Pelembagaan Partai Politik : Membangun Budaya Patuh Hukum dan Kode Ethik Partai.

902 Tidak dapat disangkal, bahwa partai politik dalam sistem politik demokrasi memiliki peranan yang sangat penting. Parpol dinilai sebagai salah satu pilar dari demokrasi, oleh karena itu keberadaan partai politik harus dijaga, dikelola dan diperbaiki terus menerus kinerja dan performennya agar tingkat kepercayaan publik terhadap partai tidak menurun bahkan menghilang. Pada umumnya ilmuwan politik mendeskripsikan beberapa fungsi Parpol. Fungsi Parpol menurut Miriam Budiardjo terdiri dari 82 : a Pertama, sarana komunikasi politik. Parpol berfungsi sebagai jembatan antara yang memerintah the Rulers dengan yang diperintah the Ruled. b Kedua, sarana sosialisasi politik. Penyampaian nilai-nilai kepada seseorangkelompok yang diperoleh dari masyarakat oleh Parpol. c Ketiga, sarana rekrutmen politik. Parpol mencari dan mengajak anggota baru untuk berpartisipasi dalam proses politik. f Keempat, sarana pengatur sengketa. Perbedaan, persaingan, dan kebebasan berpendapat ditambah heterogenitas sosial, budaya, agama, adat yang tinggi akan mudah mengundang sengketa sehingga kehadiran Parpol diperlukan dalam keadaan demikian. Partai politik juga sangat terkait dengan suksesi kepemimpinan nasional dan lokal yang dikemas dalam format pemilihan umum untuk memilih para wakil rakyat, pemilihan preiden dan wakil presiden, serta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Pilkada serentak dan Pemilu serentak. Partai politik sebagai pilar penting dalam sistem demokrasi perwakilan yang secara periodik menyelenggarakan kegiatan pemilihan umum. 83 Menurut UU Partai Politik, Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 84 Konsep partai di atas dapat dipahami, bahwa tujuan dibentuknya partai politik adalah untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan negara Indonesia. Partai politik sebagai pilar demokrasi perlu ditata dan disempurnakan dengan diarahkan pada dua hal utama, yaitu : 85 1. Membentuk sikap dan perilaku partai politik yang terpola atau sistemik sehingga terbentuk budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku partai politik yang memiliki sistem seleksi dan rekrutmen keanggotaan yang memadai serta mengembangkan sistem pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat. 2. Memaksimalkan fungsi partai politik baik fungsi partai politik terhadap negara maupun fungsi partai politik terhadap rakyat melalui pendidikan politik dan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif untuk 82 Miriam Budiardjo, Op. Cit, hlm. 163-164. 83 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, Cetakan ke-3 Jakarta : Rajawali Pers, 2011, hlm. 415. 84 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik UU . 85 Penjelasan Umum UU No. 2 tahun 2011 tentang Perubahan UU No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik.. 903 menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang politik. Beranjak dari pengertian partai politik di atas dapat kita pahami, bahwa tujuan dibentuknya partai politik tidak lain adalah untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan negara Indonesia. Menyimak uraian tentang pentingnya fungsi Parpol dalam sistem perwakilan, ke depan perlu dibangun budaya politik yang konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai dan tuntutan rakyat pemilih disamping membangun budaya patuh pada konstitusi partai, kode ethik serta hukum. Kepatuhan terhadap hukum dasar partai, kode ethik dan hukum sangat penting dibangun sebagai wujud komitmen dan penghormatan terhadap hukum. Melemahnya komitmen keterikatan dan kepatuhan terhadap hukum akan menjadi pemicu kuat penyebab terjadinya sengketa sekaligus sulitnya sengketa untuk diselesaikan. Anggaran dasar partai konstitusi partai dan anggaran rumah tangga partai sebagai dasar pengaturan dalam berpartai yang semestinya berfungsi sebagai sarana pengatur dan penyelesai sengketa menjadi tidak efektif karena belum dilembagakannya landasan tersebut dalam penyelesaian sengketa internal partai politik di tanah air. Sengketa internal parpol di tanah air yang hampir selalu berakhir dengan terpecahnya pengurusan partai menjadi dua kubu setidaknya menunjukkan sebuah kegagalan Parpol dalam melakukan proses pelembagaan partai Party Institutionalized. Lemahnya pelembagaan partai politik di Indonesia telah dikritik oleh Vicky Randall dan Lars Svasand yang dikutip Zulpandi sebagai berikut : Partai politik sebagai sebuah organisasi yang memiliki aturan dan tujuan formal, dapat terlihat melembaga dengan baik jika parpol tersebut mapan dalam hal pola-pola perilaku, sikap, dan budaya secara terintegrasi. Pelembagaan parpol yang baik merupakan prasyarat utama agar internal parpol dapat berjalan secara stabil. Seperti yang pernah diungkapkan Huntington pada tahun 1969 yang lalu, bahwa pelembagaan parpol sebagai proses di mana sebuah partai organisasi dan prosedur memperoleh nilai dan derajat stabilitas. 86

4. Penyelesaian Sengketa Internal Parpol yang Demokratis a. Kelemahan Partai Politik

Organisasi apapun bentuk dan jenisnya termasuk partai politik juga mengandung kelemahan. Menurut Jimly, salah satu kelemahan organisasi termasuk organisasi partai politik adalah, bahwa partai politik memiliki kecenderungan bersifat oligarkis. 87 Selain itu Parpol juga tidak memiliki filosofi perjuangan yang jelas dan konsisten. Dikemukakan lebih lanjut oleh Jimly, Partai dan juga organisasi yang lain terkadang berteriak keras dan lantang untuk dan atas nama kepentingan rakyat, namun kenyataannya dalam praktek justeru untuk kepentingan pengurusnya sendiri. Menurut Jimly Asshiddiqie untuk mengatasi kelemahan partai politik yang bersifat oligarkis diperlukan beberapa mekanisme penunjang sebagai berikut : 88 86 Zulpandi, Op. Cit, hlm. 2. 87 Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi, Cetakan ke-3, Jakarta : KONpress, 2006, hlm. 63. Kata oligarki dalam kamus bahasa Indonesia berarti pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu. 88 Ibid, hlm. 63-68. 904 Pertama, mekanisme internal Parpol yang menjamin demokratisasi melalui partisipasi anggota partai politik dalam proses pengambilan keputusan. Pengaturan persoalan itu penting untuk dirumuskan dengan tertulis dalam anggaran dasar partai constitution of the party dan anggaran rumah tangga dan ditradisikan sebagai dan dalam rangka rule of law. Selain itu diperlukan sistem kode ethik positif yang dituangkan sebagai Code of Ethics yang ditegakkan melalui dewan kehormatan. Dengan demikian setiap perbedaan pendapat dapat disalurkan dan diselesaikan secara baik dan sengketa dapat diatasi agar tidak membawa kepada perpecahan yang tidak demokratis dan kurang beradab uncivilised conflict. Kedua, mekanisme keterbukaan partai melalui peranserta warga masyarakat luar partai untuk dapat ikut berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui dan oleh partai politik. Karena itu diperlukan perubahan paradigma dalam memahami partai, menjadi pengurus bukanlah segalanya . Kepengurusan Parpol ke depan sebaiknya diarahkan untuk menjadi pengelola yang profesional yang terpisah dan dipisahkan ke dalam tiga komponen, yaitu 1 komponen kader wakil rakyat, 2 komponen kader pejabat eksekutif, dan 3 komponen pengelola profesional. Ketiganya diatur dalam struktur terpisah dan tidak ada rangkap jabatan sebagai basis pola rekrutmen dan promosi yang harus diikuti. Ketiga, penyelenggaraan negara yang baik dengan makin meningkatkan kualitas pelayanan publik public services serta keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan. Keempat, berkembangnya pers yang bebas yang semakin profesional. Kelima, kuatnya jaminan kebebasan berpikir dan berekpresi serta kebebasan untuk untuk berkumpul dan berorganisasi secara damai. Tawaran yang dikemukakan Jimly Asshiddiqie yakni perlunya mempositifkan kode ethik parpol dan ketiadaan aturan yang jelas dan pasti yang dituangkan secara tertulis dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai menarik untuk dicermati lebih lanjut. Faktor itulah disinyalir sangat kuat sebagai faktor mudahnya terjadinya perpecahan atau sengketa di internal partai dan sekaligus sulitnya menyelesaikan sengketa internal secara lebih adil dan beradab. Belum dipositifkannya hal tersebut dalam anggaran dasar partai dan anggaran rumah tangga partai, dan belum ditradisikannya kode ethik beserta mekanisme dan kelembagaan penegakannya merupakan alternatif yang sangat penting saat ini dan ke depan untuk meredam dan menyelesaikan sengketa internal partai politik. Berbagai mekanisme penyelesaian sengketa dan kelembagaan yang telah berlangsung selama ini mahkamah partai dan sarana pengadilan masih belum mampu menghasilkan penyelesaian yang memuaskan ke dua pihak. Menurut hemat penulis, sesungguhnya model penyelesaian sengketa internal partai melalui mekanisme internal musyawarah-mufakat diantara mereka yang bersengketa sejatinya jauh lebih baik, lebih kerkeadilan dan lebih demokratis dibandingkan dengan cara penyelesaian yang lain yang disediakan oleh UU partai politik, baik dari segi proses, pihak yang terlibat maupun dampak ke depan dari penyelesaiannya. Dilihat dari prosesnya semua unsur terlibat dan dilibatkan, sedangkan dampaknya mereka merasa tidak ada yang dikalahkan dan dimenangkan. Peserta musyawarah merasa ikut terlibat sehingga secara moral ikut bertanggungjawab untuk menjaga isi keputusan dan menjalankan keputusan yang telah diambil. Oleh karena itu agar gagasan penyelesaian secara musyawarah dapat terwujud, diperlukan proses pelembagaan Parpol yang kuat dan stabil, kepatuhan