisme penyelesaian konflik parpol agar konflik yang ada tidak berkepanjangan dan justru merugikan parpol itu sendiri. Kedua, pemerintahan harus menahan diri secara politik untuk campur tangan dalam konflik internal parpol. 1191 DAFTAR PUSTAKA A, Jack. 2004. Goldstone and Jay Ulfder, How to Construct Stable Democracy, The Washington Quaterly. Asshiddiqie, Jimly. 2006. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta : Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Budiardjo, Miriam. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. H. Anto Djawamaku, 2005. Percehan Partai Politik, Pmberantasan Korupsi dan Berbagai Masalah Politik Lainnya, dalam Jurnal Analisis CSIS: Peran Masyarakat dan Demokrasi Lokal, Jakarta, Vol. 34, No.2. Held, David. 2007. Models of Democracy. Edisi Ketiga, Edisi Bahasa Indonesia, translated by Akbar Tandjung Institute. Linz, Juan and Alfred Stepan, 1996. Problems of Democratic Transition and Consolidation: Southern Europe, South Africa and Post-Communist Europe, Johns Hopkins University Press. Schedler, Andreas, . Measuring Democratic Consolidation , Studies in Comparative International Development, Vol 36, Issue 1. Sjamsuddin, Nazaruddin, Zulkifli Hamid, dan Toto Pribadi, Sistem Politik Indonesia, Karunika Jakarta, Universitas Terbuka 1988. Weingast, Barry R. 1997. The Political Foundations of Democracy and the Rule of Law, The American Political Science Review, Vol. 91, No. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Partai Persatuan Pembangunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Golkar Peran dan Fungsi Mahkamah Partai Politik Dalam Menyelesaikan Konflik Internal Partai menurut UU No 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, digilib.uinsby.ac.id. https:syamsuddinharis.wordpress.commengelola-konflik-partai-politik http:septa51.web.unej.ac.idkonflik-internal-partai-golkar http:nasional.kompas.comKonflik.Internal.sebagai.Ujian.Soliditas.Golkar http:nasional.kompas.comPertempuran.Jelang.Pemilihan.Golkar-1 http:www.pejabatpublik.comwpkronologi-panjang-dualisme-golkar-kapan selesai http:www.politik.lipi.go.idkolomkolom-2politik-nasional1052-kemungkinkan- islah-ppp 1192 1193 SOLIDITAS PARTAI KEBANGKITAN BAN GSA PASCA KONFLIK INTERNAL TAHUN 2008 THE SOLIDITY OF PARTAI KEBANGKITAN BANGSA POST INTERNAL CONFLICT IN 2008 Esty Ekawati Pusat Penelitian Politik LIPI Jl. Jend. Gatot Subroto, No.10, Jakarta esty1watigmail.com ABSTRACT The solidity of political party occurred if it could manage the internal problems to avoid from fragmentation. National Awakening Party PKB, one of the party that born at reform era. In the first decade of political journey, PKB run into triche of internal conflict that led to fragmentation. This article discussing about the solidity of National Awakening Party post-internal conflict in 2008 with qualitative method used literature review process and interview. For this, PKB built politic al communication with the kiai khos that they had left PKB since the internal conflict occurred. Beside that, PKB als o built “kiai kampung forum to accumulate constituen ’s ballot cause the k iai has an extensive network as a vote getter. The result indicated that since 2009 election, PKB made restructurization and party institutionalization to build solidity. Finally, PKB got the significant increase ballot at the 2014 election Keywords: PKB, fragmentation, internal conflict part y’, solidity, kiai ABSTRAK Soliditas partai politik dapat terjadi jika parpol mampu mengelola masalah internalnya sendiri sehingga dapat terhindar dari perpecahan. Partai Kebangkitan Bangsa PKB merupakan salah satu partai yang lahir di era reformasi dan dalam perjalanan sepuluh tahun pertama mengalami tiga kali konflik in ternal yang berujung dengan perpecahan. Artikel ini membahas soliditas PKB pasca konflik tahun 2008 dengan menggunakan metode kualitatif berdasarkan studi literature dan hasil interview. Demi membangun soliditas, PKB berupaya membangun komunikasi politik dan silaturahmi dengan para kiai yang pernah meninggalkan PKB akibat konflik internal. PKB juga membentuk forum kiai kampung yang bertujuan menjaring suara dari masyarakat karena kiai merupakan vote getter potensial dan memiliki jaringan yang luas di masyarakat. Hasilnya dapat dikatakan bahwa pasca pemilu 2009, PKB melakukan upaya pembenahan struktural dan pelembagaan partai demi mewujudkan soliditas partai. Dan akhirnya, PKB mampu memper oleh peningkatan suara yang signifikan dalam Pemilu 2014. Kata Kunci: PKB, perpecahan, konflik internal partai, soliditas, kiai 1194 PENDAHULUAN Demokratisasi politik di Indonesia terbuka sejak reformasi bergulir setelah 32 tahun dikekang oleh rezim Orde Baru. Langkah awal demokratisasi dila kukan pemerintahan Habibie dengan menyusun UU paket politik yang salah satunya adalah Undang-undang tentang Partai Politik. Undang-undang ini memberikan kebebasan bagi warga negara untuk mendirikan partai politik, suatu orga nisasi yang selama Orde Baru dimandulkan fungsi dan posisinya. Partai politik merupakan salah satu instrumen demokrasi. seperti yang diungkapkan oleh Schattschneider bahwa Partai politik mencip takan demokrasi dan demokrasi modern tidak bisa dilepaskan da ri partai. 1 Linz dan Stepan juga menyatakan bahwa perkembangan partai politik merupakan bagian dari perkembangan political society untuk mengontrol kekuasaan Negara dan aparatus politiknya. 2 Akan tetapi, dalam menjalankan fungsinya, tidak sedikit parpol mengalami konflik internal. Hal ini dikarenakan ada banyak kepentingan bermain di sana. Bahkan, adanya perbedaan kepentingan di internal partai kerap menyebabkan fragmentasiperpecahan yang berujung pada pembentukan partai baru oleh pihak yang kecewa. Sejumlah partai yang mengalami konflik internal pasca Pemilu 1999 dan berujung pada pembentukan partai baru misalnya: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP terpecah dan terbentuk partai baru yaitu Partai Nasional Benteng Kemerdekaan PNBK dan Partai D emokrasi Pembaruan PDP. Sejumlah kader Golkar yang kecewa juga keluar dari Golkar dan membentuk partai baru seperti Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia PKPI, Partai Karya Peduli Bangsa PKPB, Partai Hati Nurani Rakyat Hanura, Partai Gerindra dan yang terakhir adalah Partai Nasdem. 3 Perpecahan juga terjadi di partai-partai Islam seperti yang terjadi di PKB. Partai Kebangkitan Nasional Ulama PKN U merupakan partai yang didirikan oleh kiai -kiai yang keluar dari PKB akibat konflik internal. Perpecah an di PAN juga melahirkan Partai Matahari Bangsa PMB. Bahkan PPP yang notabene adalah partai lama juga terpecah dan melahirkan Partai Persatuan PP dan Partai Bintang Reformasi PBR. Beragam alasan menjadi pemicu perpecahan tersebut, dari alasan ideolo gi, pembagian kursi yang tidak merata, kekalahan di konvensi, hingga persoalan kepemimpinan partai. Konflik internal partai merupakan kondisi yang wajar di alam demokrasi. Namun, konflik yang tidak mampu menghasilkan konsensus justru dapat berujung pada perpecahan dan memunculkan partai-partai baru. Konflik terjadi ketika ada benturan kepentingan, di mana jika ada pihak yang merasa diperlakukan tidak adil atau manakala pihak berperilaku menyentuh titik kemarahan pihak lain. Maswad i Rauf berpendapat bahwa konflik politik mempunyai konotasi politik yakni mempunyai keterikatan dengan negara, pemerintah, para 1 Cross P. William Katz S. Rich ard, The Challenges of In tra-Party Dem ocracy United Kingdom: O xford University Press, 2013 , doi:1 0.10 07s 133 98 -01 4- 017 3-7.2. hal.1 2 Juan J. Linz an d Alfred Step an, Problems of Democratic Transition and Consolidation : So uthern Eu rop e, Sou th Am erica, and Post -Comm unist Eu rop e, in Prob lems of Democra tic Tra nsition and Consol idation: Southe rn Eu rope, South A merica, and Post- Communist Europe, 1 996, 38 –54, d oi:1 0.230 7200 47 958. 3 Firman No or, Pe rpecahan Da n Soliditas P ar tai Isla m Di Indonesia: Kas us PKB Dan PK S Di De kade A wal Reformasi Jak arta: LI PI Press, 2015. H al.4 1195 pejabat politikpemerintah dan kebijakan. 4 Manakala resolusi konflik tidak diupayakan maka keutuhan demokrasi dipertaruhkan. Partai Kebangkitan Bangsa merupakan salah satu partai yang lahir di era Reformasi. Partai ini lahir berdasarkan inisiasi dari tokoh -tokoh organisasi keagamaan Islam besar di Indonesia yaitu Nahdhatul Ulama. Pada pemilu 1999, PKB memperoleh suara yang cukup signifikan yaitu lebih dari 12 persen. Hasil ini menjadikan PKB memiliki posisi tawar yang diperhitungkan dalam pencalonan Abdurrahman Wahid Gus Dur sebagai Calon Presiden yang dipilih oleh MPR tahun 1999. Dalam perjalanannya, langkah politik PKB untuk menjadi partai yang dipe rhitungkan nampaknya penuh dinamika. Konflik internal partai menjadi jalan terjal yang harus dilalui PKB selama dekade pertama. Data menunjukkan bahwa PKB mengalami setida knya tiga ka li konflik internal yang berdampak pada penurunan suara dari pemilu ke pemilu. Konflik internal pertama terjadi pada tahun 2001 antara Gus Dur dan Matori Abdul Jalil. Konflik kedua terjadi pasca pemilu 2004 antara Gus Dur dan Alwi Shihab yang akhirnya melahirkan partai baru yaitu PKNU. Konflik ketiga terjadi cukup memanas antara Gus Dur dan Muhaimin Iskandar tahun 2008 yang kemudian berdampak pada terbentuknya dua kubu PKB dan berimbas pada penurunan perolehan suara PKB yang cukup drastis pada pemilu 2009. Berdasarkan data KPU, perolehan suara PKB 2004 sebesar 10,61 11.989.564 sedangkan pada Pemilu 2009 prosentase perolehan suara PKB menjadi 4,95 5.146.122. Pembahasan mengenai PKB sudah cukup banyak dikaji. Seperti yang dilakukan oleh Firman Noor 2015 yang melihat tingkat perpecahan dan soliditas PKB dari empat dimensi yang terkait dengan pelembagaan yaitu; 1 pengambilan kebija kan atas dasar aturan main yang berlaku, 2 kaderisasi, 3 mekanisme resolusi konflik, 4 ideologi atau kesamaan nilai. Kamarudin 2008, menguraikan penyebab konflik internal PKB yaitu; pertama, ketokohan Gusdur sebagai Ketua Dewan Syuro PKB yang memberikan kekuasan besar kepada Dewan Syuro dalam menentukan arah dan kebijakan partai. Sebab kedua, tiadanya kompromi antar pihak yang bertikai. Ketiga, ketidakma mpuan memecahkan masalah internal secar a independen melalui pengadilan, dan keempat kegagalan islah untuk mengatasi konflik internal partai. Ichwan Arifin 2008 juga membahas mengenai posisi K iai N U dalam konflik internal di PKB. Kajian Pusat Penelitian Politik LIPI 2008 5 menguraikan pelembagaan partai politik pasca Orde Baru yang salah satu bab -nya membahas mengenai pelembagaan PKB. Berdasarkan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa PKB merupakan partai yang mengalami masalah serius dalam pele mbagaan. Namun, kajian tersebut tidak menguraikan perpecahan yang terjadi sebagai dampak dari lemahnya pelembagaan partai. 4 Maswadi R auf, Konsensus Politi k Sebuah Pemjajaga n Teori tis Jakarta: Direk torat J en deral Pen didiakn Tinggi Departemen Pen didikan N asional, 20 01. H al.19 5 Lili Romli, ed., Pelembagaan Pa rtai Poli tik Pasca O rde Baru Jak arta: LI PI Press, 20 08. 1196 Kajian-kajian yang membahas mengenai PKB sudah banyak dilakukan, baik dalam hal pelembagaan partai, konflik internal maupun relasi antara Kiai dan PKB tersebut. Akan tetapi, kajian tersebut dilakukan dalam rentang waktu dekade awal PKB berdiri. Artikel ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya karena penulis membahas mengenai soliditas PKB pasca konflik ketiga tahun 2008 di mana PKB mampu mengatasi konflik internal dan berupaya membangun soliditas partai. Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji: Bagaimana upaya Partai Kebangkitan Bangsa PKB dalam membangun soliditas partai pasca konflik internal tahun 2008?. Kajian ini menjadi penting untuk diangkat supay a ke depannya partai, khususnya PKB dapat lebih menjaga soliditas in ternal dengan tidak lupa membangun komunikasi politik yang baik dengan para kader dan konstituennya. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualita tif melalu i studi literatur dan wawancara. Data dikumpulkan dari berbagai sumber tertulis dan informasi yang ada, baik itu buku, jurnal, hasil kutipan wawancara di media, dan artikel dari media massa maupun internet sebagai bahan referensi untuk penulisan. Kerangka pemikiran Partai politik merupakan pilar demokrasi. Di ranah demokrasi, rakyat dapat bergabung menjadi kader partai maupun menjadi rakyat yang menyuarakan aspirasinya melalui para wakilnya. Partai politik didefinis kan Neuman sebagai organisasi artikulatif yang terdir i dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya untuk menguasai kekuasaan pemerintah dan bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan berbeda. 6 Sedangkan menurut Giovanni Sartori, partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum tersebut partai politik dapat menempatkan calon - calonnya untuk mengisi jabatan-jabatan publik. 7 Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka penulis mendefinisikan partai politik sebagai suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum untuk mendapatkan jabatan -jabatan politik. Membahas partai politik tentu tidak terlepas dari pembahasan mengenai pelembagaan Institutionalization. Proses pelembagaan parpol salah satunya dipengaruhi oleh soliditas partai. Samuel Hunting ton mendefinisikan pelembagaan sebagai “ the process by whic h organizations and procedures acquire value and stability . 8 Huntington mengidentifikasi empat d ime nsi dari Institusionalisasi yaitu: 1 Adaptability kemampuan beradaptasi berkaitan dengan umur partai termasuk kemampuan untuk bertahan dalam sebuah sistem politik, baik menjadi wa kil rakyat, menjadi oposisi maupun bagian dari pemerintahan. 2 complexity kompleksitas berkaitan dengan keberadaan sub -unit organisasi dan hubungan diadalamnya. 3 Autonomy otonomi merujuk pada tingkat perbedaan dari kelompok sosial lainnya 6 Miriam Budiard jo, Dasa r- Dasar I lmu Poli tik J akarta: G ram edi a, 200 8. Hal.40 4 7 Giovanni Sartori, Pa rties and Pa r ty Sys te ms: A Fra me wor k for Analysis UK : ECPR Press, 200 5. Hal.57 8 V. Rand all and L. Svasand, Party Ins titu tionalization in N ew Democ racies, Pa rty Politics 8, no. 1 200 2: 5 –29, doi:10.1 177 1 35 406 880 20 080 01 001. H al.10 dan pola tingkah laku. 4 coherence koherensi, merujuk pada tingkat konsensus internal partai, termasuk kemampuan untuk menyelesaikan persoalan internal partai. 9 Angelo Panebianco mendefinisikan pelembagaaninstitusionalisasi adalah cara bagaimana organisasi menciptakan soliditas the way the organization solidifies. Sedangkan Randall dan Svasand sendiri mendefiniskan pelembagaan sebagai “the process by whic h the party becom es establis h in term both of their integrated patterns of behaviors and of attitudes or culture . 10 Salah satu aspek yang menjadi indikator pelembagaaninstitusionalisasi partai adalah solid itas partai atau koherensi. Oleh sebab itu, penulis menggunakan soliditas untuk me lihat bagaimana institusionalisasi partai berjalan, bukan untuk menilai baik buruknya institusionalisasi sebuah partai berdasarkan indikator soliditas. Soliditas atau juga bisa disebut koherensi dalam tulisan ini didefinisikan sebagai kemampuan mempertahankan keberadaan dan keutuhan. Soliditas partai sebagai sebuah sistem dikaitkan dengan kapasitas atau kemampuan sebuah partai untuk menyatukan dan mempertahankan seluruh sub-sistem di dalam partai politik yang memastikan bahwa seluruh unsur bekerja bersama untuk mencapai tujuan. 11 Dari definisi Huntington dan Noor mengenai soliditas atau koherensi, penulis mendefinisikan soliditas sebagai kemampuan partai untuk menyelesaikan persoalan internal dan mempertahankan keutuhan partai. Artikel ini memilih aspek soliditas a tau koherensi didasarkan pada kondisi PKB yang mengalami tiga kali konflik internal yaitu pada tahun 2001, 2005 dan 2008 yang berakibat pada penurunan perolehan suara hasil pemilu. Akan tetapi, pasca konflik internal tahun 2008, PKB nampaknya berbenah dan berupaya membangun soliditas internal partai. PEMBAHASAN Kebebasan masyarakat berpartisipasi dalam kehidupan politik menjadi salah satu agenda reformasi. Pemilu 1999 diiku ti oleh 48 partai politik dengan berbagai ideologi dan platform, termasuk partai-partai politik yang mengusung ideologi maupun simbol-simbol Islam. PKB adalah salah satu partai Islam yang dideklarasikan oleh tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama NU yang iku t dalam Pemilu pasca reformasi. Meski ideologi PKB bukanlah Islam melainkan Pancasila, namun PKB bisa dikatakan sebagai partai Islam karena masih menggunakan simbol-simbol Islam dan menggantungkan dukungan dari basis massa Islam yaitu NU. Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa PKB Pasca reformasi, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU sebagai organisasi sosial keagamaan Islam mendapat usulan dari warga NU di seluruh pelosok tanah air untuk mendirikan partai. Banyaknya masukan dan tu ntutan pendirian partai dari kaum 9 Ibid. 10 Ibid. 11 Noor, Perpecaha n Dan Soliditas Pa rtai Is lam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS Di De kade Awa l Reformasi. Hal.25 Nahdliyin tersebut, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini dikarenakan NU terbatasi oleh hasil muktamar NU ke-27 di S itubondo tahun 1984 yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan praktis. Menanggapi atusiasme warga Nahdliyin di daerah, PBNU kemudian mengadakan rapat harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi t ugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima tersebut diketuai oleh KH.Ma ’ruf Amin dengan anggota; KH.M. Dawam Anwar, Dr. KH. Said Aqil S iradj, MA, H M. Rozy Mun ir, SE, M.Sc, dan Ahmad Bagdja. 12 Berdasarkan rapat Tim Lima maka dide klarasikanlah parpol ya ng diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa PKB yang diharapkan dapat menampung aspirasi warga NU pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Deklarasi ini dila kukan pada tanggal 23 Juli 1998 di kediaman KH. Abdurrahman Wahid di Ciganjur Jakarta Selatan. Deklaratornya terdiri dari tokoh -tokoh kunci dalam struktur PBNU yaitu: KH.Ilyas Rukhia t Tasikma laya, KH.Munasir A li Mojokerto, KH Mustofa Bisri Rembang, K.H Muchit Muzadi Jember dan KH. Abdurrahman Wahid Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU. Meskipun kelahiran PKB difasilitasi oleh PBNU, namun hal ini ternyata tidak serta merta disepakati oleh seluruh warga NU. KH Abdul Much it Muzadi mengungkapkan bahwa setelah PKB dideklarasikan ternyata masih ada warga NU yang tidak mendukung dan bergabung denga n PKB. Diantara mereka bahkan tetap berada di PPP dan ada juga yang tetap di Golkar, bahkan sebagian dari pihak yang tidak menerima kebijakan PBNU tentang PKB, justru mendirikan partai sendiri seperti Partai Kebangkitan Umat PKU yang mengusung KH Solahud in Wahid adik Gus Dur sebagai ikon partai itu, Partai Nahdhlatul Ulama PNU oleh KH Syukron Makmun, dan Partai SUNI Partai Solidaritas Un i Nasional Indonesia yang juga menuntut restu dari PBNU. 13 Hal tersebut disebabkan ketidaksetujuan atas keputusan P KB menjadi partai terbuka dan berasaskan Pancasila dan kebangsaan yang berarti memberi peluang kalangan di luar NU un tuk menjad i anggota. Sebagian dari warga NU ingin PKB lebih eksklusif dengan mencantumkan akidah Is lam berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah. 14 Selain itu, kekecewaan terhadap sikap Gus Dur yang kerap melakukan pemecatan terhadap kader-kader partai juga akhirnya berimbas pada keluarnya kiai-kiai besar dari PKB dan mendirikan PKNU. Meskipun secara organisatoris PKB tidak memiliki ikatan struktural dengan NU namun secara emosional partai ini sangat dekat dan lekat dengan warga NU, terbukti dalam besarnya dukungan para tokoh dan ulama NU yang secara langsung terjun dalam politik atau sebagai juru kampanye dalam Pemilu 15 Bahkan lambangsimbol 12 Red aksi. http:w ww.d pp.pk b.or.ids ejarah-pendiri an. diaks es pada 1 4 Februari 201 6. 13 Ibnu H ajar, Kiai Ditengah Pusa ran Poli tik, Anta ra Pe taka Dan Kuasa Jo gjak arta: IR CiSoD, 20 09. Hal.105 14 Tim Litban g KOMPAS, Pa rtai- Par tai Politik Indonesia: Ideo logi, Stra tegi Dan P rogra m Jak arta: PT Komp as Media N usan tara, 1 99 9. Hal.417 15 Ahmad Zaro, Tradisi Inte lektua l NU Jo gjakart a: L KiS, 2 004. yang digunakan PKB mirip dengan NU, serta struktur organisasi PKB sama dengan NU yaitu dewan Tanfidziyah dan Dewan Syuriah. Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa Konflik merupakan hal yang wajar di ranah demokrasi karena beragam kepentingan kader atau mayarakat tidak a kan mampu dipenuhi semuanya oleh parpol. Soliditas sebuah partai dapat dilihat salah satunya melalui apakah partai tersebut mengalami perpecahan yang diakibatkan oleh konflik in ternal. Bagi negara dengan sistem multipartai, konflik merupakan suatu keniscayaan. PKB adalah salah satu partai yang didera konflik internal setidaknya tiga kali sejak dekade pertama berdiri. Periode pertama konflik internal PKB diawali dengan peristiwa pengajuan pemakzulan Presiden Gus Dur oleh anggota DPR kecuali fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi Partai Demokrasi Kasih Bangsa karena dianggap gagal dalam memberikan keterangan soal kasus Brunneigate dan Buloggate. Sebagai respon atas pemecatan terhadap dirinya, Gus Dur melakukan manuver politik dengan melakukan pembu baran parlemen melalui Maklumat Presiden. Keputusan kontroversial Gus Dur ini kemudian dinilai oleh Mahkamah Agung bertentangan dengan konstitusi sehingga tidak berlaku. PKB kemudian mengajukan protes kepada MPR dengan cara membekukan fraksi PKB. Sebagai konsekuensi akan hal tersebut, fraksi PKB tida k akan menghadiri Sidang Istimewa MPR dengan agenda pemakzulan presiden. Matori Abdul Jalil yang merupakan Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB dan wa kil ketua MPR hadir dalam Sidang Is timewa MPR, dengan dalih mencari alternatif solusi dan menyelamatkan muka Presiden. Kedatangan Matori inilah yang mengakibatkan Ia dipecat dari PKB. Ke mudian, konflik sema kin melebar karena Matori tidak menerima keputusan Gus Dur yang memecatnya. Langkah Matori yang kecewa dengan keputus an Gus Dur lalu membentuk PKB tandingan PKB versi Matori atau yang juga dikenal dengan PKB-Batu Tulis. PKB versi Gusdur kemudian mengangkat Alwi Shihab sebagai Ketua Umum PKB menggantikan Matori. 16 Akibat konflik yang terjadi tahun 2001 ini, fokus partai dalam melembagakan serta menjaga hubungan baik antar anggota menjadi tidak ada, yang ada hanyalah perpecahan. Namun, konflik ini tidak berlangsung lama karena pengadilan memutuskan bahwa kepengurusan PKB versi Gus Dur -lah yang sah secara hukum. Konflik internal pasca pemakzulan Gus Dur tampaknya cukup berpengaruh terhadap penurunan suara PKB hasil Pemilu 2004. Berdasarkan data KPU, hasil pemilu 2004 menunjukkan penurunan suara dibanding pemilu sebelumnya. Pada pemilu 1999, PKB memperoleh 12,61 13.336.982 suara. Sedangkan pada pemilu 2004 perolehan suara PKB turun menjadi 10,61 11.989.564 suara. Meski demikian, Presiden terpilih, Susilo Bambang Yudoyono memberikan dua kursi menteri untuk PKB yaitu Alwi Shihab sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Syaifullah Yusuf sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Akan tetapi, posisi kedua tokoh ini mendapat penentangan oleh Gus Dur dengan alasan tidak melalui 16 Noor, Perpecahan Dan Soliditas Pa rtai Is lam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS Di De kade Awa l Reformasi.op.cit konsultasi terlebih dahulu dengan partai dan tidak boleh rangkap jabatan. Yan g terjadi kemudian, mereka harus memilih, apakah tetap di partai atau pemerintahan. 17 Pilihan Alwi Shihab dan Syaifullah untuk berada di pemerintahan berdampak pada pemecatan atas keduanya oleh Gus Dur. Padahal, Alwi Shihab dan Syaifullah Yusuf merupakan Ketua Umum Dewan Tanfidz dan Sekjen PKB. Pemecatan in ilah menjadi periode konflik internal PKB jilid II. Ich wan Arifin menggambarkan bagaimana hasil Muktamar II di Semarang menghasilkan DPP PKB dibawah pimpinan Ketua Dewan Syuro KH Abdurahman Wahid dan Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar. Beberapa bulan kemudian kubu Alwi-Saeful menggelar Muktamar di Surabaya. Hasilnya, terbentuk DPP PKB dibawah kepemimpinan Ketua Dewan Syuro KH Abdurahman Chudori Mbah Dur dan Ketua Dewan Tanfidz Choirul Anam juga Ke tua Dewan Tanfidz DPW Jawa Timur. 18 Dampak dari konflik jilid II ini me libatkan lebih banyak unsur PKB dan NU, dimana para Kiai besar yang sebelumnya menjadi pendukung fanatik Gus Dur di konflik internal pertama justru menyatakan du kungannya terhadap Alwi -Syaifullah. Ujungnya, konflik in i melebar hingga DPW PKB Jawa Timur juga beralih dukungan. Dan tentu saja ini merugikan Gus Dur karena DPW PKB Jawa Timur merupakan mesin pendulang suara PKB di Jawa Timur. 19 Hal ini terjadi karena perpindahan Choirul Anam ke kubu Alwi Shihab. Konflik internal PKB baik jilid I dan II dimenangi oleh Gus Dur, sehingga pada 2005, berdasarkan hasil Muktamar PKB di Semarang, posisi Ketua Umum Dewan Tanfidz diberikan kepada Muhaimin Iskandar. Dilain pihak, Kiai-Kia i utama pendukung Alwi- Syaifullah memilih keluar dari PKB dan mendirikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama PKNU. Menjelang pemilu 2009 konflik jilid III terjadi, bukannya menjaga soliditas partai, Gus Dur justru melakukan pemecatan terhadap Muhaimin Iskandar dari jabata n Ketua Umum dengan dalih ketidakloyalan Muhaimin terhadapnya dan PKB. Pemecatan Muhaimin ini tidak me lalui forum Muktamar melainkan hanya forum terbatas saja. Bahkan dalam forum tersebut Gus Dur memberikan pilihan, apabila forum tidak se tuju atas pemecatan Muhaimin maka Gus Dur -lah yang akan meninggalkan PKB. Menghadapi pilihan tersebut, meskipun ketidakloyalan Muhaimin belum terbukti, forum terpaksa mengikuti kemauan Gus Dur. Merasa pemecatannya tidak berdasar dan tidak konstitusional, Muhaimin dan para pendukunganya mengadakan Musyawarah Luar Biasa MLB pada Februari 2008 di Ancol dan menetapkan s truktur kepengurusan baru PKB sehingga lebih dikenal dengan sebutan PKB versi Muhaimin atau PKB Ancol. Di lain pihak, Gus Dur dan loyalisnya juga mengadakan ML B di Parung untuk menegaskan kepemimpinan baru 17 https:nasion al.tempo.co readnews 2 004 1 026. Diakses pad a 2 4 Maret 20 16 18 Ichwan A rifin, Kyai Dan Politik: Stu di Kasus Perilaku Politik Ky ai Dalam Ko nflik Partai Keb an gkitan Ban gsa Pasca Muk tam ar II Sem aran g Universitas Diponego ro, 20 08. Hal.2 4 19 Noor, Perpecahan Dan Soliditas Pa rtai Is lam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS Di De kade Awa l Reformasi. Op.cit, hal.104 PKB versi Gus Dur atau lebih dikenal dengan PKB Parung. 20 Dualisme kepemimpinan partai yang berlarut-larut in ilah yang kemudian berdampak pada ke tidaks iapan partai dalam menghadapi pemilu. Setelah melalui proses gugat menggugat di pengadilan, maka ke menangan ada di kubu Muhaimin. Kepengurusan PKB Muhaimin -lah yang diakui Kemenkumham sehingga bisa mengikuti kontestasi Pemilu 2009. Dalam perjalannnya, PKB Muhaimin di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono SBY memilih untuk bergabung dalam koalisi pendukung pemerintah. P ilihan in ipun masih berlanjut hingga pemerintahan SBY periode kedua 2009 -2014 dan bahkan PKB menjadi partai yang sejak awal berkomitmen mendukung Joko Widodo sebagai calon presiden. Konflik internal yang terjadi di PKB setidaknya tiga kali dalam sepuluh tahun pertama dan berujung di pengadilan menunjukkan institusionalisasi partai dalam mekanisme penyelesaian konflik masih lemah. Institusionalisasi yang baik setidaknya seperti apa yang dikatakan oleh RandalSvasand dan Panebianco yaitu mewujudkan soliditas atau dalam istilah Huntington adalah koherensi kemampuan dalam menyelesaikan persoalan secara otonomi. Konflik selayaknya diselesaikan sendiri sesuai dengan aturan main partai ADART. Posisi Kiai dalam Politik PKB Tidak dapat dipungkiri bahwa PKB lahir dari rahim Nahdlatul Ulama NU. Keberadaan NU juga tidak dapat dipisahkan dari kiai, santri dan pesantren. Posisi kiai merupakan figur kuat di PKB. Selain menjadi sumber rujukan dalam pengambilan keputusan partai dan mediator saat terjadi konflik, kiai merupakan figur penting pendulang suara partai. Perolehan suara PKB yang cukup signifikan pada awal kelahirannya dibanding partai politik yang berlabel Islam lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, pengakuan dan pemberian restu oleh PBNU atas pendirian PKB. Kedua, peran pesantren NU dan para kyai sebagai pengasuhnya sebagai jaringan komunikasi politik yang efektif. Ketiga, sosok dan peran Gus Dur yang memiliki reputasi yang baik sehingga bisa menarik simpati dari mayoritas warga NU untuk mendukung dan memilih PKB. 21 Adapun alasan NU memilih PKB diuraikan oleh Endang Turmudi yaitu, pertama, PKB adalah partai Islam, meskipun dalam platformnya berasas Pancasila dan kebangsaaan. Penilaian ini didasarkan dari fakta bahwa PKB secara keseluruhan dipimpin oleh tokoh-tokoh yang berlatar belakang NU. Karena PKB adalah partai Islam maka PKB mendapat du kungan dari kalangan NU. Kedua, PKB dide klarasikan oleh beberapa kiai yang saat itu memegang kepemimpinan NU. Keterlibatan kia i NU dalam pembentukan PKB adalah faktor penting lainnya yang mendorong warga Nahdliyyin untuk mendukungnya. 22 Selain persoalan kekuasaan atau jabatan politik, keterlibatan kiai dalam politik menurut Patoni adalah keuntungan ekonomis pesantren. Berdasarkan penelitiannya, 20 Ibid. 21 Hajar, Kiai Ditengah Pusaran Politi k, Antara Peta ka Da n Kuasa . Op.cit, hal.105 22 End an g Tu rmu di, Perse lingkuhan Kiai Dan Ke kuasaan Jogjak arta: LKi S, 20 04. sejak para kiai terlibat dalam politik, maka sarana dan prasarana pesantren mengalami beberapa perbaikan dan penambahan. Hal ini diaku i kiai sebagai dampak positif atas keterlibatannya dalam politik praktis. 23 Keuntungan politis dan ekonomis tersebut nampaknya membuat kiai masih bertahan di ranah politik dan kekuasaan meskipun PKB kerap dilanda konflik. Rekonsiliasi PKB Pasca Konflik Internal Tahun 2008 Dekade awal PKB yang diwarnai konflik internal dan per pecahan menjadi catatan kelam partai. Ketiga konflik internal yang pernah terjadi selalu ada figur Gus Dur namun bukan sebagai penengah atau semacam primus enterpares. Tampilnya Gus Dur dalam konflik-konflik in ternal PKB tidak menghasilkan penyelesaian dalam arti yang sesungguhnya win-win solution tetapi kondisi tak terdamaikan zero sum- game. Bahkan pada akhirnya pihak yang kalah membentuk partai sempalan. 24 Menghadapi pemilu 2009, PKB versi Muhaimin hanya memiliki waktu sedikit untuk melakukan restrukturisasi partai dan menyiapkan kader -kader untuk berkontestasi dalam pemilu. Keluarnya kiai-kiai besar PKB pasca konflik kedua dan kekalahan kubu Gusdur di pengadilan menjadikan PKB kehilangan dukungan dari elit - elit pesantren. Padahal pesantren terutama di Jawa Timur adalah lumbung suara PKB. Eristyawan mengungkapkan dalam tulisannya mengenai strategi PKB untuk mengatasi kemerosotan suara yang cukup signif ikan tersebut terutama di Ja wa Timur. Salah satu strategi untuk peningkatan elektabilitas dalam pemilu y aitu merekonsiliasi PKB-NU serta merangkul kembali kader -kader PKB yang pergi atau pindah partai akibat konflik yang terjadi di internal PKB pada 2008 silam. 25 Hal ini senada dengan keterangan yang disampaikan oleh Darussalam 26 mengenai strategi yang dila kukan oleh elit PKB adalah dengan membuat forum kiai kampung yang terdiri dari kiai-kia i dari tingkatan bawah seperti kiai yang merupakan Imam masjidlanggar. Hal in i dilakukan karena jaringan kiai ka mpungkiai masjid itu langsung mengakar ke bawah. 27 Dengan membangun dan memelihara jaringan kiai maka potensi dukungan suara dalam pemilu dapat terjaga. Mengumpulkan kiai kampung menjadi salah satu agenda konsolidasi PKB setelah lepas dari konflik internal. Seperti yang diungkapkan oleh Muhyidin Arubusman, Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB pada masa itu, “selama ini k iai-k iai kampung yang mengelola masjid atau langgar merupakan sosok yang mempunyai peran penting dalam mas yarak at. Tak jarang para kiai kam pung tersebut menjadi tem pat 23 Achmad Pato ni, Peran Kyai Pesan tren Da la m Par tai Politi k Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 20 07. H al.173 24 Hanif Dhak hiri and TB Massa D jaf ar, Struktur Politik Partai K ebangki tan Bangsa 11, no. 0 1 2 015 : 160 1 –12. 25 Fajar Novi Eristyaw an, Pelem bagaan Partai Kebangkit an B an gsa Studi K asus Kem eroso tan Suara Pada Pemilihan Um um, Journal.unair.ac.id, 2010, h ttp:jou rn al.un air.ac.iddow nload -fullpapers- jpm7 49 441 a5 78full.pdf. 26 Waw ancara dengan D arussal am, An ggo ta D PRD DKI J akarta F raksi PK B 27 ibid bertanya berbagai masalah mulai dari sosial kemasyarak atan hingga kebijakan publik. 28 Konsolidasi di akar rumput menjadi s trategi yang d igunakan partai untu k tetap meraih dukungan meski PKB mulai d itinggalkan oleh para kiai besarnya. Dengan memegang strategi forum kiai kampung ini maka perolehan suara PKB meskipun mengalami penurunan pada pemilu 2009 namun tetap masih bisa lolos ambang batas parlemen. Dalam perjalan politiknya, hubungan antara PKB dan kiai NU mengalami dinamika in ternal. Ketidakharmonisan hubungan antara PKB dan NU akibat k onflik internal partai tak membuat langkah partai terhenti. Sepanjang pemilu, dalam setiap kampanyenya PKB selalu mengklaim sebagai parta i resmi NU . Klaim inilah yang digunakan PKB untuk me mbedakan dengan partai-partai lain yang lahir dari kader - kader NU namun tidak didukung secara struktural oleh PBNU, seperti PN U, Partai SUNNI, PKU dan terakhir PKNU. 29 Klaim yang kuat dan meyakinkan di kalangan akar rumput membuat partai ini masih mendapat dukungan yang kuat dari konstituen yang loyal terhadap organisasi NU. Pasca pemilu 2009 dan menyongsong pemilu 2014, PKB melakukan upaya pembenahan struktur partai dengan kembali membangun silaturahmi dan komunikasi politik dengan kia i-kiai yang yang terbelah pilihan politiknya. Dengan membangun komunikasi dan memberikan bantuan program serta pendanaan bagi NU diharapkan relasi kuasa antara keduanya dapat terjalin baik, seperti yang diungkapkan oleh Darussalam yang juga merupakan pengurus DPP PKB; Komunikasi kita dengan NU beberapa kali memberikan program maupun bantuan lainya. Salah satu manfaat nya, sebagai anak dari NU, anggap PKB adalah anaknya NU maka anggaplah PKB berbakti kepada NU. seperti apa? Ya kita membantu program-program ke NU baik itu finansial at aupun program. Kalau PKB kan rutin membantu tiap bulannya. 30 Ungkapan tersebut senada dengan yang diungkapkan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB saat diwawancarai oleh Gatra mengenai tokoh -tokoh NU yang pernah bersebrangan dengan Gus Dur pada pemilu 2009 dan kini sudah dirangkul kembali oleh PKB Muhaimin; Sudah menyatu semua. Pokoknya keluarga besar PKB, keluarga besar NU sudah menyatu semua. Sudah total seratus persen. Yang pecah ke PKNU Partai Kebangkitan Nasional Ulama sudah masuk, yang dulu konflik -konflik, seperti ketua Jawa Tengah itu dulu musuhan sama kita, malah kita jadikan pengurus. Caleg-caleg itu sudah nggak ada kawan, nggak ada lawan. Pokoknya berbeda konflik, selesai masuk caleg semua. Jadi semua seratus persen selesai. 31 28 Red aksi. PKB K umpulk an Ki ai Kam pun g di Sem aran g. http :w ww.nu.o r.idpostread 8 69 6pk b - kumpulkan-kiai -kam pun g-di-sem aran g. Diakses pada 30 Maret 2 016 29 Ahmad Rofik, Dilema Ins titusion alisasi Sistem K ep artaian Di Indo nesia: Stu di Kasus Partai Keb an gkitan B an gsa PKB, S wara Politika 12, no. 0 1 2 011 : 3 1 –47. 30 waw ancara Esty Ekawati dengan Darussalam, 1 Feb ru ari 2 01 6 di kan to r DPRD DK I Jak arta 31 Red aksi. Ketua Umum PKB, Mu haimin Isk and ar: K eluarga Bes ar N U Sud ah Menyatu Seratus Persen . http:www. gatra.comkolom-dan-waw anc ara499 70 -ketu a-um um- pkb,-m uh aimin-iskan dar-k eluarga- besar-nu-su dah-m enyatu -seratus-p ers en.h tml. Diakses pad a 2 4 Maret 20 16 Silaturahmi dan komunikasi politik yang baik antar kader partai dan N U yang dilakukan oleh PKB merupakan proses pelembagaan partai yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Panebianco, RandallSvasand, dan Huntington bahwa pelembagaan adalah cara suatu organisasi menyebarkan nilai-nila i ideologi, kemampuan beradaptasi termasuk kemampuan untuk bertahan dalam sebuah siste m politik dan melakukan managemenpenyelesaian konflik dengan baik koherensi. Selain membangun komunikasi dan silaturahmi politik, PKB juga tetap mempertahankan nilai-n ilai NU yaitu Ahlussunah wal Jamaah Aswaja . Aswaja merupakan pemahaman Islam berdasarkan empat mazhab yaitu Syafi ’I, Maliki, Hanafi dan Hambali. Namun, dalam kesehariannya NU lebih banyak merujuk pada Imam Syafi ’i. Hal ini dila kukan demi menguatkan keyakinan warga NU bahwa PKB adalah partain ya orang NU. Membangun relasi yang baik dengan kiai dan santri NU sign ifikan dilakukan karena bagaimanapun lumbung suara PKB adalah warga Nahdliyyin. Terkait dengan strategi dala m pembenahan partai, berbagai upaya konsolidasi dilakukan oleh elit PKB seperti yang diungkapkan oleh Muhaimin Iskandar bahwa; Kami melakukan serangan darat yang terdiri dari tiga komponen, yaitu pertama caleg. Kedua pengurus, mulai dari struktur pusat sampai ranting desa. Ketiga kultur. Kultur itu NU. Tiga modal inilah yang bergerak sampai hari i ni memperkuat basis PKB. Tetapi dari rangkuman kegiat an itu, ada yang l ebih penting, soliditas semua warisan, apakah Hasyim Muzadi mantan ketua PB NU, Khofifah Khofifah Indar Parawansa, Machfud MD, tokoh-tokoh besar kita punya stok ini menyatu membesarkan PKB. Apal agi ditambah energi baru, seorang profesional, t eruji, Rusdi Kirana Pemilik Lion Air, menambah manajemen kita menjadi semakin baik. Hal senada diungkapkan oleh Hanif Dhakiri, Ketua DPP PKB bahwa; Kader-kader dan tokoh-tokoh senior seperti KH Maruf Amin, Alwi Shihab, Khofifah Indar Parawansa dan Mahfud MD dirangkul kembali untuk membesarkan PKB. Hubungan dengan NU yang dulu sering on-off disinergikan. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj pun jadi sering runtang-runtung bersama Cak Imi n menyapa basis-basis NU di banyak daerah. Tokoh baru juga direkrut oleh Cak Imi n unt uk menambah energi politik dan sekaligus meneguhkan ideologi PKB yang inklusif dan terbuka. Bos Lion Air Rusdi Kirana, Raj a Dangdut Rhoma Irama dan Musi si Ahmad Dhani digandeng untuk memantapkan konsolidasi dan gerak politik partai. 32 Hal lain yang juga berkontribusi dalam membangun soliditas partai adalah kepemimpinan partai. Menurut Darusallam, kecanggihan seorang ketua umum itu penting dalam internal partai. Fragmentasi menjadi tantangan bagi soliditas internal partai, namun jika tidak ada faksi ma ka tidak ada demokratisasi, karena tidak ada kekuatan yang berbeda, tergantung cara bagaimana pemimpin mengelolanya. Managemen konflik bergantung pada kemampu an seorang pemimpin mengayomi kelompok-kelompok yang berbeda yang ada didalamnya. Jika managemen konfliknya berjalan maka partai akan menikmati hasilnya yaitu perolehan suaranya menjadi 32 dikutip d ari : Hanif Dhakiri. Aklam asi Cak Imi n . http:w ww.d pp.pk b.or.idco nten taklamasi -c ak-imin. Diakses p ad a 31 M aret 2 01 6 maksimal. 33 Kondisi tersebut bisa dilihat dari hasil pemilu 2014, PKB m endapatkan kenaikan suara yang cukup signifikan dari pemilu 2009 yaitu sebesar 9,04 11.298.957 suara. Peningkatan suara PKB pada pemilu 2014 menurut Hanif Dhakiri disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari struktur partai yang solid, sinergi antara PKB dan NU, kegigihan para calon anggota legislatif, opini partai yang makin positif, peranan kiai kampung dan pesantren dalam mendukung partai, rekonsiliasi yang maksima l hingga kehadiran tokoh-tokoh baru di PKB. Dan yang tidak kalah penting adalah kepemimpinan Muhaimin Iskandar yang kuat sebagai Ketua Umum PKB. 34 Darussalam juga mengungkapkan bahwa PKB berada pada masa kondusif yang akhirnya berpengaruh pada peningkatan perolehan suara yang signifikan di pemilu 2014; Sebetulnya peningkatan hasil pemilu 2014 kemarin tidak l epas dari st ruktur yang rapi, yang paling utama adalah kondusivitas partai politik itu sendiri, dan yang ketiga bagai mana partai di tingkatan masing- masing dalam perekrutan calon anggota legislatif –red. Adapun dalam perekrutan calon, ada hal-hal yang diperhatikan yaitu popularitas calon, segi finansi al, dan segi jaringan. Minimal tiga itu, kalau tiga itu ada maka partai sangat terbantu. Nah hari ini PKB dengan kondusivitas-nya yang Alhamdulilah baik, apalagi jika kita melihat periode-periode lalu, kondusivitas PKB kini lebih baik dibanding yang lalu-lalu 35 Jatuh bangun PKB akibat konflik internal menjadi pelajaran bagi Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum untuk menjaga keutuhan dan eksis tensi partai. Rangkaian komunikasi dan silaturahmi p olitik dengan para kiai, baik kiai besar maupun kiai kampung menjadi penting dalam upaya membangun soliditas. Peran kiai ini penting bagi PKB karena bagaimanapun, pesantren adalah lumbung suara PKB. Kyai dan tokoh pesantren merupakan target para politisi d an partai politik dalam membangun basis dukungan politik. Suara kiai dan santri-santr inya selalu diperebutkan dalam pemilu bukan saja oleh partai-partai politik berbasis Islam saja melainkan juga partai -partai politik berbasis nasionalis. Upaya in i dilakukan untuk memperoleh dukungan dan simpati dari kalangan Islam yang menjadi loyalis kiai. Banyak partai politik yang menempatkan kiai dan tokoh pesatren pada jajaran pengurus partai dengan harapan tokoh -tokoh tersebut dapat menjadi vote getter dalam pemilu. Selain itu, strategi mendekati tokoh-tokoh besar PKB masa lalu juga menjadi strategi yang baik dalam memperoleh dukungan elektoral menjelang pemilu 2014 karena mereka juga memiliki massa yang juga potensial. Upaya konsolidasi internal partai yang dilakuka n oleh PKB pasca konflik tahun 2008 merupakan suatu tindakan yang bermanfaat dalam membangun demokrasi internal partai. Ketika soliditas partai sudah terbangun dan manajemen konflik sudah berjalan maka perpecahan di internal partai dapat diminimalisir. Komunikasi politik menjadi fungsi penting dalam membangun soliditas partai, seperti apa yang 33 Waw ancara dengan D arussal am. An ggo ta D PRD Fraksi PKB D KI Jak arta. 1 Febru ari 2 01 6 34 dikutip d ari : Hanif Dhakiri. Aklam asi Cak Imi n . http:w ww.d pp.pk b.or.idco nten taklamasi -c ak-imin. Diakses p ad a 31 M aret 2 01 6 35 Waw ancara Esty Ekaw ati dengan Darussalam, A nggo ta DPRD DKI J akarta Fraksi PKB. 1 F eb ru ari 2 016. Kan tor D PRD DKI J akarta diungkapkan oleh Huntington bahwa partai harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan internalnya. Minimnya perpecahan partai berdampak pada keutuhan dan harmonisasi hubungan partai di alam demokrasi. Dengan demikian, soliditas partai berdampak positif dalam penguatan demokrasi di suatu negara termasuk Indonesia. PENUTUP Partai politik memiliki fungsi penting dalam upaya pelembagaan partai yaitu komunikasi politik dan managemen konflik. Komunikasi politik menjadi strategi partai dalam membangun relasi politik dengan para konstituen. Adapun managemen konflik merupakan fungsi penting dalam membangun soliditas partai. Jika partai mampu menyambung asprirasiko munikasi dengan para kader dan konstituen secara baik maka hal ini berdampak pada dukungan terhadap partai. Partai Kebangkitan Bangsa PKB memiliki sejarah konflik internal yang berujung pada perpecahan di awal dekade pendiriannya. Ketiga konflik yang t erjadi memiliki pola yang hampir sama yaitu melibatkan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syuro dengan Ketua Dewan Tanfidz meski dengan latar belakang persoalan yang berbeda. Selain itu, ketiga konflik tersebut juga berujung pada perpecahan menjadi dua kubu dan bahkan memunculkan partai baru. Belajar dari pengalaman tiga kali konflik internal, PKB mu lai melaku kan pembenahan partai pasca pemilu 2009. Strategi -strategi yang d ilaku kan PKB antara lain: pertama, membangun silaturahmikomunikasi politik dengan para kiai besar yang sempat keluar dari PKB akibat konflik internal. PKB memberikan bantuan program dan finansial kepada kiai N U untuk kebutuhan pesantren. Hal in i penting dila kukan dengan merangkul kiai, baik itu kia i besar NU maupun kiai kampungimam masjid karena kiai merupakan vote getter yang potensial bagi PKB . Kedua, PKB meman tapkan nilai-n ilai NU Ahlussunah Wal Jam aah. Ketiga, menyatukan tokoh-tokoh besar yang juga berperan dalam membesarkan PKB seperti Hasyim Muzadi mantan ketua PB NU, KH Maruf Amin, Alwi Shihab, Khofifah Indar Parawansa, Machfud MD dan lainnya. Selain itu, PKB juga memasukkan pengusaha Lion Air, Rusdi K irana dalam jajaran kepemimpinan partai. Keberadaan Rusdi Kirana menjadi penting bagi kebutuhan finansial partai. Upaya-upaya yang dilakukan PKB dalam membangun kondusivitas bertujuan untuk mempertahankan keutuhan partai atau meminjam istilah Huntington yaitu koherensi. Upaya konsolidasi yang dilakukan PKB nampaknya tidaklah sia -sia. Hasil pemilu legislatif 2014 menunjukkan bahwa ke percayaan konstituen PKB masihlah terjaga bahkan PKB mengalami peningkatan suara yang signifikan pada pemilu 2014. Referensi Arifin, Ichwan. Kyai Dan Politik: Studi Kasus Perilaku Politik Kyai Dalam Ko nflik Partai Kebangkitan Bangsa Pasca Muktamar II Semarang. Universitas Diponegoro, 2008. Budiardjo, Miriam. Dasar-Das ar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2008. Cross P. William Katz S. Richard. The Challenges of Intra -Party Democracy. United Kingdom: Oxford University Press, 2013. doi:10.1007s13398 -014-0173-7.2. Dhakhiri, Hanif, and TB Massa Djafar. Struktur Politik Partai Kebangkitan Bangsa 11, no. 01 2015: 1601 –12. Eristyawan, Fajar Novi. Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus Kemerosotan Suara Pada Pemilihan Umum. Journal.unair.ac.id, 2010. http:journal.unair.ac.iddownload-fullpapers-jpm749441a578full.pdf. Hajar, Ibnu. Kiai Ditengah Pusaran Politik, Antara Petaka Dan Kuasa. Jogjakarta: IRCiSoD, 2009. Linz, Juan J., and Alfred Stepan. Problems of Democratic Transition and Consolidation: Southern Europe, South America, and Post-Communist Europe. In Problems of Democratic Transition and Consolidation: Southern Europe, South America, and Post-Communist Europe, 38 –54, 1996. doi:10.230720047958. Noor, Firman. Perpecahan Dan Soliditas Partai Islam Di Indonesia: Kasus PKB Dan PKS Di Dekade Awal Reformasi. Jakarta: LIPI Press, 2015. Patoni, Achmad. Peran Kyai Pesantren Dalam Partai Politik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Randall, V., and L. Svasand. Party Institutionalization in New Democracies. Party Politics 8, no. 1 2002: 5 –29. doi:10.11771354068802008001001. Rauf, Maswadi. Konsensus Politik Sebuah Pemjajagan Teoritis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidiakn Tinggi D epartemen Pendidikan Nasional, 2001. Rofik, Ahmad. Dilema Institusionalisasi Sistem Kepartaian Di Indonesia: Studi Kasus Partai Kebangkitan Bangsa PKB. Swara Politika 12, no. 01 2011: 31 –47. Romli, Lili, ed. Pelembagaan Partai Politik Pasca Orde Baru. Jakarta: LIPI Press, 2008. Sartori, Giovanni. Parties and Party Systems: A Framework for Analysis. UK: ECPR Press, 2005. Tim Litbang KOMPAS. Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi, Strategi Dan Program . Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 1999. Turmudi, Endang. Perselingkuhan Kiai Dan Kekuasaan . Jogjakarta: LKiS, 2004. Zaro, Ahmad. Tradisi Intelektual NU. Jogjakarta: LKiS, 2004. Internet Redaksi. Sejarah Pendirian. http:www.dpp.pkb .or.idsejarah -pendirian. Diakses pada 14 Februari 2016 Redaksi. Ketua Umum PKB, Muhaimin Is kandar: Keluarga Besar NU Sudah Menyatu Seratus Persen . http:www.gatra.comkolom-dan-wa wancara49970-ketua- umum-pkb,-muhaimin -iskandar-keluarga-besar-nu-sudah-menyatu-seratus- persen.html. Diakses pada 24 Maret 2016 Redaksi. PKB Kumpulkan K iai Kampung d i Semarang. http:www.nu.or.idpostread8696pkb -kumpulkan-kiai-kampung-di- semarang. Diakses pada 30 Maret 2016 Hanif Dhakiri. Aklamasi Cak Imin . http:www.dpp.pkb.or.idcontentaklamasi -cak-imin . Diakses pada 31 Maret 2016 Redaksi. https:nasional.tempo.coreadnews20041026. Diakses pada 24 Maret 2016 Wawancara Darussalam, DPP PKB dan Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PKB. Senin, 1 Februari 2016, pukul 13.00 di Gedung DPRD DKI Jakarta Biodata Penulis Esty Eka wati, lahir di Kota Metro, 30 Desember 1984. Menempuh pendidikan Program Sarjana Ekstensi dan Magister Ilmu Politik d i Universitas Indonesia . Pernah menjadi enumerator di Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Indonesia PSHK dan mengajar Ilmu Politik di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Hingga akhirnya, pada Februari 2015 bergabung di Pusat Penelitian Politik, Lemb aga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Kajian yang dimina ti adalah partai politik, perempuan dan politik. Saat ini penulis tergabung dalam Tim Penelitian Gender dan Politik dan Tim Penelitian Unggulan LIPI dalam cluster Ketahanan Sosial. Email: esty1watigma il.com 1209 Mewujudkan Keterbukaan Keuangan Partai Politik Melalui Demokrasi Internal URGENSI PEMBENAHAN KEUANGAN PARTAI POLITIK MELALUI SUBSIDI NEGARA DAN DORONGAN DEMOKRATISASI INTERNAL Abstrak Partai polik di Indonesia memainkan peran yang luar biasa penting dalam konteks demokrasi namun rapuh akibat persoalan pendanaan yang pelik. Persoalan ini membentuk lingkaran setan yang turut serta melahirkan korupsi. Partai yang seharusnya berkontribusi positif terhadap demokrasi dan pemberantasan korupsi pun berbalik arah menjadi lembaga yang potensial merusak. Atas persoalan tersebut, tulisan singkat ini melihat partai politik mendesak untuk dibenahi. Pembenahan yang ditawarkan adalah dengan mendorong pembenahan dari sektor eksternal dan internal partai. Sebagai pemantik, bantuan keuangan negara yang diketahui sangat kecil menutup kebutuhan partai perlu ditata kembali dengan diiringi pengawasan yang sungguh-sungguh terhadap pengelolaan keuangan partai secara keseluruhan. Pembenahan jangka panjang yang juga perlu dilakukan adalah dengan melembagakan sistem penarikan iuran anggota partai. Walau terdapat masalah dan tantangan yang tidak mudah untuk diatasi, iuran anggota ini penting untuk terus didorong dalam rangka menciptakan keuangan partai yang mandiri dan mengembalikan semangat partai berbasis anggota. Kontribusi publik melalui bantuan negara dan kontribusi internal ini diyakini akan berdampak pada terciptanya partai yang lebih transparan, akuntabel, dan demokratis. Almas Ghaliya Putri Sjafrina, Indonesia Corruption Watch, 081259014045, almasantikorupsi.org almasjafrinayahoo.com 1210 Pendahuluan Reformasi politik Indonesia telah menggeser peran partai politik menjadi sangat strategis. Partai politik saat ini bahkan disebut sebagai salah satu pilar utama dalam tata pemerintahan yang demokratis sekaligus penentu baik buruknya penyelenggaraan negara. Peran strategis partai politik tersebut dapat dilihat dalam konteks elektoral maupun non elektoral. Dalam konteks elektoral, partai politik merupakan aktor utama. Partai adalah satu-satunya lembaga yang dapat menjadi peserta pemilu legislatif dan dapat mencalonkan kandidat pemilu, mulai dari pemilu kepala daerah pilkada hingga pemilu presiden dan wakil presiden. Di luar itu, peran partai tidak kalah penting. Melalui fraksi yang merupakan perpanjangan tangan partai di lembaga legislatif, partai turut serta dalam penyusunan keputusan atau produk legislatif hingga pemilihan sejumlah pimpinan lembaga negara, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Badan Pemeriksa Keuangan BPK, Kepala Kepolisian RI Kapolri, Komisi Pemilihan Umum KPU, dan lainnya. Namun di sisi lain, sinisme publik perhadap partai politik tidak terbendung. Hasil Survei Lembaga Survei Indonesia LSI mengenai partai politik dimata publik menunjukkan bahwa fungsi partai sebagai saluran aspirasi publik dinilai negatif. 1 Survei yang dilakukan pada tahun 2014 itu menjelaskan bahwa sebagian besar publik menilai partai politik lebih memperjuangkan kepentingannya sendiri untuk mendapatkan kekuasaan dibanding memperjuangkan kepentingan rakyat. Tingkat kepercayaan publik terhadap partai politik juga tergolong rendah. Hal ini setidaknya tergambar dari beberapa hasil survei. Hasil suvei nasional Center Strategic and International Studies CSIS, misalnya. Survei yang dilakukan ditengah polemik Revisi UU KPK tersebut menunjukkan bahwa hanya 27,75 responden survei yang mengaku masih menaruh kepercayaan terhadap partai. 2 1 Lembaga Survei Indonesia, 2014. “Laporan Rilis Survei : Partai Politik di Mata Publik”, File: http:www.lsi.or.idriset436Rilis-LSI-dimata-publik , diakses pada 15 Februari 2015. 2 CSIS, 2016. “Temuan Survei Nasional: Revisi UU KPK dan Pertaruhan Modal Politik Jokowi” 1211 Mayoritas responden juga mengaku tidak percaya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat DPR, dimana seluruhnya diisi oleh kader partai. Sinisme publik yang terlihat dari beberapa hasil survei diatas patut dipandang sebagai tamparan keras bagi partai politik. Pasalnya, partai merupakan lembaga politik yang dibentuk sebagai jembatan penghubung rakyat dan pemerintah. Peran dan fungsi partai politik pun tidak lepas dari artikulasi partai sebagai institusi yang merepresentasikan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, partai harus segera melakukan evaluasi diri dan berbenah. Sinisme publik terhadap partai tentu tidak muncul dengan sendirinya. Faktor utama yang melatarbelakangi sinisme publik terhadap partai tidak lain dikarenakan buruknya citra partai selama ini. Partai cenderung kerap menunjukkan diri sebagai institusi yang penuh dengan masalah. Polemik menyangkut partai hadir silih berganti, mulai dari konflik internal kepengurusan partai hingga keterlibatan partai baik secara institusi maupun individu anggota partai dalam sejumlah kasus korupsi. Survei Global Corruption Barometer tahun 2013 yang dilakukan Transparency International, misalnya, menunjukkan bahwa 85 responden di Indonesia menganggap bahwa partai politik merupakan institusi yang korup. 3 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menyebutkan bahwa 51 kasus yang ditanganinya dan telah inkracht adalah kasus korupsi yang terkait dengan aktor politik, yaitu DPR, DPRD, dan kepala daerah yang hampir seluruhnya merupakan kader partai. 4 Tidak hanya itu, Indonesia Corruption Watch ICW mencatat terdapat sedikitnya 47 kepala daerah dan 82 anggota DPRD tersangkut kasus korupsi sepanjang tahun 2014. 5 Kader dengan track record buruk bahkan tetap dicalonkan oleh partai politik dalam pemilu legislatif 2014 dan pilkada 2015. Pemantauan ICW atas keterpilihan anggota legislatif mencatat 59 anggota DPRD terpilih tersangkut kasus korupsi, baik sebagai tersangka, terdakwa, bahkan terpidana. 6 Maka tidak heran apabila partai kemudian dianggap dekat dengan persoalan korupsi. 3 Transparency International, 2014. “Global Corruption Barometer 2013”, File : http:www.transparency.orggcb2013country?country=indonesia , diakses pada 20 April 2015. 4 “Program Politik Cerdas Berintegritas”, Komisi Pemberantasan Korupsi, 11 Februari 2016. 5 “Tren Korupsi 2014 Semester I dan II”, Indonesia Corruption Watch. 6 “Laporan Hasil Pemantauan ICW Atas Perkara Korupsi yang Melibatkan Anggota Legislatif: Awas L egislatif ditempati Koruptor”, Indonesia Corruption Watch, 15 September 2014 1212 Banyak hasil studi menitikberatkan persoalan ini sebagai dampak dari pendanaan partai yang bermasalah. Masalah utamanya adalah kebutuhan pendanaan partai politik selama ini tidak sebanding dengan kemampuan dan kemauan partai dalam menghimpun dana-dana yang dilegalkan dalam UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Walau tidak pernah dengan jelas diketahui berapa jumlah pengeluaran real partai politik setiap tahun, kebutuhan partai terlebih untuk menjalankan operasional sehari-hari dan kepentingan pemilu disebut terus membengkak. Untuk menutupnya, partai memilih jalan pintas yang potensial mengganggu kemandirian partai dan tidak menutup kemungkinan, melalui cara-cara yang korup. Bagaimana potret keuangan partai politik selama ini dan pembenahan semacam apa yang perlu dilakukan terhadap partai politik? Tulisan singkat ini akan mencoba mengurai persoalan keuangan partai dan menawarkan gagasan yang berfokus pada peran negara dan internal partai politik sebagai jawaban jangka pendek dan jangka panjang. Tulisan ini melihat buruknya tata kelola keuangan partai selama ini membuat partai tidak akuntabel dan tertutup dalam mengelola pendanaannya sehingga partai semakin berjarak dan tidak dipercaya oleh publik. Untuk menciptakan partai yang sehat dan modern, terbuka dan akuntabel dalam mengelola keuangan adalah syarat utama. Untuk mendorong percepatan partai mengarah ke arah tersebut, perlu dilakukan beberapa pembenahan alternatif, yaitu meningkatkan peran negara dan kontribusi anggota internal partai dalam keuangan partai politik. Persoalan Keuangan Partai Politik Sebagai institusi yang mengemban fungsi dan tugas pokok yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan sebagian keuangannya bersumber dari negara serta sumbangan masyarakat, partai politik merupakan badan publik. Transparan dalam pengelolaan keuangan adalah salah satu kewajiban badan publik, tidak terkecuali partai politik. Kewajiban ini bahkan telah diamanatkan oleh dua UU, yaitu UU Partai Politik dan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik KIP. Lalu, bagaimana kepatuhan partai politik atas kewajiban ini? 1213 Hingga detik ini, tidak ada satu partai pun yang berinisiatif membuka laporan keuangannya kepada publik. Hal paling sederhana adalah dengan melihat website partai politik. Partai kompak tidak membuka laporan ini. Partai acap kali berkilah bahwa keuangan partai merupakan rahasia internal partai dan yang wajib dibuka kepada publik hanya laporan keuangan yang bersumber dari negara. Partai agaknya tidak memahami amanat UU Partai Politik secara menyeluruh. Dalam pasal 39 UU Partai Politik disebutkan bahwa pengelolaan keuangan partai politik dilakukan secara transparan dan akuntabel. Apa yang dimaksud dengan keuangan partai politik? UU tersebut mendefinisikan keuangan partai mencakup semua hak dan kewajiban partai yang dapat dinilai dengan uang, berupa uang, atau barang serta segala bentuk kekayaan yang dimiliki dan menjadi tanggung jawab partai. Artinya, pengelolaan keuangan partai politik yang wajib dibuka bukan hanya yang bersumber dari negara tetapi juga dari sumber lainnya, yaitu iuran anggota dan sumbangan yang sah menurut hukum. Mengenai hal ini, ICW pernah mencoba mendobrak ruang gelap keuangan partai melalui mekanisme permohonan informasi publik yang mekanismenya diatur dalam UU KIP. Hasilnya sangat mengecewakan namun tidak juga mengejutkan. Dari sembilan partai politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat DPR RI periode 2009-2014, tidak ada satu partai pun yang bersedia memberikan laporan keuangannya. Langkah selanjutnya, ICW mengajukan penyelesaian sengketa informasi ke Komisi Informasi Pusat KIP. Ironisnya, tidak semua partai bersedia memberikan laporan keuangan walau KIP telah menyatakan bahwa laporan keuangan partai merupakan informasi yang terbuka bagi publik dan memerintahkan partai untuk memberikan laporan tersebut kepada ICW selaku pemohon informasi. Tabel 1. Hasil Permohonan Informasi Keuangan Partai Politik oleh ICW pada Tahun 2012-2013 Partai Politik Tahap Penyelesaian Sengketa Informasi Hasil PKS Mediasi ke I Menyerahkan laporan keuangan DPP yang 1214 terkonsolidasi dengan laporan keuangan DPWD dan DPC Partai Golkar Mediasi ke III Menyerahkan laporan keuangan DPP. PKB Mediasi ke III Menyerahkan laporan keuangan DPP yang belum diaudit. PAN Ajudikasi Menyerahkan laporan keuangan DPP. PPP Ajudikasi Menyerahkan laporan keuangan DPP. PDIP Mediasi ke IV Menyerahkan laporan keuangan yang bersumber dari APBN. Partai Gerindra Mediasi ke III Berjanji akan menyerahkan, namun tidak menyerahkan. Partai Hanura Mediasi ke III Berjanji akan menyerahkan, namun tidak menyerahkan. Partai Demokrat Ajudikasi Tidak menyerahkan. Sumber: ICW, 2013 Pengalaman ICW tersebut menunjukkan betapa partai politik telah mengabaikan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangannya. Sayangnya, perangkat UU yang ada tidak menyediakan jaminan dan sanksi apabila partai tidak menerapkan kedua prinsip tersebut. Padahal, tidak hanya kepada publik, keuangan partai bahkan tidak dibuka seluruhnya kepada anggota internal partai politik. Ada apa dengan partai politik kita? Persoalan transparansi keuangan ini merupakan hilir dari persoalan keuangan partai secara keseluruhan. Namun, persoalan ini mengindikasikan bahwa pelembagaan partai politik berada dalam masalah yang serius. Partai yang merupakan institusi modern nyatanya tidak dilembagakan secara modern. Partai yang berkembang pesat dan berperan vital dalam sistem politik demokrasi nyatanya juga tidak dilembagakan secara demokratis dengan mengedepankan prinsip transparan dan akuntabel. 1215 Potret Buram Keuangan Partai Politik Pasal 35 UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik telah menyebutkan bahwa partai mempunyai tiga sumber keuangan legal. Ketiga sumber tersebut adalah iuran anggota, sumbangan perseorangan anggota dan non anggota partai serta perusahaan atau badan usaha, dan bantuan negara melalui Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Daerah APBND. Dinamikanya, ketiga sumber keuangan partai tersebut bermasalah dan tidak mampu mencukupi kebutuhan partai. Dalam studi ICW pada tahun 2013 disebutkan bahwa penerimaan keuangan partai masih didominasi oleh iuran anggota partai. Simpulan tersebut didasarkan pada laporan keuangan partai yang berhasil diperoleh dari proses sengketa informasi dengan Dewan Pimpinan Pusat DPP Partai Amanat Nasional PAN, Partai Persatuan Pembangunan PPP, Partai Keadilan Sejahtera PKS, dan Partai Kebangkitan Bangsa PKB. 7 Tabel 2. Iuran Anggota DPP Partai Politik Partai Tahun Jumlah Penerimaan Rp Iuran Anggota Rp PAN 2010 2,917,114,228 2,160,350,000 74 PPP 2010 6,465,762,812 3,598,500,000 55 PKS 8 2010 129,160,090,156 76,438,525,632 59 PKB 2011 839,106,516 555,800,616 66 Sumber: ICW, 2013 Namun, Iuran anggota partai yang dimaksud dalam laporan keuangan partai diatas bukan anggota dalam arti luas melainkan terbatas pada anggota- anggota yang duduk pada jabatan politik atau publik, seperti anggota legislatif. Hal ini diakui oleh partai politik. Anggota mereka yang duduk sebagai anggota legislatif 7 Indonesia Corruption Watch, 2013. “Pola Korupsi Pendanaan Partai Politik di Indonesia Pasca Orde Baru”. Hlm. 21. 8 Laporan keuangan PKS jumlahnya jauh lebih tinggi dibanding partai lain dikarenakan laporan keuangannya terkonsolidasi antara DPP, DPW, dan DPD. 1216 atau kepala daerah lah yang selama ini aktif mendanai partai politik, baik melalui iuran wajib yang ketentuannya diatur dalam ADART dan peraturan partai atau sumbangan kegiatan yang bersifat sukarela. 9 Partai Gerindra, misalnya, dalam Pasal 58 Anggaran Dasarnya menyebutkan bahwa penghasilan anggotanya sebagai anggota DPR dan DPRD disumbangkan kepada partai sebesar 25. Iuran anggota secara keseluruhan nyaris tidak berjalan. Hanya DPP dan DPW PKS yang mengaku masih dapat menghimpun iuran dana dari anggota- anggotanya yang berada di luar elected official. Marcus Mietzner menganalisa keringnya iuran anggota ini sebagai dampak dari minimnya kelas menengah yang mampu menyumbang partai secara substantif dan fenomena tidak banyaknya jumlah anggota partai politik, fenomena ini merupakan fenomena yang juga dialami partai politik di negara-negara lainnya. 10 Sumber keuangan yang kedua, yaitu sumbangan yang sah menurut hukum, sangat jarang dicatat dan dilaporkan oleh partai politik. DPP PAN pada tahun 2010 mencatat hanya menerima sumbangan perorangan sebesar Rp 5.000.000,- dan Rp 132.000.000,- pada tahun 2009. Banyak partai lain, utamanya partai di tingkat daerah, bahkan tidak mencatat penerimaan partai dari sumber ini. Penyebabnya tidak lain karena sumbangan yang masuk, baik melalui sumbangan perorangan anggota atau non anggota dan badan usaha masuk bukan melalui bendahara partai tetapi pengurus masing-masing kegiatan partai atau langsung kepada ketua umum partai. 11 Umumnya, donatur-donatur tersebut juga tidak ingin namanya tercatat dan diketahui oleh publik dengan alasan menghindari tudingan sifat sumbangan yang mengikat atau pertanyaan darimana asal uang yang disumbangkan tersebut? . Sebab bukan tidak mungkin, uang yang disumbangkan berasal dari tindak pidana, seperti korupsi dan pencucian uang. Sudah banyak kasus korupsi yang menunjukkan adanya irisan antara keuangan partai dengan korupsi. Setidaknya dugaan ini tergambar dari beberapa kasus. Sebagai contoh, Mantan Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin pernah menyatakan bahwa uang hasil suap proyek Hambalang digunakan untuk membiayai Kongres Partai Demokrat di Bandung. Kebenaran pengakuan ini masih simpang siur hingga saat ini. Dugaan lainnya muncul pada 9 Berdasarkan wawancara dengan pengurus partai politik di tingkat pusat dan daerah pada 2015-2016. 10 Marcus Mietzner, 2011. “Pendanaan Partai dan Kampanye Pemilu di Indonesia”. 11 Ibid 7. Hlm. 22. 1217 kasus suap impor daging sapi yang melibatkan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Berikut kutipan surat dakwaan LHI yang beririsan dengan dugaan tersebut: 12 ...AMAD FATANA menyampaikan bahwa MARA ELZABET LIMAN akan dibantu dalam pengurusan penambahan kuota impor daging sapi dan Menteri Pertanian akan mempelajari terlebih dahulu situasi dan kondisinya sebagaimana hasil pertemuan di Lembang, sehingga dengan penyampaian AHMAD FATHANAH tersebut MARIA ELIZABETH LIMAN menegaskan komitmennya untuk memberi bantuan dukungan dana kepada PKS. Pada tanggal Juli bertempat di Kantor PT CTA Jalan Cipaku Nomor 18 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Terdakwa dan AHMAD FATHANAH melakukan pertemuan bersama YUDI SETIAWAN untuk membahas rencana konsolidasi perolehan dana sebesar Rp 2.000.000.000.000,00 dua triliun rupiah dalam rangka pemenuhan target PKS pada Pemilu ... Disinilah letak bahaya keuangan partai politik yang tertutup dan tidak terawasi, baik dari sumbangan anggota partai, non anggota partai, dan badan usaha. Sumbangan-sumbangan tersebut bernilai tidak wajar, mengandung conflict of interest, berasal dari tindak pidana, dan berdampak mengganggu kemandirian partai. Kebijakan yang lahir dari tangan-tangan kader partai yang duduk di jabatan publik pun dikhawatirkan mengutamakan big donors, bukan kepentingan rakyat. Sumber keuangan yang ketiga yaitu bantuan dari negara melalui APBND. Setiap tahunnya, negara memberikan bantuan kepada partai politik yang memperoleh kursi di lembaga legislatif. Bantuan tersebut diberikan secara proporsional berdasarkan perolehan suara. Sejak diberlakukannya pemberian bantuan kepada partai, jumlah bantuan telah beberapa kali mengalami perubahan. Saat ini, negara mendonasi partai tingkat pusat sebesar Rp 108,- per suara. Sedangkan harga bantuan per suara di provinsi dan kabupaten kota berbeda- beda. Sama halnya dengan sumber keuangan lainnya, bantuan negara untuk partai ini tidak luput dari masalah, yaitu menyangkut jumlah yang dinilai tidak signifikan membantu kebutuhan partai tingkat pusat Saat ini 10 partai politik menerima total bantuan sebesar Rp 13.167.442.296,- 13 , peruntukan yang tidak tepat sasaran, dan pengawasan serta audit yang tidak substansial. Melihat bahayanya dampak persoalan keuangan partai, keuangan partai mendesak untuk dibenahi. Namun, nyaris tidak ada upaya serius dari negara, 12 Dalam Dakwaan Jaksa KPK kepada Presiden Partai Keadilan Sejahtera PKS Luthfi Hasan Ishaaq, No. DAK – 0924062013, hlm. 4 dan 72. 13 Dihitung berdasarkan perolehan suara sah dalam pemilu legislatif 2014, yaitu 121.920.962 suara. 1218 publik, dan terlebih lagi internal serta para pemimpin partai untuk membenahi persoalan ini. Negara seolah tutup mata atas realitas karut marut keuangan partai dengan tidak melakukan evaluasi atas efektivitas pemberian bantuan dan setengah hati dalam melakukan pengawasan keuangan partai. Bahkan dapat dikatakan, keuangan partai sama sekali tidak diawasi. Publik yang telah terlanjur kecewa kepada partai politik semakin menarik jarak terhadap partai. 1219 Tawaran Pembenahan Keuangan Partai Politik Jangka Pendek Pembenahan keuangan partai politik perlu dibenahi dari hulunya, yaitu regulasi yang mengatur keuangan partai politik itu sendiri. Pembenahan pengaturan keuangan partai setidaknya menyangkut pada beberapa hal, yaitu sumber pendanaan partai dengan menimbang masalah-masalah mengenai pendanaan partai yang terjadi saat ini, tata kelola dan penggunaan keuangan, dan transparansi serta akuntabilitas pendanaan. Mengenai sumber pendanaan, langkah awal yang perlu dilakukan adalan mereview ulang bantuan keuangan yang diberikan oleh negara kepada partai. Review tersebut khususnya menyangkut pada metode penghitungan dan peruntukan pendanaan. Saat ini, bantuan keuangan untuk DPP partai politik diperkirakan hanya menutup kebutuhan partai sebesar 1,32. 14 Magnus Ohman berdasarkan pengamatannya mengenai keuangan partai di banyak negara menyebutkan bahwa subsidi negara atau public funding hanya dapat berdampak apabila diberikan dalam jumlah yang cukup tinggi. 15 Melihat kecilnya kontribusi negara kepada partai dan mengingat besarnya pengaruh partai dalam penyelenggaraan negara, meningkatkan subsidi negara kepada partai dapat menjadi alternatif cara untuk menjawab persoalan keuangan partai. Disamping besarnya modal yang dibutuhkan partai untuk menjalankan fungsi yang berkaitan erat dengan negara, gagasan ini muncul karena beberapa faktor lain. Faktor pertama yaitu keyakinan bahwa bantuan negara dengan jumlah yang lebih signifikan diyakini dapat memotong lingkaran setan persoalan keuangan partai dan dapat mendorong percepatan pembenahan partai. Ditengah persoalan kusut yang membelenggu partai saat ini, sulit mengharapkan partai dapat berbenah dengan sendirinya. Absennya negara dan publik terhadap persoalan ini justru akan semakin membuat partai politik dibajak oleh segelintir elit dan pemodal partai yang target utamanya adalah membajak sumber daya negara. 14 Didik Supriyanto, dkk. Bantuan Keuangan Partai Politik, Jakarta: Yayasan Perludem, hlm. 32 15 Magnus Ohman. Getting the Political Finance System Right, dalam Funding of Political Partie and Election Campaigns, Sweden: International IDEA. Hlm. 23. 1220 Faktor kedua yaitu sebagai upaya untuk mendorong partai menjadi lebih transparan dan akuntabel serta terawasi oleh negara dan publik. Faktor ini berkaitan dengan fenomena yang saat ini terjadi, yaitu partai tidak transparan dan akuntabel dalam mengelola keuangannya dengan alasan tidak merasa perlu untuk transparan kepada publik. Walau tanpa bantuan keuangan dari negara sekali pun partai seharusnya transparan dan akuntabel, strategi ini diperlukan untuk lebih mendesak partai agar tidak mengabaikan penerapan dua prinsip partai modern tersebut. Faktor ketiga yaitu untuk menjaga kemandirian partai dari bahaya sumbangan mengikat yang berasal dari sumbangan elit partai dan pihak ketiga, perorangan atau badan usaha. Tersumbatnya kran keuangan partai dari iuran anggota dan minimnya bantuan keuangan negara akan membuat partai membuka pintu lebar-lebar terhadap sumbangan-sumbangan dari pihak-pihak ini. Apabila hal tersebut terjadi, partai cenderung akan akuntabel hanya kepada pendonornya dibanding rakyat. Arah kebijakan dan kendali partai turut serta menjadi taruhannya. Mengenai berapa jumlah peningkatan bantuan keuangan partai atau berapa sebaiknya negara mengalokasikan anggarannya untuk partai, sangat dapat didiskusikan lebih jauh. Sejauh ini telah banyak gagasan yang menawarkan formula baru, baik mengenai formula baru bantuan untuk partai maupun jenis- jenis bantuan yang dapat negara berikan kepada partai. Sebagai salah satu alternatif, jumlah bantuan kepada partai dapat dipersentasekan dari APBN. Jumlah bantuan yang diberikan negara kepada partai dingkat pusat saat ini sebesar kurang lebih 0,00072 dari total pendapatan negara. 16 Jumlah tersebut dapat dinaikkan secara bertahap dengan mempertimbangkan berapa besar porsi kebutuhan keuangan partai yang sebaiknya dibantu oleh negara. Dengan mempersentasekan dari APBN, jumlah bantuan negara untuk partai dapat naik dan turun sesuai dengan kemampuan pendapatan negara. Peningkatan jumlah bantuan keuangan negara ini bukan merupakan cek kosong tetapi juga disertai dengan gagasan peningkatan pengawasan dibawah satu lembaga yang diberi wewenang untuk mengawasi dana partai, tuntutan transparansi dan akuntabilitas, serta sanksi kepada partai politik yang melanggar 16 Pendapatan ne gara tahun 2016 sebesar Rp 1.822,5 Triliun dalam “Informasi APBN 2016”, http:www.kemenkeu.go.idsitesdefaultfilesbibfinal.pdf diakses pada Juli 2016. 1221 ketentuan. Sehingga, peningkatan bantuan bukan merupakan gagasan tunggal melainkan sepaket dengan gagasan pembenahan tata kelola keuangan partai secara keseluruhan. Jangka Panjang Gagasan pembenahan keuangan partai dengan pintu masuk meredesign bantuan keuangan negara untuk partai di atas merupakan usulan alternatif namun bukan usulan yang baik dalam konteks pembenahan keuangan partai dalam jangka panjang. Redesign bantuan keuangan negara kepada partai tersebut perlu dibarengi dengan pembenahan sumber keuangan partai yang lain, khususnya kontribusi internal anggota partai politik dan publik luas. Kontribusi internal anggota ini akan menjadi jawaban jangka panjang bagi persoalan keuangan partai. Mengapa kontribusi internal partai politik menempati posisi yang penting dalam membangun keuangan partai yang sehat dalam jangka panjang? Betapa pun besarnya jumlah bantuan keuangan yang diberikan oleh negara kepada partai pada dasarnya tidak akan cukup. Di sisi lain, tidak baik bagi kemandirian partai politik apabila negara terlalu menyuapi partai politik. Partai tidak hanya penting didorong untuk lebih mandiri dari sumbangan pihak ketiga dalam jumlah yang besar, tetapi juga dari bantuan keuangan negara yang berlebihan. Selain itu, kontribusi internal partai politik ini juga diyakini akan semakin mendorong berkembangnya demokrasi internal partai politik. Idealnya, sebagian besar kebutuhan partai politik memang didanai oleh anggota partai politik dan publik luas dengan semangat sukarela. Dua sumber keuangan partai politik ini dapat menjaga kemandirian partai politik sekaligus dapat mendorong partai untuk lebih akuntabel kepada anggota dan publik. Tidak hanya itu, keunggulan partai yang didanai oleh anggota dan publik dapat menguatkan rasa kepemilikan partai oleh kader dan publik. Namun dengan persoalan yang ada saat ini, yaitu fenomena partai krisis anggota dan lemahnya pelembagaan partai politik, menumbuhkan semangat anggota membayar iuran kepada partai merupakan hal yang sulit. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh partai politik untuk mengarah pada tahap tersebut. Syarat-syarat tersebut sangat bergantung pada kemauan elit atau 1222 pimpinan partai politik untuk membuat partai politiknya terinstitusionalisasi dengan baik. Syarat pertama yaitu menguatkan ideologi partai. Ideologi partai saat ini cenderung tidak konsisten. Partai tidak menurunkan ideologi tersebut secara konkret, kontekstual, dan operasional pada kebijakan dan program-program politik yang dijalankan partai. Akibatnya, selain warna, nyaris tidak ada pembeda antara partai yang satu dengan partai yang lainnya. Padahal, ideologi merupakan ciri penting partai politik dan berfungsi sebagai pemersatu serta tujuan perjuangan partai. 17 Syarat kedua yaitu mengembalikan semangat kepartaian berbasis anggota. Partai politik perlu menurunkan agenda-agenda kepartaiannya sebagai agenda- agenda dari anggota partai. Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi simbiosis mutualisme antara partai politik dengan anggota partai. Partai membutuhkan anggota untuk berkembang dan menjadi agen-agen partai politik dalam menjalankan fungsi dan perannya, begitupula kader partai membutuhkan partai sebagai sarana memperjuangkan kepentingan, baik kepentingan sosial atau pun kepentingan memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Partai perlu ditegaskan merupakan milik anggota, bukan merupakan milik segelintir elit partai. Syarat ketiga lebih bersifat teknis, yaitu perlunya partai politik menciptakan sistem reward and punishment yang berkenaan dengan iuran anggota partai sebagai pemantik agar anggota mau menyumbang kepada partai. Salah satu penyebab anggota enggan membayar iuran adalah anggota tidak merasa mendapat keuntungan dari membayar iuran secara rutin kepada partai. Jenis reward and punishment ini bisa beragam, tergantung pada kebijakan internal partai. Sebagai contoh, mengorelasikan antara pembayaran iuran anggota dengan paket pendidikan politik atau bahkan pencalonan dalam pemilu. Walau tidak menjadi satu-satunya tolak ukur, kepatuhan atau kerajinan anggota membayar iuran kepada partai dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan partai politik dalam mencalonkan anggotanya sebagai kandidat pemilu. Tentu saja dengan melihat kompetensi dan sejumlah persyaratan yang lain. Sebelum itu, seluruh pihak, khususnya internal partai politik, perlu bersepakat dan berkomitmen untuk mengubah paradigma dalam melihat partai 17 Ramlan Surbakti, 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Kompas Gramedia. Hlm. 147. 1223 politik. Partai politik patut dimaknai sebagai institusi politik yang tidak hanya bekerja dan berperan dalam ranah kepemiluan. Partai politik tidak hanya meletakkan fokus utama mereka dalam pertarungan politik perebutan kekuasaan di level pusat atau pun lokal seperti yang saat ini terjadi. Lebih dari itu, partai politik perlu memfokuskan diri melakukan kerja sosial jangka panjang yang memadu dan memperjuangkan kepentingan partai yang didalamnya menyangkut kepentingan rakyat. Jarak antara partai dengan rakyat yang hari ini terlanjur lebar akibat berbagai persoalan perlu dipersempit. Penutup Seiring berkembangnya peran dan fungsi partai pasca reformasi, persoalan yang dihadapi partai turut berkembang pula. Persoalan tersebut membuat partai tidak selamanya menjadi institusi politik yang dapat berperan positif dalam perkembangan demokrasi tetapi sebaliknya, partai bergerak menjadi institusi yang dapat merusak pemerintahan demokrasi. Partai dengan mudah dikendalikan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang semata-mata menjadikan partai sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan dan menguasai sumber daya negara. Menyikapi hal ini, negara, internal partai politik, dan masyarakat perlu bersepakat dan menyatukan komitmen untuk membenahi partai politik, salah satunya dengan menjawab problematika pendanaan partai. Selain karena pendanaan dapat mengubah arah kepentingan partai, pendanaan merupakan keniscayaan yang dibutuhkan partai untuk terus bertahan dan menjalankan peran serta fungsi-fungsi kepartaiannya. Lepas dari setuju atau tidaknya dan mudah atau sulitnya mengimplementasikan gagasan-gagasan diatas, tulisan ini ingin menyampaikan pesan bahwa negara dan publik tidak seharusnya menutup mata melihat partai yang terus bergerak mengecewakan. Jalan keluar yang dipilih perlu melihat situasi politik dan keterbatasan partai politik untuk dengan sendirinya berbenah diri dan tidak melupakan semangat mengapa partai politik dibentuk dan memainkan peran yang sedemikian penting dalam konteks penyelenggaraan negara yang demokratis. Pembenahan regulasi partai politik, yaitu revisi UU No. 2 Tahun 2008 jo. UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik atau terbatas pada turunan-turunan 1224 regulasi dibawahnya, seperti Peraturan Pemerintah PP mengenai keuangan partai politik, perlu dilakukan. Berdasarkan gagasan diatas, arah pembenahan mencakup tiga hal. Pertama menaikkan posisi tawar negara dan publik dengan memberikan bantuan keuangan negara yang lebih signifikan membantu partai. Kedua, menciptakan keuangan partai yang terawasi dan transparan. Ide dibuatnya satu lembaga khusus yang berwenang mengurus segala hal yang berkaitan dengan keuangan partai, distribusi hingga pengawasan dan audit, perlu dipertimbangkan dengan serius. Ketiga, memasukkan sanksi administrasi hingga pidana apabila partai menyalahi aturan penerimaaan dan pengelolaan keuangan serta tidak transparan kepada publik. Dalam hal ini, mengorelasikan regulasi partai politik dengan regulasi lain seperti UU Pemilu dan UU Tindak Pidana Korupsi menjadi hal yang penting. Laporan keuangan partai dapat dijadikan sebagai salah satu syarat agar partai politik dapat menjadi partai politik perta pemilu dan penyalahgunaan keuangan partai perlu digolongkan sebagai tindak pidana korupsi. Persoalan yang mungkin muncul seiring adanya gagasan diatas adalah adaya resistensi publik. Resistensi publik yang potensial muncul terhadap gagasan pembenahan keuangan partai melalui subsidi negara dapat dijawab dengan menyampaikan urgensi keberadaan partai dan persoalannya kepada publik dan dengan peningkatan bantuan negara secara bertahap, disesuaikan dengan dampak perubahan kebijakan tersebut terhadap pembenahan partai, yaitu dalam hal transparansi dan akuntabilitasnya. Mengenai dampaknya terhadap korupsi akan sulit dilihat sebab korupsi merupakan kejahatan dengan multi faktor dan aktor, tidak hanya berkaitan dengan keuangan partai. Selain dari sisi regulasi, partai politik harus membenahi diri secara internal dengan memosisikan anggota partai sebagai pemilik partai sehingga harus berkontribusi aktif, termasuk dalam hal pendanaan. Mengorelasikan upaya menarik iuran anggota partai ini dapat dikorelasikan dengan fungsi kaderisasai dan rekrutmen kandidat pemilu oleh partai politik. Beberapa partai politik, salah satunya PDIP, tengah mendorong berjalannya iuran anggota melalui adanya program rekening gotong royong. Hal ini adalah arah perubahan yang bagus apabila dilakukan dengan konsisten dan sistematis. Dengan pembenahan baik dari sektor eksternal dan internal ini, partai politik akan dapat bergerak menjadi partai yang lebih sehat, transparan, dan demokratis. Terakhir, pembenahan terhadap partai politik ini akan mustahil terjadi tanpa 1225 adanya dukungan dan komitmen pimpinan partai dan pemerintah. Bagaimanapun, konstitusi mengatur bahwa kekuasaan pembuatan dan revisi UU berada ditangan DPR yang secara tidak langsung juga menjalankan kebijakan partai dan dengan persetujuan presiden. Daftar Pustaka Center for Strategic International Studies CSIS , . Temuan Survei Nasional: Revisi UU KPK dan Pertaruhan Modal Politik Jokowi Dakwaan Jaksa KPK kepada Presiden Partai Keadilan Sejahtera PKS Luthfi Hasan Ishaaq, No. DAK – 0924062013. Indonesia Corruption Watch , Rilis: Tren Korupsi Semester dan , Februari 2014. Indonesia Corruption Watch, Laporan asil Pemantauan CW Atas Perkara Korupsi yang Melibatkan Anggota Legislatif: Awas Legislatif ditempati Koruptor , September Komisi Pemberantasan Korupsi KPK , . Program Politik Cerdas Berintegritas . Lembaga Survei ndonesia, . Laporan Rilis Survei : Partai Politik di Mata Publik , File: http:www.lsi.or.idriset436Rilis-LSI-dimata-publik , diakses pada 15 Februari 2015. Mietzner, Marcus, . Pendanaan Partai dan Kampanye Pemilu di Indonesia . MSI SIAP I. Ohman, Magnus, 2014. Getting the Political Finance System Right dalam Elin Falguera, Ed., Funding of Political Partie and Election Campaigns, Sweden: International IDEA. Republik Indonesia, UU No. 2 Tahun 2008 jo UU No. 2 Tahun 2011 tentang Keuangan Partai Politik. Supriyanto, Didik, dkk, 2011. Bantuan Keuangan Partai Politik, Jakarta: Yayasan Perludem. Surbakti, Ramlan, 2010. Memahami Ilmu Politik, Cetakan kedelapan, Jakarta: Kompas Gramedia. Transparency nternational, . Global Corruption Barometer 1 , File : http:www.transparency.orggcb2013country?country=indonesia , diakses pada 20 April 2015. Biografi Singkat Penulis Almas Ghaliya Putri Sjafrina, S.Ip, adalah peneliti di Indonesia Corruption Watch ICW. Almas Sjafrina, demikian sapaan akrabnya, menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Politik di Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2013. Sejak masa kuliah, ia tertarik pada isu-isu seputar pemilu dan partai politik. Hingga saat ini, dua isu tersebut menjadi concern studi dan advokasi yang digelutinya di Divisi Korupsi Politik ICW. 1226 Mewujudkan Keterbukaan Keuangan Partai Melalui Demorasi Internal Partai Politik Abstraksi Bantuan Keuangan untuk Pendidikan Politik di Kota Surabaya Oleh : Purnomo S. Pringgodigdo KPU Kota Surabaya 0822 2526 00 07 purnomo.s.pringgodigdogmail.com Bantuan Keuangan bagi partai politik memiliki posisi yang cukup penting bagi keberadaan partai politik. Hal ini bukan saja sebagai salah satu sumber keuangan bagi partai politik, akan tetapi juga sebagai alat pemaksa bagi partai politik agar menyelanggarakan pendidikan politik bagi anggota, ataupun bagi masyarakat luas. Di sisi yang lain, pendidikan politik juga memiliki arti yang tidak kalah penting. Selain karena tujuannya, pendidikan politik dapat digunakan sebagai intrumen untuk menertibkan pengelolaan bantuan keuangan oleh partai politik karena perencanaan atas kegiatan ini menjadi bagian dari pengajuan dana, sampai dengan ketentuan – ketentuan yang menjadi prasyarat pengelolaannya. Dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, tulisan ini hendak melakukan analisa terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur atas pengelolaan bantuan keuangan, khususnya pendidikan politik di Kota Surabaya agar kemudian dijadikan pelajaran bagi partai politik, yang menerima bantuan keuangan untuk tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama dalam penyusunan laporan pertanggung jawaban, atau bahkan bisa mengelola bantuan keuangan ini menjadi lebih baik dan identifikasi terhadap perbaikan – perbaikan yang dapat dilakukan oleh BPK, terhadap pemeriksaan yang dilakukannya di daerah yang secara kewilayahan, ataupun kepemimpinannya memiliki track record cukup baik dalam pemberantasan korupsi, yaitu Kota Surabaya. 1227 Bantuan Keuangan untuk Pendidikan Politik di Kota Surabaya Purnomo S. Pringgodigdo Kata Kunci Partai Politik, Bantuan Keuangan, Pendidikan Politik, LHP, BPK, Surabaya

A. Pendahuluan

Bantuan keuangan bagi partai politik memberikan banyak catatan. Di luar catatan kritis terhadap keberadaannya, akan tetapi ada beberapa alasan mengapa bantuan keuangan menjadi elemen penting di dalam pembiayaan partai politik. Menurut Sujit Choudhry dkk Public funding can potentially provide a mechanism to promote the participation of under-represented sectors and party system institutionalization. It can also help to increase the competitiveness of the party system 18 Tidak jauh berbeda, ngrid van Biezen menyatakan There are essentially three main reasons why the state may want to provide financial support to political parties: to compensate for the growing cost and the increasing scarcity of resources, to guarantee free and fair political competition, and to limit the pot entially disruptive role of interested money’ 19 Di dalam realitasnya, bantuan keuangan untuk partai politik ini juga terjadi di negara – negara lain. Menurut Dr. Marcin Walecki, di tahun 1928 Uruguay menjadi negara pertama yang memberikan bantuan keuangan dengan tujuan untuk menciptakan sistem multi partai dan untuk mendorong persamaan politik. 20 Hal ini kemudian disusul oleh Costa Rica dan Argentina. 21 Untuk Eropa sendiri, Jerman menjadi negara di benua ini yang menerapkan bantuan keuangan 22 . Di tahun 2011, M agnus Ohman PhD memaparkan bahwa There are however significant regional variations. Whereas the practice is used in almost all European countries, less than 40 of the multiparty states in the Middle East for which data is available have adopted this approach. The early introduction of public funding systems in a series of Latin American countries seems to have had a limited contagion effect in the region since only around half of the countries have adopted public funding as a tool for regulating money in politics. It is also notable that the second highest region in terms of frequency of public funding provisions is Africa though it is doubtful if the funds provided have a significant impact anywhere outside South Africa and possibly Mozambique 23 . 18 Sujit Choudhry dkk, Political Party Finance Regulation : Constitutional Reform After the Arab Spring New York, IDEA, 2014 Hal 40 19 Ingrid van Bezen, Financing Political Parties and Election Guidelines Germany, Council of Europe, 2003 Hal 34 - 34 20 Dr. Marcin Walecki , Public Funding in Established and Transitional Democracies sebagaimana diambil dari Public Funding Solutions for Political Parties in Muslim-Majority Societies Washington, IFES, 2009 Hal 27 21 ibid 22 ibid 23 Magnus Ohman, Global Trends in the Reulation of Political Finance Sao Paulo, 2011 Hal 4 1228 Untuk konteks Indonesia, bantuan keuangan merupakan salah satu sumber keuangan partai politik 24 dan merupakan bagian dari hak partai politik. 25 Bantuan keuangan kepada Partai Politik digunakan paling sedikit 60 sebagai dana penunjang kegiatan pendidikan politik dan sisanya sebagai operasional sekretariat Partai Politik. Pendidikan politik dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, lokakarya, dialog interaktif, sarasehan dan workshop sepanjang berkaitan dengan a pendalaman mengenai 4 empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;, b pemahaman mengenai hak-hak dan kewajiban Warga Negara Indonesia dalam membangun etika dan budaya politik; dan c pengkaderan anggota partai politik secara berjenjang dan berkelanjutan. Sedangkan untuk kegiatan operasional sekretariat partai politik sendiri digunakan untuk a administrasi umum, b berlangganan daya dan jasa, c pemeliharaan data dan arsip, dan d pemeliharaan peralatan kantor. Yang dimaksud dengan administrasi umum antara lain belanja keperluan alat tulis kantor, rapat internal sekretariat Partai Politik, dan ongkos perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan operasional sekretariat Partai Politik. Dan yang dimaksud dengan daya dan jasa antara lain telepon, listrik, air minum, jasa pos dan giro, dan surat menyurat. Jika kita ambil secara spesifik untuk Kota Surabaya maka berdasarkan hasil kajian terhadap Laporan Hasil Pemerikasaan BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur ditemukan bahwa 28,80 dari Rp.678.484.000,00 dana yang disalurkan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2014 dikelola sesuai dengan ketentuan yang ada. Hal ini berarti dana yang pengelolaannya dinilai sesuai dengan ketentuan yang ada sebesar Rp. 15.400.274,00 sedangkan yang dianggap tidak sesuai dengan ketentuan yang ada sebesar Rp. 487.128.120,00. Sedangkan untuk tahun 2015, hasil rekapitulasi atas Laporan Hasil Pemeriksaan BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa 19,0 dari Rp.732.571.000,00 dana yang disalurkan oleh Pemerintah Kota Surabaya dikelola sesuai dengan ketentuan yang ada. Hal ini berarti dana yang pengelolaannya dinilai sesuai dengan ketentuan yang ada sebesar Rp. 139.639.422,00 sedangkan yang dianggap tidak sesuai dengan ketentuan yang ada sebesar Rp. 592.235.622,00. Berdasarkan tabel di bawah, kita akan dapat melihat bahwa masih ada banyak masalah dalam pengelolaan bantuan keuangan untuk partai politik. Selama ini literatur yang ada lebih terfokus pada kegagalan sistem, termasuk partai politik di dalam mengelola bantuan keuangan yang diberikan oleh Pemerintah, ataupun oleh Pemerintah Daerah. Penulis hampir tidak menemukan adanya literatur yang mengupas Laporan Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, ataupun kantor perwakilannya untuk melihat bagaimana pola pengelolaan bantuan keuangan oleh partai politik, ataupun pola – pola pemeriksaan, atau audit yang dilakukan oleh BPK. Partai 2014 2015 24 Pasal 34 ayat 1 huruf c Undang – undang nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, sebagaimana dirubah melalui Undang – undang nomor 2 tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang – undang nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik 25 Pasal 12 huruf k Undang – undang nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, sebagaimana dirubah melalui Undang – undang nomor 2 tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang – undang nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik