PENGORGANISASIAN PARTAI DALAM SELEKSI KANDIDAT

778 anggota partai+ syarat tambahan anggota partai Semua warga negara Kandidat yang diseleksi anggota partai Penyeleksi Selektorat Agensi partai non-terseleksi Agensi partai terseleksi Pemilih anggota partai+ syarat tambahan kandidat. Dalam model eksklusifitas, partai memberikan syarat tambahan sesuai keputusan partai. Inklusif ekslusif Terkait siapa yang menyeleksi; dapat diklasifikasikan dalam sebuah kontinum, sama seperti kontinum kandidasi berdasarkan tingkat inklusifitas dan eklusifitas. Pada titik ekstrim, penyeleksi sangatlah inklusif, yaitu pemilih yang memiliki hak memilih dalam pemilu. Dalam ekstrim yang lain, yaitu selektor sangat eklusif dimana kandidasi ditentukan oleh pimpinan partai Inklusif ekslusif Terkait dimana kandidat diseleksi, dapat diklasifikasikan dalam derajat desentralisasi. Dalam derajat desentralisasi terdapat dua kutub yaitu sentralistik dan desentralistik. Dikatakan sentralistik, jika kandidat diseleksi di tingkat nasional dan bersifat eksklusif; oleh elite nasional dan tidak merepresentasikan grassroot. Dikatakan desentralistik, jika kandidat diseleksi di tingkat lokal dan bersifat inklusif; melibatkan seluruh elemen partai dan merepresentasikan grassroot. Desentralisti k Sentralistik sub-sektor keleompok- kelompok sub-sosial masyarakat Sektor luas kelompok - kelompok sosial Nasional Nasional Regional Lokal F U N G S I O N A L Derajat Desentralisasi 779 anggota partai Penentuan Kandidat Nominasi Elit partai Agensi partai terseleksi Pemilih Pimpinan partai Terkait bagaimana kandidat ditentukan dinominasikan, Rahat dan Hazan membagi menjadi dua tipe sistem yaitu pemilihan dan penunjukan. Dalam sistem pemilihan, penominasian kandidat dilakukan oleh semua kompenen partai dengan menggunakan suara terbanyak. Kandidat yang memiliki suara terbanyak secara otomatis menjadi kandidat yang terpilih. Dengan melibatkan seluruh kompenen partai, maka kecil kemungkinan untuk merubah komposisi atau hasil proses kandidasi. Sementara itu dalam sistem penunjukan, penentuan kandidat tanpa menggunakan pemilihan. Dalam sistem penunjukan, kandidat ditunjuk tanpa membutuhkan persetujuan oleh agensi partai yang lain. Penunjukan dilakukan oleh elit dan atau pimpinan partai. Hal ini rawan akan money politics dan cenderung transaksiaonal. Pemilihan Penunjukan

D. SELEKSI KANDIDAT DI LEVEL LOKAL: MELIHAT KANDIDASI PARTAI

AMANAT NASIONAL D.I. YOGYAKARTA 931 PAN secara formal memiliki ketentuan dari Dewan Pimpinan Pusat DPP untuk mekanisme rekruitmen pejabat publik entah itu di level eksekutif maupun legislatif. Dalam kaitannya dengan rekruitmen pejabat publik di level eksekutif terutama dalam Pemilihan Kepala Daerah Pilkada, PAN memprioritaskan pada kader yang potensial untuk didorong kader menjadi penentuan bakal calon. Dalam penentuan paket bakal calon kepala daerah dipengaruhi oleh jumlah kursi yang di dapat di DPRD. Jika memungkinkan PAN berusaha untuk mengusung sendiri paket bakal calon tersebut. Jika tidak memungkinkan maka PAN akan menetapkan bakal calon kepala daerah dan mengkomunikasikannya dengan partai lain untuk penjajakan kemungkinann koalisi. Jika memang tidak ada kader yang potensial untuk dijadikan bakal calon kepala daerah, PAN membuka kesempatan kepada masyarakat untuk siapa saja yang mau menjadi bakal calon yang akan diusung oleh PAN atau membuka diri untuk kemungkinan ikut mendukung bakal calon dari partai lain. Hal itu juga tidak terlepas dari pertimbangan jumlah kursi di DPRD, kondisi politik di daerah, dan potensi kekuatan lawan politik yang akan mempengaruhi prosentase kemenangan. 931 Wegik Prasetyo, Riset Proses Seleksi Kandidat Partai Amanat Nasional D. I. Yogyakarta tahun 2015, Dokumen pribadi. TERITORIAL 780 Dalam melakukan tugasnya untuk melakukan proses kandidasi, Dewan Pimpinan Wilayah DPW; setingkat provinsi, dan Dewan Pimpinan Daerah DPD; setingkat kabupaten kota, membentuk Tim Pilkada di setiap level kepengurusan. Tim Pilkada DPW maupun Tim Pilkada DPD memiliki tugas untuk menyiapkan dan melaksanakan proses kandidasi mulai dari belum ada nama bakal calon hingga ada nama calon tersebut dipustuskan. Selain itu, tugas lain Tim Pilkada ini adalah koordinasi program sampai program pemenangan. Tim ini lalu bekerja dan melaporkan setiap hasilnya ke pimpinan partai setingkat. Lalu pimpinan partai setingkat melaporkan ke pimpinan partai di atasnya. Tim ini merupakan tim ad hoc yang bekerja langsung di bawah pimpinan partai dan terlepas dari bidang pengkaderan. Proses kandidasi di PAN, diawali dengan pengusulan nama bakal calon. Mekanisme pengusulan nama bakal calon harus dari struktur partai terbawah yaitu Dewan Pimpinan Cabang DPC; setingkat kecamatan. Tim Pilkada DPD mengundang seluruh DPC di daerahnya untuk melakukan musyawarah khusus membahas pengusulan nama bakal calon untuk Pilkada. Sebelumnya, ketika DPC- DPC mengetahui diundang musyawarah khusus terkait pengusulan nama bakal calon, DPC mengundang seluruh kader di tingkat kecamatan untuk melakukan musyawarah internal untuk menentukan nama bakal calon yang akan diusung. Tujuan DPD mengundang seluruh DPC tersebut untuk meminta masukan dan menyerap aspirasi terkait bakal calon yang akan diusung dalam Pilkada. PAN sangat mementingkan suara dan aspirasi dari bawah dalam proses kandidasi yang dilakukan. Pimpinan PAN di tingkat wilayah DPW maupun pusat DPP tidak memiliki hak veto untuk memutuskan calon yang diusung PAN. Intervensi dari atas, entah itu dari DPW maupun DPP, hanya dapat dilakukan jika ada pelanggaran yang menyimpang dari pedoman yang dimiliki PAN, terjadinya konflik, dan ada indikasi transaksional; dalam hal ini politik uang. Sebenarnya hal itu sejalan dengan arahan DPP untuk melakukan desentralisasi di tubuh PAN, sehingga DPD dan atau DPW memiliki kewenangan cukup besar dalam proses kandidasi. DPP hanya akan menerima laporan dari daerah tentang proses dan hasil kandidasi yang telah dilakukan. Jika proses dan hasil kandidasi sudah berjalan lancar, maka DPP hanya tinggal memberikan surat keputusan untuk pengusugan bakal calon tersebut. Poin penting lain selain aspirasi dari bawah dalam penentuan bakal calon dari PAN, DPC dan DPD harus mempertimbangkan aspirasi dari Muhammadiyah. Hal ini sesuai intruksi tidak tertulis Amien Rais selaku Majelis Pimpinan Pusat MPP PAN. Konteks PAN DY yang lahir dari rahim Muhammadiyah, dalam penentuan bakal calon pun harus mempertimbangkan sisi ke-muhammadiyah-an nya; walaupun secara normatif hal tersebut tidak diatur dalam pedoman partai. Hal ini mungkin yang menjadi satu-satunya bentuk intervensi dari atas dalam penentuan bakal calon. Nama-nama bakal calon yang diusung oleh setiap DPC tersebut kemudian dibawa ke DPD untuk dilakukan musyawarah khusus terkait penentuan bakal calon. Jika dalam dinamikanya, proses kandidasi dapat mengeluarkan satu nama bakal calon, maka nama bakal calon tersebut tinggal diberikan kepada Tim Pilkada