MENENTUKAN KANDIDAT PILPRES, PILEG, DAN PILKADA OLEH PARPOL SECARA DEMOKRATIS

534 Kemudian dalam Pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, menyatakan bahwa: 501 1 Partai Politik melakukan rekrutmen terhadap warga negara Indonesia untuk menjadi: a. anggota Partai Politik; b. bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; c. bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah; dan d. bakal calon Presiden dan Wakil Presiden 2 Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dan huruf d dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta peraturan perundang-undangan. 3 Penetapan atas rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 1a, dan ayat 2 dilakukan dengan keputusan pengurus Partai Politik sesuai dengan AD dan ART. Dari ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011, artinya ke depan parpol tidak bisa lagi asal comot atau ambil tokoh yang populer untuk dinominasikan dalam posisi-posisi politik karena proses untuk itu harns dilakukan melalui mekanisme organisasi. Memang itu semua tergantung AD dan ART parpol, namun setidaknya semangat dari aturan ini adalah untuk meminimalisir keinginan pengurus parpol mengambil jalan pintas dalam mencari kandidat yang akan diajukannya dalam kompetisi jabatan politik. Jika parpol melakukan proses kaderisasi dengan baik, maka ada peluang ke depan parpol akan menjadi penghasil politisi dan pejabat publik yang handal dan berkualitas, tidak seperti selama ini yang lebih didominasi niatan untuk memenangi kompetisi dan akhimya mengabaikan proses kaderisasi dan pencarian kandidat yang berkualitas. 502 Dalam konteks to be candidate, dibandingkan dengan pemilihan presiden secara implisit UUD 1945 memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk menjadi calon kepala daerah. Kesempatan itu dapat dibaca dalam Pasal 18 Ayat 4 UUD 1945 yang tidak mengharuskan calon kepala daerah berasal dari partai politik. 503 Lebih lanjut dalam Pasal 1 angka 3 dan angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang, menyatakan bahwa: calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur adalah peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Provinsi 504 dan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan 501 Pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 502 Nico Harjanto, Politik Kekerabatan dan Institusionalisasi Partai Politik di Indonesia, ANALISIS CSIS, Vol. 40, No.2, 2011, hlm. 149 503 Saldi Isra, Reformasi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Andalas University Press, 2006, hlm. 237 504 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti 535 Calon Wakil Walikota adalah peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum KabupatenKota . 505 Dari ketentuan- ketentuan di atas, menunjukan bahwa peran Partai politik sangat sentral dalam menentukan kandidat calon presiden dan wakil presiden , anggota DPR dan DPRD serta pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Partai politik masih mengidap penyakit oligarkhis atau dominasi segelintir elite yang justru dilegitimasi oleh anggotanya sendiri. Realitas politik itu seolah menguatkan tesis Robert Michels tentang Hukum Besi Oligarki The Iron Law of Oligarchy bahwa di setiap organisasi partai politik, pada hakikatnya hanya dikuasai segelintir elite. 506 Dalam menentukan kandidat anggota legislatif dan eksekutif partai harusnya memiliki mekanisme internal yang demokratis. Secara sederhana demokrasi partai secara internal dapat diartikan sebagai proses embuatan dan pelaksanaan keputusan untuk melaksanakan fungsi partai secara terbuka, partisipatif, dan deliberatif berdasarkan peraturan perundangan, ADART, dan peraturan partai. 507 Oleh karena itu dalam melakukan penyeleksian, calon Presiden dan calon wakil presiden, calon DPR dan DPRD, kepala daerah dan wakil kepala daerah, sebaiknya partai politik melakukannya secara terbuka, dimana setiap tahapan-tahapan, syarat dan prosedur harus diketahui oleh publik, sehingga masyarakat luas dapat melihat dan menilai kemampuan dari setiap calon. Secara umum calon DPR, DPRD, calon Presiden dan wakil Presiden, calon kepala daerah dan wakil kepala daerah harus memenuhi persyaratan administrasi yang mencakup legalitas dari penilaian ijazahSTTB, kesehatan, maupun keterangan bebas hukum. Dan yang terpenting anggota partai politik menjadi sumber daya yang utama untuk menjadi kandidat. Selanjutnya secara khusus menentukan kandidat pilpres, pileg dan pilkada secara demokratis sebagai berikut: Pertama, Selama ini parpol dalam menentukan kandidat calon presiden dan wakil presiden, tidak ada satupun partai di Indonesia yang menerapkan mekanisme pengajuan kandidat dari anggota di bawah dan kemudian seleksi melalui konvensi. Sekalipun ada partai yang mulai menerapkan mekanisme konvensi, tetapi prosesnya tidak berasal dari bawah dan kurang transparan. Seharusnya Calon presiden dan wakil presiden dipilih oleh konvensi partai tingkat nasional yang dihadiri oleh delegasi yang ditetapkan oleh pengurus partai tingkat provinsi dari daftar nama yang diajukan oleh rapat anggota partai tingkat kabupatenkota. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang 505 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang 506 Dwi Nugie Nugroho, Oligarki Partai Politik dan Masa Depan Demokrasi, https:antipartai.wordpress.com20110529oligarki-partai-politik-dan-masa-depan- demokrasi , diakses pada tanggal 22 Juni 2016 507 Ramlan Surbakti Didik Supriyanto, Op. Cit. hlm.13 536 Kedua, dalam praktek praktek selama ini, Pengurus partai tingkat provinsi dan tingkat kabupatenkota baru dapat menetapkan nama bakal calon dan nomor urut calon anggota DPRD setelah mendapat persetujuan dari Pengurus Pusat. Seharusnya proses seleksi calon sepenuhnya berada di tangan Pengurus berdasarkan usulan Tim Seleksi yang dibentuk oleh Pengurus Partai di berbagai tingkatan organisasi dan pengurus tingkat Pusat membentuk Tim Seleksi Calon Anggota DPR. Selanjutnya sebelum calon anggota DPR dan DPRD diajukan kepada KPU, para calon tersebut dipilih melalui pemilu pendahuluan secara internal oleh partai. Parpol berkewajiban menyetor berita acara rapat kepada penyelenggara pemilu legislatif sebagai bukti kedemokratisannya seleksi bacaleg, dilengkapi dengan jumlah hadirin, tanda tangannya, juga perolehan suara para bakal calon legislatif. Ketiga, Dalam menentukan kandidat pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Selama ini proses penjaringan calon dilakukan oleh mekanisrne yang ada di tingkat lokal, akan tetapi keputusan akhir berada di tangan pusat DPP jadi campur tangan intervensi dari partai di tingkat pusat DPP sangat kuat, Hal seperti inilah yang sering menimbulkan ekses negatif, yaitu konflik antara partai di pusat dan daerah, sehingga calon yang diajukanpun sering tidak sesuai dengan keinginan rakyat daerah. Kedepan Seharusnya Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh konvensi partai, untuk Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah propinsi yang dihadiri oleh delegasi yang ditetapkan oleh pengurus partai tingkat kabupaten dari daftar nama yang diajukan oleh rapat anggota partai tingkat kabupatenkota dan untuk Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupatenkota dipilih oleh konvensi partai, yang dihadiri oleh delegasi yang ditetapkan oleh pengurus partai tingkat kecamatan dari daftar nama yang diajukan oleh rapat anggota partai tingkat kecamatan. Jadi keputusan ada pada masing tingkatan sedangkan masing-masing tingkat yang lebih tinggi sekedar menyetujui saja, jadi tidak pada posisi mengambil keputusan terkhir. Seleksi kandidat mempengaruhi karakteristik dasar politik dan pemerintahan demokratif modern candidate selection aff ects the fundamental nature of modern democratic politics and governance. Seleksi kandidat partai merupakan komponen kunci praktik demokrasi modern sehingga wajib dipertimbangkan dalam menilai apakah negara secara luas sudah demokratis atau belum. Karena itu dalam menjawab pertanyaan apakah seleksi kandidat merupakan domain partai politik ataukah domain negara, maka niscaya jawabannya adalah domain negara atau domain kepentingan umum. Dalam karya yang sama, Hazan dan Rahat mengidentifikasi empat dimensi yang membedakan metode seleksi kandidat di berbagai negara, yaitu ketentuan yang mengatur persyaratan calon; siapa yang menyeleksi kandidat; derajat sentralisasi dalam proses seleksi calon; dan metode seleksi kandidat, antara penunjukan ataukah pemungutan suara. Keempat dimensi ini dapat digunakan untuk membandingkan berbagai negara dalam bidang seleksi kandidat. 508 508 Ramlan Surbakti Didik Supriyanto, Op. Cit., hlm. 8 537 Partai politik secara internal dapat dikategorikan demokratis institusionalisasi prinsip dan prosedur demokrasi, apabila terjadi 509 : 1 Calon anggota DPR dipilih oleh konvensi partai tingkat nasional yang dihadiri oleh delegasi yang ditetapkan oleh pengurus partai tingkat provinsi dari daftar nama yang diajukan oleh rapat anggota partai tingkat kabupatenkota; 2 Calon presiden dan wakil presiden dipilih oleh konvensi partai tingkat nasional yang dihadiri oleh delegasi yang ditetapkan oleh pengurus partai tingkat provinsi dari daftar nama yang diajukan oleh rapat anggota partai tingkat kabupatenkota; 3 Platform kebijakan dan program partai untuk pemilu anggota DPR ditetapkan oleh konvensi partai tingkat nasional yang dihadiri oleh delegasi yang ditetapkan oleh pengurus partai tingkat provinsi dari daftar nama yang diajukan oleh rapat anggota partai tingkat kabupatenkota; 4 kebijakan dan program partai untuk pemilu presiden dan wakil presiden ditetapkan oleh konvensi partai tingkat nasional –yang dihadiri oleh delegasi yang ditetapkan oleh pengurus partai tingkat provinsi dari daftar nama yang diajukan oleh rapat anggota partai tingkat kabupatenkota, dari rencana kebijakan dan program yang diajukan oleh calon presiden dan wakil presiden. Partai politik sebagai suatu organisasi sangat berperan dalam mencetak pemimpin yang berkualitas dan berwawasan nasional. Pemimpin yang berkualitas ini tidak hanya berorientasi pada kepentingan partai politik yang diwakili. Ketika menjadi pemimpin nasional, otomatis menjadi pemimpin semua orang. Pemimpin ini tidak lahir dengan sendirinya, perlu suatu proses pendidikan baik yang bersifat formal maupun non-formal yang mampu membentuk jiwa dan karakter pemimpin. Dalam struktur dan sistem politik, organisasi partai politiklah yang paling bertanggung jawab untuk melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas. Untuk dapat melakukan tugas ini, dalam tubuh organisasi partai politik perlu dikembangkan sistem rekrutmen, seleksi, dan kaderisasi politik. Mendapatkan sumber daya yang baik perlu dimulai dari sistem rekrutmen. Dengan adanya sistem ini, nantinya akan dapat diseleksi kesesuaian antara karakteristik kandidat dengan sistem nilai dan ideologi partai politiknya. Tentunya orang-orang yang memiliki sistem nilai dan ideologi sama serta memiliki potensi untuk dikembangkanlah yang perlu direkrut. Persaingan dengan partai politik lain juga terjadi untuk memperebutkan orang-orang terbaik yang nantinya dapat memperkuat dan mengembangkan organisasi partai politiknya 510 Dengan demikian partai politiklah yang mempersiapkan dan menentukan atau mengusulkan calon penyelenggara Negara lembaga legislatif dan eksekutif baik pada tingkat nasional maupun daerah. Karena peran partai politik yang begitu penting dalam penyelenggara Negara, maka tidak saja partai politik seharusnya ditetapkan sebagai badan publik sehingga harus 509 Ibid, hlm. 18 510 Firmanzah, Mengelola Partai Politik komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, hlm. 70 538 diatur oleh negara tetapi partai politik juga harus dikelola secara demokratis. Mengingat model kepartaian yang buruk akan menimbulkan penyakit, seperti korupsi, otoritarianisme, klientalisme, dan kultur patriarkhis. Ini pula yang membuat kehidupan politik kita tidak pernah sehat. Jadi sebelum partai bisa mengorganisasikan internalnya secara sehat dan demokratis, jangan pernah bermimpi bisa membangun demokrasi secara makro dengan lebih baik di Indonesia.

F. PENUTUP

Keharusan demokrasi partai politik secara internal ditentukan dalam konstitusi dan undang-undang. Partai politik memainkan peranan menyeluruh sebelum, selama, dan sesudah pemilu. Peran Partai politik sangat sentral dalam menentukan kandidat calon presiden dan wakil presiden , anggota DPR dan DPRD serta pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Untuk itu dalam menentukan kandidat anggota legislatif dan eksekutif partai harusnya memiliki mekanisme internal yang demokratis dan terbuka sesuai dengan ADART dan peraturan perundang-undangan. Dalam melakukan seleksi calon Presiden dan calon wakil presiden, calon DPR dan DPRD, kepala daerah dan wakil kepala daerah, sebaiknya partai politik melakukannya secara terbuka, dimana setiap tahapan-tahapan, syarat dan prosedur harus diketahui oleh publik, sehingga masyarakat luas dapat melihat dan menilai kemampuan dari setiap calon. Secara umum harus memenuhi persyaratan administrasi yang ditentukan dalam peraturan perundangan dan calon kandidat merupakan kader partai politik, sehingga parpol tidak mengambil jalan pintas mengambil kandidat dari non kader parpol. Jika parpol melakukan proses kaderisasi dengan baik, maka ada peluang ke depan parpol akan menjadi penghasil politisi dan pejabat publik yang handal dan berkualitas dan tidak mengabaikan proses kaderisasi. Dalam struktur dan sistem politik, organisasi partai politiklah yang paling bertanggung jawab untuk melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas. Demokrasi partai politik secara internal menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun masyarakat dan negara yang demokratis. DAFTAR PUSTAKA Almond, Gabriel. dan G Bingham, Powel. 1988, A Word View Fourth Editions, London Asshiddiqie, Jimly, 2006, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi, Jakarta: onstitusi Press Ainur, Rofieq, 2011, Fungsi Rekrutmen Politik Pada Calon Legislatif Partai Kebangkitan Bangsa PKB, Governance, Vol.1, No. 2, Mei 2011 539 Albuthuny Arwin, Pilkada Buru: Kader Atau Non Kader, http:www.kompasiana.comarwinalbuthunypilkada-buru-kader-atau- non-kader_573484a06d7e617c0a05b2a1 , diakses tanggal, 21 Juni 2016 Budiardjo, Miriam, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Cholisin, dkk, 2007, Dasar –Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press Dahlan, M., 2009, Membangun Partai Politik Yang Demokratis studi Terhadap Subtansi UU No. 02 Tahun 2008 Tentang Partai POlitik, Jurnal Konstitusi, Mahkamah Konstitusi RI- PPK Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Volume II Nomor 2 November 2009 Firmanzah, 2008, Mengelola Partai Politik komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Gatara, Sahid, 2007, Sosiologi Politik:Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, Bandung: CV. Pustaka Setia Handoyo, B. Hestu Cipto, 2009, Hukum Tata Negara Indonesia: Menuju Konsolidasi SistemDemokrasi, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta Harjanto Nico, Politik Kekerabatan dan Institusionalisasi Partai Politik di Indonesia, ANALISIS CSIS, Vol. 40, No.2, 2011 Isra, Saldi, 2006, Reformasi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Andalas University Press Klingeman, Hans Dieter, dkk, 2000, Partai Kebijakan Demokrasi,Yogyakarta:Pustaka Pelajar Meyer, Thomas, 2012, Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis: Tesis 5: Demokrasi dalam Parpol Internal Democracy’, Friedrich-Ebert-Stiftung FES, Kantor Perwakilan Indonesia, Jakarta Norris, Pippa, 2005, Political Parties and Democracy in Theoretical and Practical Development In Party Communications, National Democratic Institute for International Affairs NDI Noor, Isran , Demokrasi dan Kritik Internal Parpol, http:www.koran-Sindo.com news.php?r=1n=0date=2016-05-09 , diakses tanggal 20 Juni 2016 Nugroho, Dwi Nugie Oligarki Partai Politik dan Masa Depan Demokrasi, https:antipartai.wordpress.com20110529oligarki-partai-politik- dan-masa-depan-demokrasi , diakses pada tanggal 22 Juni 2016 Republik Indonesia, UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945