Kesimpulan dan Rekomendasi Penutup

1238 mengingat hanya Partai Hati Nurani Rakyat dan Partai Amanat Nasional, di tahun 2014 yang pengelolaan bantuan keuangan untuk pendidikan politiknya sesuai dengan ketentuan yang ada. Catatan pertama adalah masih banyaknya pengeluaran yang tidak dilampiri dengan bukti yang lengkap. Penilaian ini banyak disematkan oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur terhadap pendidikan politik, yang dilakukan oleh partai politik di Kota Surabaya, baik di tahun 2014 ataupun di tahun 2015. Walaupun demikian, jika dilihat kembali dari laporan hasil pemeriksaan yang disusun oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh partai politik untuk mencegah agar institusi ini tidak lagi menyematkan status bukti pengeluaran tidak lengkap’, seperti : i. Jikalaupun partai memberikan dana pembinaan, maka sebaiknya hal ini dilaporkan dengan disertai bukti kegiatan yang memadai. Penilaian terhadap ketidaan bukti kegiatan yang memadai ini diberikan oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur terhadap kegiatan pendidikan politik, yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di tahun 2014 dengan memberikan dana pembinaan. ii. Pengeluaran untuk konsumsi tidak hanya bisa dilakukan dengan melampirkan kuitansi, tetapi juga perlu untuk dilengkapi dengan undangan dan daftar hadir peserta. Pelajaran atas hal ini dapat dilihat dari penilaian BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur terhadap kegiatan Sarasehan dan Dialog Interaktif yang dilaksanakan oleh Partai Kebangkitan Bangsa, ataupun Dialog Interaktif yang diselenggarakan oleh Partai Nasional Demokrat di tahun 2014 iii. Menggunakan materai, khususnya untuk pengeluaran yang nilainya di atas 1 Satu Juta Rupiah. Keberadaan materai ternyata menjadi satu bagian penilaian bagi BPK, khususnya perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagaimana dilakukannya ketika menilai pendidikan politik yang dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya di tahun 2014. iv. Kuitansi internal tidak cukup. Catatan ini cukup banyak dialami oleh partai politik di Kota Surabaya. Pertanggung jawaban pembelian snack pada kegiatan workshop di tahun 2014 oleh Partai Keadilan Sejahtera, ataupun Partai Kebangkitan Nasional Ulama dinilai tidak diberikan bukti pertanggung jawaban yang cukup karena hanye berupa kuitansi internal v. Tanggal pada kuitansi, atau bukti pembayaran. Pada tahun 2014, Partai Golkar menyelenggarakan pendidikan politik yang mengeluarkan biaya untuk fotokopi dan pembayaran transport. Oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur, hal ini dinilai tidak cukup lengkap karena kuitansi tidak tercantum tanggal dan hanya berupa daftar hadir Selain catatan di atas, ada juga bentuk kegiatan yang dianggap tidak sesuai peruntukannya seperti : i. Buka puasa tampaknya diidentifikasi oleh BPK, khususnya perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai bagian dari pendidikan politik yang dapat dibiayai oleh bantuan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian institusi ini terhadap kegiatan buka puasa yang diselenggarakan oleh Partai Golkar, ataupun Partai Persatuan Pembangunan di tahun 2014 ii. Pembinaan persiapan pemilukada. Kegiatan yang oleh Partai Gerakan Indonesia merupakan bagian dari kegiatan sarasehan di tahun 2015 ini 1239 dinilai oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya iii. Persiapan HUT Partai. Sebagaimana pembinaan persiapan pemilukada, kegiatan ini juga dijadikan Partai Gerakan Indonesia Raya sebagai bagian dari kegiatan Sarasehan di tahun 215, dan dinilai oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya iv. Tasyakuran atas penganugerahan pahlawan nasional dan Hari Santri Nasional. Kegiatan ini dilakukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa, sebagai bagian dari pendidikan politik di tahun 2015, dan dinilai oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya Terakhir adalah pengeluaran yang dinilai oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur tidak sesuai peruntukan yaitu : i. Sewa Panggung. Oleh BPK perwakilan Provinsi awa Timur pengeluaran ini dinilai tidak sesuai peruntukannya karena dinilai tidak berhubungan dengan kegiatan ii. Pemberian tunai ke masing – masing kecamatan. Walaupun di tahun 2014, BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur mengidentifikasi aktivitas ini sebagai pengeluaran yang tidak dilengkapi dengan bukti yang lengkap akan tetapi di tahun 2015, institusi ini menilai pengeluaran ini sebagai bentuk pengeluaran yang tidak sesuai peruntukkannya. Hal ini setidak – tidaknya dapat dilihat dari laporan hasil pemeriksaan atas pertanggung jawaban penerimaan dan pengeluaran dana bantuan keuangan partai politik yang bersumber dari APBD tahun anggaran 2015 pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ataupun Partai Gerakan Indonesia Raya iii. Dana recrutmen saksi, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Partai Amanat Nasional di tahun 2015 iv. Pembelian bunga papan, banner dan spanduk untuk ucapan selamat kepada Ketua Terpilih, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Partai Hati Nurani Rakyat di tahun 2015 Catatan terhadap pemeriksaan BPK atas pengelolaan bantuan keuangan untuk pendidikan politik oleh partai politik di Kota Surabaya Sebagaimana diketahui, peraturan perundang – undangan mensyaratkan bahwa setidak – tidaknya 60 dari bantuan keuangan ini digunakan untuk pendidikan politik. Hanya saja, jika kita coba kalkulasikan pengeluaran yang tampak di dalam laporan hasil pemeriksaan yang disusun oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur maka kita akan melihat bahwa di tahun 2014, setidak – tidaknya masih ada 2 Dua partai politik yang pengelolaan bantuan keuangan untuk pendidikan politiknya di bawah 60 yaitu Partai Kebangkitan Bangsa, sebesar 58,22 dari bantuan keuangan yang diterima dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama., sebesar 41 dari bantuan keuangan yang diterimanya. Realitas ini tampaknya tidak menjadi bagian dari pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur Catatan selanjutnya, terhadap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, khususnya perwakilan Provinsi Jawa Timur adalah konsistensi penilaian terhadap laporan 1240 yang diajukan oleh partai politik. Realitas ini dapat dilihat dari penilaian institusi ini terhadap pemberian dana kepada struktur di bawah partai, yang menerima bantuan keuangan ini. Jika di tahun 2014, BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur mem berikan penilaian bukti yang tidak lengkap’ terhadap kegiatan ini, sebagaimana yang dialami oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di tahun akan tetapi penilaian tidak sesuai peruntukan’ disematkan oleh institusi ini terhadap partai yang melakukan hal ini di tahun 2015, sebagaimana diterima oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerakan Indonesia Raya. Selain konsistensi terhadap penilaian, tampaknya BPK juga perlu menetapkan standar penulisan keterangan di dalam laporan hasil pemeriksaan yang disusunnya. Walaupun kebanyakan BPK, melalui laporan hasil pemeriksaannya hanya menuliskan ketidak lengkapan bukti pembiayaan atas kegiatan, namun di tahun 2014 untuk kegiatan pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik institusi ini masih menuliskan keterangan sebab ketidak lengkapan bukti – bukti, seperti tidak adanya materai untuk pengeluaran di atas 1 Satu juta, atau tidak adanya undangan dan daftar hadir, atau sekedar tidak adanya tanggal pada kuitansi. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi pengeluaran – pengeluaran apa saja yang diperbolehkan untuk suatu kegiatan, ataupun bukti – bukti apa saja yang harus dipenuhi oleh partai politik penerima bantuan keuangan agar dapat dinilai lengkap oleh BPK. Dengan adanya keterangan yang cukup detail dari BPK, diharapkan partai politik mampu lebih baik menyusun pertanggung jawaban penggunaan bantuan keuangannya. 1241 Daftar Pustaka 1. Bezen, Ingrid van, 2003, Financing Political Parties and Election Guidelines, Germany, Council of Europe 2. Choudhry, Sujit dkk, 2014, Political Party Finance Regulation : Constitutional Reform After the Arab Spring, New York, IDEA 3. Ohman, Magnus, 2011, Global Trends in the Reulation of Political Finance, Sao Paulo 4. Walecki, Dr. Marcin, 2009, Public Funding in Established and Transitional Democracies sebagaimana diambil dari Public Funding Solutions for Political Parties in Muslim-Majority Societies, Washington, IFES 5. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Demokrat Kota Surabaya nomor 59.ALHPXVIII.SBY42015 6. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan nomor 59.BLHPXVIII.SBY42015 7. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Kebangkitan Bangsa nomor 59.CLHPXVIII.SBY42015 8. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Gerakan Indonesia Raya nomor 59.DLHPXVIII.SBY42015 9. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Keadilan Sejahtera nomor 59.ELHPXVIII.SBY42015 10. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Amanat Nasional nomor 59.FLHPXVIII.SBY42015 11. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Golongan Karya nomor 59.GLHPXVIII.SBY42015 12. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Persatuan Pembangunan nomor 59.HLHPXVIII.SBY42015 13. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Hati Nrani Rakyat nomor 59.ILHPXVIII.SBY42015 14. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD 1242 Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Nasional Demokrat nomor 59.JLHPXVIII.SBY42015 15. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Kebangkitan Nasional Ulama nomor 59.KLHPXVIII.SBY42015 16. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 17. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Gerakan Indonesia Raya Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 18. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Demokrat Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 19. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 20. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPD Partai Amanat Nasional Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 21. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 22. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Hati Nurani Rakyat Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 23. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2015 pada DPD Partai Nasional Demokrat Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016 1243 MENGGAGAS KEUANGAN PARTAI POLITIK DAN TATA KELELONYA MENEGAKKAN PRINSIP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS Oleh: Epri Wahyudi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI Lembaga Bantuan Hukum LBH Yogyakarta Departemen Advokasi, Divisi Sipil dan Politik SIPOL Jl. Ngeksigondo No. 5A Kotagede Yogyakarta Telp Fax: 0274 4436859 376316 No. Hp: 0878 3888 5835 Email: epri_wahyudiyahoo.com Abstrak Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sumber keuangan partai politik ada tiga, yaitu: iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan keuangan dari APBN APBD. Namun yang menjadi permasalahan saat ini ialah pertama dimana partai politik tidak mampu untuk melakukan penghimpunan dana dari iuran anggota, kedua tidak terkontrolnya sumbangan dari pihak ketiga baik individu maupun kelompok swasta tertentu, dan ketiga dana subsidi negara melalui APBN APBD yang belum memadai. Tidak mampunya partai politik dalam mengumpulkan iuran anggotanya ialah karena belum adanya peraturan teknis partai politik dalam mengumpulkan iuran anggota, serta memudarnya hubungan ideologi antara partai politik dengan anggotanya. Kemudian sumbangan dari pihak ketiga yang tidak terkontrol dengan baik adalah karena disinyalir adanya kepentingan yang terselubung dari dana sumbangan tersebut baik kepentingan kebijakan publik yang tidak pro rakyat maupun kebijakan internal partai yang mengakibatkan kepemimpinan yang bersifat oligarki. Selanjutnya subsidi finansial dari negara yang besarannya belum memadai adalah karena negara masih belum mampu mengoptimalkan subsidi finansial tersebut, padahal subsidi finansial dari negara sebenarnya adalah amanat konstitusi yang tersirat dari ketentuan pasal 6A ayat 2 dan 22E 3 UUD 1945. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan keuangan partai politik tersebut diantaranya ialah: Pertama partai politik membuat peraturan teknis dalam menghimpun iuran anggota, serta menguatkan kembali hubungan ideologi antara partai politik dengan setiap anggotanya. Kedua, melakukan pembatasan dan pengawasan terhadap sumbangan dari pihak ketiga. Ketiga negara harus mengoptimalkan dana subsidi kepada partai politik. Dengan adanya iuran anggota, pembatasan dana sumbangan pihak ketiga, dan optimalnya subsidi dari negara, maka diharapkan partai politik dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kemudian persoalan keuangan tersebut tentunya harus diimbangai dengan tata kelola keuangan yang sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas, hal ini guna mewujudkan demokrasi substansial. Dimana semua anggota partai politik, masyarakat, dan negara mampu mengetahui keadaan keuangan setiap partai politik sehingga mampu mencegah terjadinya penyusupan kepentingan-kepentingan dari kelompok tertentu. Kata kunci: Keuangan Parpol, Tata Kelola Keuangan Parpol, Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas. 1244 MENGGAGAS KEUANGAN PARTAI POLITIK DAN TATA KELELONYA MENEGAKKAN PRINSIP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS Oleh: Epri Wahyudi Kata Kunci: Keuangan Parpol, Tata Kelola Keuangan Parpol, Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas

1. PENDAHULUAN

Sebagai organisasi yang beroperasi dalam tataran kepentingan publik Public Interest dan berada dalam negara yang menganut sistem demokrasi, partai politik memegang peranan penting di dalamnya, karena partai politik memiliki tugas untuk mendorong majunya demokrasi di negara tersebut. Secara umum partai politik memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sarana komunikasi politik Political Communication, sosialisasi politik political socialization, sarana rekruitmen politik political recruitment, dan pengatur konflik conflict management. 52 Kemudian dalam kerangka hukum di Indonesia memberikan tugas kepada partai politik sebagai: Pertama, sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kedua, sarana penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat. Ketiga sarana penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara. Keempat, sebagai sarana partisipasi politik warga negara Indonesia, Kelima, sebagai sarana rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. 53 Melihat peran dan fungsi partai politik tersebut tentu saja partai politik akan sangat membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai segala bentuk operasionalnya, oleh karena itu maka permasalahan pendanaan partai politik merupakan salah satu hal utama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh partai politik. Oleh karena itu tentu saja partai politik membutuhkan sumber pendanaan yang cukup sehingga bisa melaksanakan semua peran dan fungsinya dengan baik. Kemuadian jika berbicara masalah sumber keuangan partai politik menurut peraturan yang ada, sumber keuangan partai politik berasal dari tiga sumber, yaitu iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan keuangan dari APBN APBD. 54 Namun dari tiga sumber keuangan partai politik tersebut masih banyak kendala-kendala yang terdapat di dalamnya, diantaranya iuran anggota yang tidak berjalan dengan efektif, bantuan dari dana APBN APBD yang belum mencukupi, dan dana sumbangan dari pihak swasta atau perorangan yang tidak terkontrol. Dalam hal tidak terkontrolnya dana sumbangan dari pihak swasta atau perorangan tersebut tentu saja akan sangat mempengaruhi gerak jalan partai politik kedepannya, terutama dalam mendorong kebijakan publik yang tidak lagi memperhatikan 52 Miriam Budiardjo, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 2000, hlm. 163-164. 53 Lihat Pasal 11 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 54 Lihat pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 1245 kepentingan masyarakat secara luas, namun hanya memperhatikan dan mengakomodir kepentingan individu atau kelompok swasta tertentu, karena telah memberikan sumbangan terhadap partai politik tersebut. Sehingga dalam perjalanannya partai politik sudah tidak sesuai lagi dengan ideologi pembentukan partai politik dalam perwujudan demokratisasi, melainkan hanya menjadi alat yang bisa dimainkan oleh perorangan atau kelompok swasta tertentu. International IDEA mengidentifikasi beberapa persoalan pendanaan partai politik antara lain: pertama ketidakadilan akses pendanaan, dimana perbedaan kekuatan partai politik menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan akses terhadap sumber dana baik dari negara maupun dari donator swasta, kedua penyalahgunaan sumber daya negara melalui berbagai praktek korupsi, ketiga ketergantungan kepada donatur dari kalangan pengusaha yang tentunya memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang dominan, keempat merebaknya praktek kampanye yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk partai politik sebagai salah satu bentuk pensiasatan terhadap ketatnya regulasi kampanye, dan kelima tarik-menarik antara prinsip kebebasan berkampanye dan keadilan dalam Pemilu . 55 Oleh karena itu maka sudah semestinya hal tersebut harus menjadi perhatian bersama bagaimana keuangan partai politik dan tata kelolanya dapat menuju arah yang jauh lebih baik. Jawaban dari permasalahan ini semua tak lain hanya untuk mengembalikan marwah partai politik sebagai organisasi yang mengagregasi kepentingan masyarakat melalui kebijakan publiknya, dan tentu saja untuk memperkuat kontribusi partai politik dalam upaya demokratisasi, baik dalam internal partai maupun terhadap masyarakat luas akan jauh lebih mudah, sehingga mampu menciptakan tatanan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang madani.

1. PARTAI POLITIK DALAM SISTEM KETATANEGARAAN

Dalam sistem ketatanegaraan yang mengusung demokrasi, Indonesia memiliki catatan sejarah tersendiri dalam setiap masanya, pada masa orde lama Indonesia menerapkan sistem demokrasi terpimpin, pada masa orde baru Indoensia menerapkan sistem demokrasi Pancasila, sedang di era reformasi ini Indonesia mencoba untuk menuju sistem demokrasi perubahan, demokrasi yang lebih pada substansinya, dimana kedaulatan rakyatlah yang dijunjung tinggi, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 amandemen bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang- Undang Dasar . Salah satu wujud kedaulatan rakyat ialah dengan adanya penyelenggaraan pemilihan umum baik dalam pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD, maupun Presiden dan Wakil Presiden yang semuanya dilaksanakan menurut ketentuan dalam Undang- Undang sebagai salah satu bentuk perwujudan negara hukum sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang artinya bahwa segala sesuatu harus berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku. 56 Sebagaimana sistem politik menurut pendapat Prof. Jimly 55 Lebih lanjut dapat dibaca di: http:www.idea.intpublicationsfunding-of-political- parties-and-election-campaignsuploadfoppec_p8.pdf diakses pada 14 Juli 2016 56 Hal ini juga merupakan sebuah makna asas legalitas negara. Asas legalitas, yaitu asas bahwa semua tindakan negara harus didasarkan atas dan dibatasi oleh peraturan, yaitu Rule of Law. Badan-badan pemerintah tidak dapat melakukan tindakan yang bertentangan dengan inti UUD atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lain. Menurut pasal 1 ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum Rechtsstaat, tidak berdasarkan kekuasaan belaka Machtsstaat. Ini mengandung arti bahwa negara, dimana