Faktor Penyebab Sengketa dan Dampak Politis
897 yaitu faktor alamiah yaitu karena adanya kondisi objektif yang dapat menimbulkan
terjadinya sengketa dan faktor non alami yang memang sengaja diciptakan.
69
Menegaskan sekali lagi, bahwa keberadaan Parpol dalam sistem pemerintahan demokrasi merupakan keniscayaan sepanjang sistem politik demokrasi tersebut
masih dijadikan basis dan model. Keberadaan Parpol juga sering menjadi tolak ukur demokratis dan tidaknya suatu negara, meskipun banyaknya Parpol dalam negara
demokrasi belum tentu dapat dijadikan sebagai jaminan dan ukuran tunggal sebuah negara untuk diklaim sebagai negara demokratis. Namun hampir dapat dipastikan,
bahwa partai politik merupakan komponen infrastruktur politik yang memiliki peran secara langsung dalam komunikasi antara rakyat dengan pemerintah dalam sistem
pemerintahan yang demokratis, karena itu partai politik juga sebagai salah satu pilar penting dari hak kemerdekaan berserikat dalam sebuah negara demokratis.
70
Secara teoritik, dalam sistem multy partai terbuka
71
terdapat banyak partai politik yang tumbuh sebagai manifestasi atas dari kakekat demokrasi yaitu
kebebasan dalam berserikat dan berorganisasi sosial dan politik. Banyaknya jumlah partai politik sebagai konsekuensi dianutnya sistem kepartaian, akan berdampak
pada banyaknya pesaing dan tajamnya persaingan dalam meraih pengaruh dan dukungan dari para pemilih oleh para kader Parpol sehingga memiliki potensi besar
terjadinya fragmentasi antar Parpol dan bahkan juga internal Parpol. Ditambah sistem keterpilihan Caleg yang menggunakan sistem daftar terbuka dengan perolehan
suara terbanyak telah menjadi sarana pemicu sengketa internal Parpol yang cukup mengkhawatirkan bagi perpolitikan Indonesia.
Pasca hajatan politik nasional Pileg dan Pilpres selama 2014 berlalu, hampir setiap Parpol peserta pemilu mengalami kesibukkan luar biasa dengan menggelar
Kongres, Muktamar, Munas, Rapimnas dan lain-lain. Agenda tersebut menghiasi partai politik sebagai sarana untuk melakukan evaluasi, konsolidasi dan penentuan
orientasi dan arah koalisi partainya. Agenda Parpol tersebut dilakukan juga untuk mempersiapkan Pemilu maupun Pilkada serentak yang akan datang yang sudah
dekat. Semua kegiatan dan evaluasi kerja keras pengurus partai dalam Pemilu dan pilkada serentak yang telah lewat menjadi refleksi Parpol untuk perbaikan ke depan.
Dalam proses tersebut, tidak jarang terjadi hal-hal yang menarik saat dilakukan proses demokrasi internal partai politik yaitu maraknya sengketa horizontal yang
terjadi di internal tubuh Parpol, yaitu perpecahan dan saling mengklaim kemenangan dan dukungan.
Menurut Wirawan, pada umumnya sumber sengketa termasuk partai politik yang alami disebabkan oleh : a. Keterbatasan sumber; b. Tujuan yang berbeda; c.
Independensi tugas; d. Keragaman sistem sosial; e. Diferensiasi organisasi; f. ambiguitas yurisdiksi; g. Perlakuan tidak manusiawi; h. Komunikasi yang tidak baik; i.
Sistem imbalan yang tidak layak; dan j. Pribadi orang yang bersangkutan.
72
Spesifik
69
Wirawan, Op. Cit, hlm. 7-8.
70
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hlm.282-283.
71
Istilah tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan tidak adanya pembatasan jumlah partai untuk dapat mengikuti konstestasi Pemilu terkait dengan syarat keterwakilannya dalam lembaga
perwakilan Parliamentary unthreshold atau jumlah perolehan suara Electoral Unthreshold sebagai ambang batasnya, dan sebagai kebalikan dari sistem multy partai sederhana yang jumlah partainya
dibatasi dengan sistem ambang batas perolehan suara dalam pemilu Electoral Threshold dan ambang batas parlemen Parliamentary Threshold
72
Wirawan, Op. Cit, hlm. 8-14.
898 faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa internal dalam partai politik menurut
Ramlan Surbakti antara lain dikarenakan : a. Adanya perbedaan pendapat yang tajam; b. Perdebatan; c. Persaingan; d. Pertentangan dan perebutan untuk mendapatkan
danatau mempertahankan nilai-nilai kedudukanjabatan.
73
Secara lebih mendalam faktor penyebab sengketa dikemukakan oleh Frans Rengka adalah : salah satu faktor penyebab terjadinya sengketa partai politik adalah
praktek politik yang tidak dilandasi dengan filsafat politik yang jelas sehingga akan sulit mewujudkan esensi politik yang terarah bagaimana dan untuk apa kekuasaan itu
dipergunakan sebanyak-bany
aknya untuk kepentingan banyak orang
74
. Dipergunakannya filsafat politik yang jelas dalam membangun perpolitikan di
tanah air dan praktek politik yang dijalankan sebagai panduan dan garis perjuangan partai akan dapat diwujudkan kemanfaatan yang sebanyak-banyaknya bagi warga
negara. Untuk itu diperlukan komitmen dan landasan normatif yang jelas dalam konstitusi partai maupun undang-undang kepartaian untuk menjaga agar sistem
politik yang dibangun dan praktek politik yang diterapkan tidak menyimpang jauh dengan tujuan politik yang pada akhirnya dapat menjadi salah satu sumber pemicu
sengketa.
Analisis praksis secara kritis terkait dengan sumber sengketa internal Parpol dikemukakan oleh Martin Jimung yang menyatakan :
Para politisi Indonesia memahami politik bukan sebagai cara pandang word view tetapi memandang dan memahami politik sebagai artikulasi antara
kepentingan publik dan pribadi. Atas nama kepentingan publik dapat mengegolkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Model berpolitik yang
demikian dikenal dengan aliran politik MUKU
, Politik MU dan KU . Artinya, para politisi di Indonesia akan berjuang habis-habisan jikalau persoalan yang
sedang dibicarakan atau diperebutkan dalam kehidupan praktis berkaitan langsung dengan kepentingannyapartaikelompoknya, namun sebaliknya
akan pasiftidak semangat bahkan lebih banyak diam jikalau yang dibicarakan berkaitan dengan MU atau kepentingan orang lainumum.
75
Kritik yang disampaikan Martin Jimung kepada para politisi Indonesia sebenarnya sudah lama menggerogoti praktek dalam perpolitikan Indonesia. Hanya
saja hal tersebut jarang menjadi agenda refleksi diantara para pengurus dan pimpinan partai politik. Semestinya para politikus kita dapat menangkap dan
merekonstruksi filosofi berpikirnya sebagaimana telah banyak dikumandangkan oleh para ilmuwan politik Indonesia maupun dunia terkait dengan filsafat politik, budaya
politik dan praktek politik. Karena itu selama politikus Indonesia masih berorientasi pada kepentingan individukelompokpartainya semata, potensi sengketa masih
terhampar dihadapan kita.
Terkait dengan sumber sengketa internal Parpol, khususnya Pasca Pemilu Legislatif dan Presiden 2014 yang lalu secara terang Zulpandi mengemukakan :
...fenomena sengketa internal yang dihadapi sejumlah parpol berawal dari persaingan dalam merebut puncak kepemimpinan partai menjadi isu penting
dalam perpolitikan Indonesia. Karena jabatan ketua umum Ketum Parpol yang menjadi rebutan sehingga berbuntut sengketa memiliki nilai tawar
73
Ramlan, Op. Cit, hlm. 10.
74
Frans Rengka Kata Pengantar dalam Buku Martin Jimung, Teori Pembangunan Politik di Indonesia dalam Praktek Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama, 2006, hlm. 6-9.
75
Ibid, hlm. 25
899 penting karena akan dapat menentukan arah kebijakan partai terutama dalam
menentukan arah koalisi Parpol yang menjadi ranah pertarungan politik baru pasca Pemilu dilaksanakan. Hal ini dapat kita lihat seperti yang terjadi di
internal Partai Golongan Karya Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan PPP yang saat itu kedua partai tersebut terbagi menjadi dua kubu yang
memiliki kepengurusan masing-masing .
76
Terjadinya sengketa internal partai politik, disinyalir juga disebabkan oleh faktor pemahanan dalam pengelolaan organisasi partai politik. Masih kentalnya
tradisi pengelolaan partai seperti milik kelompok atau keluarga sendiri dalam bentuk penokohan yang berlebihan terhadap seseorang personalised sangat rentan
terjadinya sengketa. Sebagaimana dikemukakan Jimly Asshiddiqie sebagai berikut :
Depersonalisasi partai politik juga diindikasikan sebagai salah satu pemicu sengketa partai. Personalisasi partai dalam perpolitikan Indonesia cukup kuat
dan kentara dalam kepengurusan. Gejala personalisasi ini dapat dilihat saat partai yang bersangkutan melakukan suksesi kepemimpinan menghadapi
kesulitan.
77
Mencermati berbagai sumber sengketa sebagaimana diurai di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa sengketa internal Parpol sebenarnya sangat komplek, namun di
sini dapat ditarik beberapa faktor yaitu faktor keterbatasan jabatan dan tingginya gengsi jabatan tersebut, faktor pribadi manusia, serta perebutan jabatan ketua umum
Ketum Parpol, yakni jabatan yang memiliki paling bergengsi di Parpol. Karena itu perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk menemukan dan menentukan faktor
yang menjadi titik spot sumber penyebab sengketa internal partai sehingga ke depan dapat dicegah dan mudah penyelesaiannya.
Menurut Hemat penulis, faktor yang terakhir perebutan jabatan ketua umum dan ketidak patuhan terhadap konstitusi partai dan anggaran rumah tangga partai
diyakini sebagai sumber pemicu kuat terjadinya sengketa internal di tubuh Parpol. Kemudian, mengapa jabatan ketua umum partai pantas menjadi perebutan yang
berbuntut terjadi perpecahan kepengurusan dan sengketa yang melebar yang mengekor hingga kepengurusan di tingkat daerah. Hal ini dikarenakan jabatan
tersebut memiliki nilai strategis karena akan dapat menentukan siapa kader yang akan direstui untuk dicalonkan dalam legislatif dan eksekutif serta kemana arah
kebijakan partai terutama dalam penentuan arah koalisi Parpol. Kondisi demikian ditambah ketiadaan komitmen tentang kepatuhan terhadap konstitusi partai
Anggaran Dasar dan anggaran rumah tangga Partai disinyalir kuat juga sebagai pemicu kuat terjadinya sengketa internal Parpol.
Secara konseptual, jika anatomi faktor penyebabsumber terjadinya sengketa telah ditemukan, diharapkan proses dan penyelesaian sengketa mendapatkan jalan
dan legitimasi untuk menghasilkan konsensus sebagai salah satu ciri dari rangkaian sebuah proses politik.
Terjadinya sengketa internal Parpol tentu akan memiliki dampak yang luas bagi kelangsungan Parpol yang bersangkutan khususnya soliditas antar pengurus maupun
dukungan dari para kader atau pemilih pendukung yang harus siap ditanggung. Pecahnya sengketa internal kepengurusan yang dialami Partai Golkar dan PPP
menunjukkan, bahwa kedua Parpol tersebut mengalami kegagalan dalam
76
Zulpandi, http:www.riaupos.co3867-opini-sengketa-internal-dan-pelembagaan-
parpol.html , diakses 24 Juni 2016.
77
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar...Op. Cit, hlm. 284.
900 menjalankan fungsi sebagai pengatur sengketa, dan sebaliknya justru sebagai
penyulut sengketa. Menurut Zulpandi, akibat sengketa yang dialami kedua partai itu setidaknya menghasilkan dampak buruk yang mempengaruhi gerak dan langkah
parpol tersebut.
78
Pertama, terganggunya kinerja anggota legislatif. Kader parpol yang saat ini sedang menduduki kursi legislatif akan sulit bekerja karena dampak domino dari sengketa
tersebut juga berimbas pada perpecahan kekuatan fraksi di DPR. Kedua, terganggunya konsentrasi parpol dalam menghadapi Pilkada. Seperti yang kita
ketahui bersama bahwa dalam waktu dekat, akan diadakan serangkaian Pilkada serentak di Indonesia. Akibat dari sengketa internal, konsentrari parpol dalam upaya
menguasai ranah lokal akan terhambat dengan adanya sengketa internal. Bahkan dengan adanya dualisme kepengurusan parpol akan semakin mempersulit jalannya
demokrasi electoral di tingkat lokal. Ketiga, hilangnya kepercayaan publik terhadap Parpol. Sudah akan menjadi konsekuensi logis dari perilaku Parpol terhadap
persepsi masyarakat. Tindakan buruk yang tercermin dari gerak langkah parpol ini tentu akan semakin memperburuk citra publik terhadap parpol. Tingkat kepercayaan
publik terhadap parpol ataupun elite parpol akan hilang. Tentu ini sangat merugikan bagi parpol, karena akan kehilangan konstituennya disaat pemilu yang akan datang.
Sebagaimana telah ditegaskan di uraian di atas, demokrasi modern adalah
demokrasi perwakilan yang dalam hal ini diperankan oleh partai-partai politik. Partai-partai politik memainkan peranan penting dalam proses perwakilan, karena
itu jika mereka gagal dalam memaninkan peranan itu, maka seluruh bangunan besar itu akan retak.
79
Partai politik dalam Perubahan UUD 1945 telah mengalami konstitusionalisai yang luar biasa pesatnya. Menurut Janedjri, Parpol tidak hanya
hadir dalam realitas politik, perubahan UUD 1945 memberikan peran konstitusional kepada Parpol sebagaimana dituangkan dalam Pasal 22E ayat 3, Pasal 6A ayat 2,
dan juga Pasal 24C ayat 1.
80
Begitu penting dan strategisnya peran dan fungsi partai politik dalam hidup sistem pemerintahan demokrasi modern. Partai politiklah yang dapat memiliki akses
secara langsung untuk mengkomunikasikan dan mendialogkan antara kepentingan rakyat dan kebijakan pemerintah. Karena itu jika Parpol mengalami sengketa
tentunya akan sangat mengganggu proses-proses politik oleh Parpol dalam pemerintahan dan bernegara. Terjadinya sengketa internal Parpol tentunya akan
sangat mempengaruhi pelaksanaan fungsi Parpol. Secara konseptual, fungsi Parpol ada dua, yaitu fungsi input dan fungsi output. Fungsi input partai politik lazimnya
meliputi artikulasi kepentingan, aggregasi kepentingan, sosialisasi politik, rekruitmen politik, dan komunikasi politik. Sedangkan fungsi output partai politik
sekurangnya , meliputi pembuatan kebijakan policy making, penerapan kebijakan policy implementation, dan penghakiman kebijakan policy adjudication.
Beranjak dari uraian terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari sengketa internal Parpol dapat diidentifikasi sebagai berikut :
78
Zulpandi, Sengketa Internal dan Pelembagaan Parpol, Op. Cit, hlm. 1.
79
Hans-Dieter Klingemann, Richard I. Hofferbert, Ian Budge, Parties, Policies, and Democracy Kebijakan dan Demokrasi, Cetakan Pertama, Terjemahan Sigit Jatmiko,
Yogyakarta : Jentera Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2010, hlm. 1.
80
Janedjri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional : Praktek Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945, Jakarta : KONpress, 2012, hlm. 55-56.
901 1. Terpecahnya kebersatuan energi pengurus. Dampak perpecahan sengketa
pengurus adalah terjadinya dua kelompokkubu yang saling mengklaim sebagai kelompok yang syah di mata pemerintah dan publik yang menyita
energi pengurusan partai.
2. Merosot dan bahkan hilangnya kepercayaan trust pendukung. Dampak sengketa antar pengurus juga akan berdamapak kepada
konstituenpendukung partai. Sengketa akan melahirkan ketidakpercayaan kepada pengurus partai akibatnya pendukung partai mengalami ketidak
percayaan partai Party untrust.
3. Hilangnya kesempatan mewujudkan tujuan partai. Terjadinya sengketa secara pasti akan mempengaruhi kinerja partai dalam mewujudkan tujuan
dan agenda partai politik. Hal ini selain menyangkut legalitas kepengurusan juga eksekusi programnya.
4. Menurunnya derajat kepercayaan masyarakat kepada Paprpol. Dampak serius dan akan semakin meluas yang sangat dikawatirkan atas sengketa
internal partai adalah menurun dan atau melemahnya tingkat kepercayaan warga negara terhadap partai politik sebagai wadah dan sarana perwakilan
mereka. Jika hal ini benar terjadi, maka akan berdampak pada melemahnya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pemerintahan.
5. Tidak diakuinya kepengurusan partai dalam kontestasi Pemilu. Dampak yang dirasakan juga sangat merugikan partai adalah tidak diakuinya
kepengurusan partai yang syah dalam proses Pemilu. Jika sengketa terus menguat dan proses Pemilu sedang berjalan, maka legalitas kepengurusan
partai dalam pencalonan peserta pemilu juga mengalami permasalahan.
6. Tejadinya saling pecat dan memecat antar kader dalam kepengurusan dan lain sebagainya. Sengketa akan menyulut perasaan dendam dan amarah. Jika
kondisi sudah demikian, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi tindakan emosional berupa saling pecat dan memecat diantara kader yang
berseberangan.