Catatan Terhadap Proses Sengketa Kepengurusan Partai Politik Pada

996 memberikan pengaturan prihal sengketa kepengurusan partai politik. Sisanya, Undang-Undang 31 Tahun 2002, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008, dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, memberikan pengaturan terkait dengan sengketa kepengurusan partai politik; 2. Dari politik hukum para pembentuk undang-undang, menunjukkan sikap yang responsif, dan mampu berkomitmen bahwa pengaturan terkait dengan sengketa kepengurusan partai politik adalah hal yang sangat urgen dan dibutuhkan pengaturannya di dalam UU Partai Politik. Meskipun kemudian ini mengatur dapur partai, para pembentuk undang-undang mampu memberikan pengaturan terkait hal ini, meskipun terdapat catatan dan kekurangan dari pengaturan tersebut; 3. Dibutuhkan perbaikan dari mekanisme penyelesaian sengketa kepengurusna partai politik dari ketentuan ius constitutum, yakni UU No. 2 Tahun 2008, menuju kearah yang lebih baik, demokratis, dan memberikan kepastian hukum Adapun saran yang disampaikan di dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Dibutuhkan perbaikan terhadap ketentuan undang-undang partai politik, khususnya terkait dengan mekanisme penyelesaian sengketa kepengurusan partai politik, yang berangkat dari mekanisme yang lebih demokratis dan memberikan kepastian hukum. Sehingga, ketentuan tersebut bisa lestari dan dapat bertahan lama, agar regulasi terkait dengan partai politik tidak sering diubah-ubah; 2. Rekomendasi terkait dengan mekanisme penyelesaian yang dapat diusulkan adalah mencakup dua hal: a. Jika menggunakan majelis partai sebagai instrument penyelesaian yang dibentuk oleh internal partai, maka susunan dari Mahkamah Partai mesti diperbaiki. Hal utama yang mesti diperbaiki adalah dengan memasukkan dan orang-orang diluar partai untuk menjadi Mahkamah Partai, yang terdiri dari akademisi, tokoh masyarakat, atau negarawanan yang integritas terjamin dan dipercaya oleh kalangan internal partai politik. Penunjukkannya pun dilakukan setelah sengketa internal atau kepengurusan terjadi. Jadi, siapa orang yang akan ditunjuk disepakati oleh para pihak yang bersengketa. Jumlah pihak dari eksternal pun mesti lebih banyak dari orang internal partai politik, untuk mengurangi konflik kepentingan, dan menjamin integritas Mahkamah Partai. b. Jika masih memberikan ruang kepada mekanisme penyelesaian sengketa di pengadilan, maka frasa putusan Mahkamah Partai bersifat final dan mengikat mesti dihapus dan dihilangkan di dalam penagturan UU Partai Politik. Sehingga, prose masih bisa berlanjut dengan melakukan sengketa dipengadilan, dan terdapat kepastian proses dalam penyelesaian sengketa proses. Selain itu, hal yang mesti diperbaiki adalah soal kepastian dan limitasi waktu yang diberikan untuk orang atau sekelompok orang dapat mengajukan sengketa kepengurusan partai politik. Sehingga, pengaturan ini dapat menutup kemungkinan orang atau sekelompok orang yang secara tiba-tiba mengajukan sengketa kepengurusan partai politik. Referensi