Alternatif Model Rekruitmen Calon Anggota DPRD Oleh Partai
714 keterwakilan perempuan.
870
Fungsi rekruitmen politik merupakan seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
871
Memperhatikan pendapat tersebut di atas, maka partai politik dituntut untuk dapat melakukan seleksi para kader atau tokoh
masyarakat yang akan dijadikan bakal calon pejabat politik, baik sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif maupun sebagai anggota badan-badan
perwakilan baik di pusat maupun di daerah, sehingga jika kelak bakal calon
tersebut terpilih,
maka akan
dapat menjamin
mengimplementasikan perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam kontek ini, maka keterpilihan bakal calon yang
diajukan oleh partai politik dapat memberikan garansi tercapainya kehidupan berbangsa dan bernegara.
Problematik yang sering dialami oleh partai politik dalam melakukan fungsi sebagai sarana rekruitmen politik dan hal tersebut
sangat mudah dibaca dan dirasakan oleh sebagian besar masyarakat adalah derasnya pertarungan kepentingan baik di internal maupun di
eksternal partai politik, kondisi tersebut yang dalam tataran tertentu dapat menumbuh-suburkan politik pragmatis dengan meninggalkan
idialisme obyektif dari partai politik yang direpresentasikan pada diri pengurus dan anggota partai politik tersebut.
Proses dan mekanisme rekruitmen politik yang dilakukan oleh partai politik dapat menunjukkan lokus dari kekuasaan partai politik
yang sesungguhnya. Apakah partai politik tersebut bersifat oligarkis atau bersifat menyebar. Selain itu, Rekruitmen politik dapat
menunjukkan bagaimana sirkulasi elit terjadi. Pasca rekruitmen politik, maka mekanisme dan proses rekruitmen politik menjadi penentu wajah
partai di ruang publik. Siapa mereka, darimana asalnya, apa ideologinya, bagaimana pengalaman politiknya, dan bagaimana
kapasitas politiknya akan menjadi petunjuk awal wajah politik partai politik di ruang publik, dan rekruitmen politik berada pada posisi
sentral dalam mendefinisikan tipe kepartaian.
872
Dengan mengetahui proses dan mekanisme partai politik dalam melakukan rekruitmen
bakal calon anggota badan perwakilan dalam hal ini DPRD akan dapat diketahui problematik yang menggabarkan banyaknya anggota DPRD
yang
terpilih terlibattersangkut
persoalan-persaoalan hukum
sebagaimana telah dikemukakan pada bagian latar belakang tulisan ini. Secara teoritik terdapat 4 empat tipologi rekruitmen, pertama
yaitu tipe Partisan. Tipe Partisan adalah pendukung yang kuat,
870
Lihat ketentuan Pasal 29 UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dan Pasal 52 dan Pasal 53 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPR dan DPRD.
871
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik , Gramedia, Jakarta, 2010 hlm 150-151.
872
Cross dan Bottomore Dalam Sigit Pamungkas, Partai Politik: Teori dan Praktek di Indonesia,
Institute Democracy and Welfarism, Edisi Revisi.Yogyakarta, 2012 hlm. 90.
715 loyalitas tinggi terhadap partai sehingga bisa direkrut untuk menduduki
jabatan strategis. Yang kedua adalah Compartmentalization, merupakan proses rekruitmen yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan
pengalaman organisasi atau kegiatan sosial politik seseorang, misalnya aktivis LSM. Ketiga adalah tipe Immediate survival , yaitu proses
rekruitmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-orang yang akan direkrut. Dan yang
keempat adalah tipe Civil service reform , merupakan proses rekruitmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa
mendapatkan kedudukan lebih penting atau lebih tinggi.
873
Untuk melihat tipe rekruitmen politik yang dianut atau dilaksanakan oleh sebuah partai politik dalam menyeleksi bakal calon
anggota badan legislatif dapat diketahui dari indikator sebagai berikut, pertama, yaitu syarat dan penunjang yang ditentukan untuk menjadi
calon legislatif. Kedua yaitu komposisi kader dan non-kader yang menjadi calong legislatif. Ketiga yaitu siapa yang terlibat dan
mempunyai legimitasi yang kuat dalam penentuan calon legislatif. Keempat yaitu tentang penentuan nomor urut calon legislatif yang
dilakukan.
Sementara berkaitan dengan prosedur rekruitmen politik terbagi dalam dua bentuk pelaksanaan, yaitu:
874
a. Prosedur tertutup Closed Recruitment Process adalah sistem rekruitmen partai yang ditentukan oleh elit partai, mengenai siapa
saja yang dicalonkan sebagai anggota legislatif maupun pejabat eksekutif
b. Prosedur terbuka Open Recruitment Process adalah proses dimana nama- nama calon yang diajukan, diumumkan secara
terbuka dalam bentuk kompetisi yang murni dan transparan. Selanjutnya berkaitan dengan sifat proses rekruitmen politik
yaitu:
875
a. Top-down artinya proses rekruitmen politik yang berasal dari atas atau orang- orang yang sedang menjabat. Contoh dari sifat ini
adalah penunjukkan pribadi dan seleksi pengangkatan. b. Bottom-up artinya proses rekruitmen politik berasal dari
masyarakat bawah seperti proses mendaftarkan diri dari individu-individu untuk menduduki jabatan. Contoh sifat ini
adalah individu-individu melamar pada partai politik untuk maju sebagai kandidat anggota legislatif maupun calon kepala daerah.
c. Bersifat campuran artinya proses seleksi yang memadukan antara model top-down dan bottom-up. Contoh sifat ini adalah pada
proses pemilu baik pemilu legislatif maupun eksekutif.
873
Barbara Geddes,
Politician’s Dilemma, University of California, 1994 hlm 19
874
Gabriel Almond, dan Baingham Powel, A Word View Fourth Editions London,1988 hlm. 108
875
Sahid Gatara, Sosiologi Politik:Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian Bandung,
Pustaka Setia, 2007 hlm. 17
716 Secara umum persyaratan untuk menjadi bakal calon anggota
badan legislatif, baik DPRDPD maupun DPRD telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, hal tersebut sebagaimana diatur dalam
Pasal 51 ayat 1 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang menentukan bahwa :
Bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota adalah Warga Negara Indonesia dan harus
memenuhi persyaratan: a. telah berumur 21 dua puluh satu tahun atau lebih;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasaIndonesia; e. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas,
madrasah aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau pendidikan lain yang sederajat;
f. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita
Proklamasi 17 Agustus 1945; g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
lima tahun atau lebih;
h. sehat jasmani dan rohani; i. terdaftar sebagai pemilih;
j. bersedia bekerja penuh waktu; k. mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah,
pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan
pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara danatau badan usaha milik daerah atau badan lain yang anggarannya
bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali;
l. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokatpengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah PPAT,
atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan
negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkankonflik kepentingan dengan tugas,
wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
m. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabatnegara lainnya, direksi, komisaris, dewan pengawas
dan karyawan pada badan usaha milik negara danatau badan usaha milik daerah serta badan lain
yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;
717 n. menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu;
o. dicalonkan hanya di 1 satu lembaga perwakilan; dan p. dicalonkan hanya di 1 satu daerah pemilihan.
Persyaratan-persyaratan tersebut merupakan syarat yang ditentukan oleh negara, di luar persyaratan tersebut partai politik
dapat menentukan syarat lainnya sepanjang tentunya diatur dalam ADART atau dalam bentuk keputusan resmi partai politik yang
bersangkutan. Misalnya Partai Gerindra dalam mengajukan bakal calon anggota DPRDPRD menentukan tambahan syarat berkisar kepada
nilai penunjang seperti tingkat pendidikan, tingkat loyalistas seorang pendaftar, dan bagaimana dia dimata masyarakat. Sementara Partai
Golongan Karya Golkar dalam melakukan rekruitmen bakal calon anggota DPRDPRD berdasarkan Keputusan DPP Nomor: KEP-
227DPPGOLKARI2013 bahwa tata cara seleksi ini dimulai dari tim seleksi menyampaikan formulir kesediaan untuk dicalonkan sebagai
Calon Anggota DPRD Propinsi kepada seluruh anggota kader fungsionaris yang telah mengikuti orientasi fungsionaris baik yang
diselenggarakan oleh DPP Partai Golkar atau DPD Partai Golkar Propinsi periode 2009-2015, ada tambahan persyaratan prestasi,
dedikasi, loyalitas dan tidak tercela PDLT.
Sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP dalam hal berkaitan dengan persyaratan, di samping persyaratan yang
secara formal diamanatkan dalam UU, juga lebih menyoroti nilai-nilai tambahan seperti sudah berapa lama seorang pendaftar yang mengabdi
kepada partai dan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan di partai dan keaktifan di masyarakat dalam berorganisasi. Persyaratan seperti itulah
yang lebih dikaji oleh tim seleksi PDIP. Itulah mengapa rekruitmen PDIP lebih condong kepada tipe Partisan, karena dengan persyaratan
seperti itu, otomatis nilai yang tertinggi adalah pendaftar yang sudah lama menjadi bagian dari partai. Sebaliknya, walaupun PDIP melakukan
rekruitmen secara terbuka, orang luar yang mendaftar dari luar secara otomatis akan kalah bersaing dengan kader-kader internal yang
mendaftar. Dengan perkataan lain, dalam rekruitmen bakan calon anggota DPRD, PDIP persyaratan tingkat loyalitas kader lebih
diutamakan, setelah itu baru mempertimbangkan nilai-nilai tambahan lainnya, seperti tingkat pendidikan dan riwayat perjuangan dan
kontribusinya bagi partai sebagai penunjang untuk lolos seleksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam praktek selama ini yang terjadi tipe partisan menjadi tipe yang banyak dipilih oleh partai politik
dalam melakukan rekruitmen untuk menduduki jabatan strategis, bahkan untuk menjadi bakal calon anggota DPRDPRD harus dibuktikan
dengan keanggotaan yang bersangkutan dalam partai politik.
Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terkait dengan mekanisme rekruitmen secara internal yang
dilakukan oleh partai politik, dalam hal ini Partai Gerinda, Partai Golkar dan PDIP dalam tataran tertentu dapat dikatakan sudah ada upaya
718 partai politik untuk menghasilkan calon anggota DPRDPRD hal
tersebut dapat dilihat dengan banyaknya syarat tambahan yang dikeluarkan oleh partai politik kepada para bakal calon anggota
DPRDPRD yang lebih menekankan pada aspek moral, integritas, kapasitas dan loyalitas bakal calon untuk dapat mendaftar sebagai
bakal calon anggota badan perwakilan melalui partai politik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang menjadi persoalan apakah dengan dipenuhinya persyaratan-persyaratan tersebut, baik
persyaratan yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan, maupun persyaratan yang ditentukan secara internal oleh partai politik
sudah dapat menjamin jika para bakal calon anggota DPRD kelak jika terpilih
akan mampu
menjadi unsuraktor
utama lahirnya
pemerintahan yang bersih ? Karena fakta menunjukan bahwa begitu banyak anggota badan legislatif baik DPR maupun DPRD di berbagai
daerah yang tersangkut kasus korupsi.
Persoalan yan g sering dijadikan kambing hitam yang
menyebabkan banyaknya para legislator tersandung masalah korupsi, antara lain disebabkan biaya yang dikeluarkan seorang bakal calon
anggota DPRDPRD untuk benar-benar menjadi anggota badan legislatif begitu besar atau dengan kata lain biaya politiknya tinggi high cost
politic, yang disebabkan karena perubahan sistem pemilu dalam menentukan keterpilihan bakal calon anggota yang menentukan bahwa
calon anggota DPRDPRD ditetapkan sebagai calon terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak. Hal tersebut sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 215 huruf a UU No. 8 Tahun 2012 yang menentukan bahwa : Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupatenkota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara terbanyak.
Penentuan calon anggota DPRDPRD dengan mendasarkan suara terbanyak telah mendorong para calon anggota untuk berjuang
mati-matian agar dapat memperoleh suara terbanyak pada daerah pemilihan masing-masing. Ketentuan tersebut juga mengakibatkan
adanya persaingan dan rivalitas bakal calon dengan bakal calon dari dalam partai politik yang sama, juga persaingan dengan bakal calon
yang berasal dari partai politik yang berbeda dalam memperebutkan pengaruh di tataran konstituen dan masyarakat pemilih.
Kondisi demikian telah mengakibatkan terjadinya politik transaksional antara para calon dengan para pemilih, para calaon
anggota DPRDPRD akan menggunakan berbagai cara untuk memperoleh suara terbanyak di daerah pemilihannya, karena hanya
dengan mempero
leh suara terbanyak maka dia akan melenggang menjadi anggota badan legislatif, di pihak lain para pemilih sering
berpendirian bahwa pemilu adalah pesta demokrasi maka pemilu dianggap sebagai sarana untuk memperoleh imbalan sebagai akibat
dia memberikan suaranya kepada calon, inilah yang kemudian dikenal
719 dengan istilah jual beli suara atau yang sering dinamakah sebagai
politik uang atau money politic. Memperhatikan hal tersebut, maka seolah-olah menjadi sebuah
keniscayaan bagi anggota DPRDPRD terpilih untuk sejak pelantikan sudah mulai berfikir bagaimana mengambalikan modal yang telah
dikeluarkan dalam proses pemilu. Kondisi tersebut akan mempersulit terwujudnya pemerintahan yang bersih di masa yang akan datang, oleh
karena itu untuk menjamin terpilihnya anggota DPDDPRD yang mampu menjadi pionir terwujudnya pemerintahan yang bersih antara
lain, pertama, dipenuhinya persyaratan normatif sebagaimana telah diamanatkan dalam Pasal 51 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kedua juga harus dilakukan
rekruitmen bakal calon anggota yang dilakukan dengan cara partai politik aktif turun ke masyarakat untuk menjaring tokoh-tokoh
masyarakat yang benar-benar bukan hanya memiliki kapasitas tetapi juga integritas yang bagus, untuk dapat dicalonkan menjadi bakal calon
anggota DPRDPRD. Ketiga, partai politik harus memberikan kesempatan bagi tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh dan
integritas, kapasitas serta papabilitas untuk diusulkan menjadi bakal calon dengan tidak harus terlebih dahulu menjadi anggota dari partai
politik yang bersangkutan, oleh karena itu untuk keperluan pencalonan, partai politik tidak hanya bersifat menunggu para pelamar melainkan
harus hunting untuk menemukan figur-figur yang baik. Keempat, hal lain yang belum pernah atau paling tidak belum pernah mendengar
telah dilakukan oleh partai politik dalam rekruitmen bakal calon anggota DPRDPRD adalah melalui prosesmekanisme bertanya
terlebih dahulu kepada rakyat dengan cara melakukan survey atau pengamatan mengenai figur dan hal-hal yang berkaitan dengan bakal
calon anggota DPRDPRD, mekanisme ini sebenarnya sudah biasa dilakukan oleh partai politik ketika akan mencalonkan seseorang
menjadi bakal calon Kepala Daerah.