Kesimpulan dan Rekomendasi Penutup
1238
mengingat hanya Partai Hati Nurani Rakyat dan Partai Amanat Nasional, di tahun 2014 yang pengelolaan bantuan keuangan untuk pendidikan politiknya sesuai
dengan ketentuan yang ada. Catatan pertama adalah masih banyaknya pengeluaran yang tidak dilampiri
dengan bukti yang lengkap. Penilaian ini banyak disematkan oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur terhadap pendidikan politik, yang dilakukan
oleh partai politik di Kota Surabaya, baik di tahun 2014 ataupun di tahun 2015. Walaupun demikian, jika dilihat kembali dari laporan hasil pemeriksaan yang
disusun oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh partai politik untuk mencegah agar institusi ini tidak lagi
menyematkan status bukti pengeluaran tidak lengkap’, seperti :
i. Jikalaupun partai memberikan dana pembinaan, maka sebaiknya hal ini dilaporkan dengan disertai bukti kegiatan yang memadai. Penilaian
terhadap ketidaan bukti kegiatan yang memadai ini diberikan oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur terhadap kegiatan pendidikan politik,
yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di tahun 2014 dengan memberikan dana pembinaan.
ii. Pengeluaran untuk konsumsi tidak hanya bisa dilakukan dengan melampirkan kuitansi, tetapi juga perlu untuk dilengkapi dengan undangan dan daftar
hadir peserta. Pelajaran atas hal ini dapat dilihat dari penilaian BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur terhadap kegiatan Sarasehan dan Dialog
Interaktif yang dilaksanakan oleh Partai Kebangkitan Bangsa, ataupun Dialog Interaktif yang diselenggarakan oleh Partai Nasional Demokrat di
tahun 2014
iii. Menggunakan materai, khususnya untuk pengeluaran yang nilainya di
atas 1 Satu Juta Rupiah. Keberadaan materai ternyata menjadi satu bagian penilaian bagi BPK, khususnya perwakilan Provinsi Jawa Timur
sebagaimana dilakukannya ketika menilai pendidikan politik yang dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya di tahun 2014.
iv. Kuitansi internal tidak cukup. Catatan ini cukup banyak dialami oleh
partai politik di Kota Surabaya. Pertanggung jawaban pembelian snack pada kegiatan workshop di tahun 2014 oleh Partai Keadilan Sejahtera,
ataupun Partai Kebangkitan Nasional Ulama dinilai tidak diberikan bukti pertanggung jawaban yang cukup karena hanye berupa kuitansi internal
v. Tanggal pada kuitansi, atau bukti pembayaran. Pada tahun 2014, Partai Golkar menyelenggarakan pendidikan politik yang mengeluarkan biaya untuk
fotokopi dan pembayaran transport. Oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur, hal ini dinilai tidak cukup lengkap karena kuitansi tidak
tercantum tanggal dan hanya berupa daftar hadir Selain catatan di atas, ada juga bentuk kegiatan yang dianggap tidak sesuai
peruntukannya seperti :
i. Buka puasa tampaknya diidentifikasi oleh BPK, khususnya perwakilan
Provinsi Jawa Timur sebagai bagian dari pendidikan politik yang dapat dibiayai oleh bantuan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian
institusi ini terhadap kegiatan buka puasa yang diselenggarakan oleh Partai Golkar, ataupun Partai Persatuan Pembangunan di tahun 2014
ii. Pembinaan persiapan pemilukada. Kegiatan yang oleh Partai Gerakan
Indonesia merupakan bagian dari kegiatan sarasehan di tahun 2015 ini
1239
dinilai oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya
iii. Persiapan HUT Partai. Sebagaimana pembinaan persiapan pemilukada,
kegiatan ini juga dijadikan Partai Gerakan Indonesia Raya sebagai bagian dari kegiatan Sarasehan di tahun 215, dan dinilai oleh BPK
perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya
iv. Tasyakuran atas penganugerahan pahlawan nasional dan Hari Santri
Nasional. Kegiatan ini dilakukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa, sebagai bagian dari pendidikan politik di tahun 2015, dan dinilai oleh
BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya
Terakhir adalah pengeluaran yang dinilai oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur tidak sesuai peruntukan yaitu :
i. Sewa Panggung. Oleh BPK perwakilan Provinsi awa Timur pengeluaran
ini dinilai tidak sesuai peruntukannya karena dinilai tidak berhubungan dengan kegiatan
ii. Pemberian tunai ke masing
– masing kecamatan. Walaupun di tahun 2014, BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur mengidentifikasi aktivitas
ini sebagai pengeluaran yang tidak dilengkapi dengan bukti yang lengkap akan tetapi di tahun 2015, institusi ini menilai pengeluaran ini
sebagai bentuk pengeluaran yang tidak sesuai peruntukkannya. Hal ini setidak
– tidaknya dapat dilihat dari laporan hasil pemeriksaan atas pertanggung jawaban penerimaan dan pengeluaran dana bantuan
keuangan partai politik yang bersumber dari APBD tahun anggaran 2015 pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ataupun Partai
Gerakan Indonesia Raya
iii. Dana recrutmen saksi, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Partai
Amanat Nasional di tahun 2015 iv.
Pembelian bunga papan, banner dan spanduk untuk ucapan selamat kepada Ketua Terpilih, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Partai
Hati Nurani Rakyat di tahun 2015
Catatan terhadap pemeriksaan BPK atas pengelolaan bantuan keuangan untuk pendidikan politik oleh partai politik di Kota Surabaya
Sebagaimana diketahui, peraturan perundang – undangan mensyaratkan bahwa
setidak – tidaknya 60 dari bantuan keuangan ini digunakan untuk pendidikan
politik. Hanya saja, jika kita coba kalkulasikan pengeluaran yang tampak di dalam laporan hasil pemeriksaan yang disusun oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa
Timur maka kita akan melihat bahwa di tahun 2014, setidak – tidaknya masih
ada 2 Dua partai politik yang pengelolaan bantuan keuangan untuk pendidikan politiknya di bawah 60 yaitu Partai Kebangkitan Bangsa, sebesar 58,22 dari
bantuan keuangan yang diterima dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama., sebesar 41 dari bantuan keuangan yang diterimanya. Realitas ini tampaknya
tidak menjadi bagian dari pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur
Catatan selanjutnya, terhadap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, khususnya perwakilan Provinsi Jawa Timur adalah konsistensi penilaian terhadap laporan
1240
yang diajukan oleh partai politik. Realitas ini dapat dilihat dari penilaian institusi ini terhadap pemberian dana kepada struktur di bawah partai, yang menerima
bantuan keuangan ini. Jika di tahun 2014, BPK perwakilan Provinsi Jawa Timur mem
berikan penilaian bukti yang tidak lengkap’ terhadap kegiatan ini, sebagaimana yang dialami oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di tahun
akan tetapi penilaian tidak sesuai peruntukan’ disematkan oleh institusi ini terhadap partai yang melakukan hal ini di tahun 2015, sebagaimana diterima
oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerakan Indonesia Raya. Selain konsistensi terhadap penilaian, tampaknya BPK juga perlu menetapkan
standar penulisan keterangan di dalam laporan hasil pemeriksaan yang disusunnya. Walaupun kebanyakan BPK, melalui laporan hasil pemeriksaannya
hanya menuliskan ketidak lengkapan bukti pembiayaan atas kegiatan, namun di tahun 2014 untuk kegiatan pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik
institusi ini masih menuliskan keterangan sebab ketidak lengkapan bukti
– bukti, seperti tidak adanya materai untuk pengeluaran di atas 1 Satu juta, atau tidak
adanya undangan dan daftar hadir, atau sekedar tidak adanya tanggal pada kuitansi. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi pengeluaran
– pengeluaran apa saja yang diperbolehkan untuk suatu kegiatan, ataupun bukti
– bukti apa saja yang harus dipenuhi oleh partai politik penerima bantuan keuangan agar dapat
dinilai lengkap oleh BPK. Dengan adanya keterangan yang cukup detail dari BPK, diharapkan partai politik mampu lebih baik menyusun pertanggung jawaban
penggunaan bantuan keuangannya.
1241
Daftar Pustaka 1. Bezen, Ingrid van, 2003, Financing Political Parties and Election Guidelines,
Germany, Council of Europe 2. Choudhry, Sujit dkk, 2014, Political Party Finance Regulation : Constitutional
Reform After the Arab Spring, New York, IDEA 3. Ohman, Magnus, 2011, Global Trends in the Reulation of Political Finance, Sao
Paulo 4. Walecki, Dr. Marcin, 2009, Public Funding in Established and Transitional
Democracies sebagaimana diambil dari Public Funding Solutions for Political Parties in Muslim-Majority Societies, Washington, IFES
5. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Demokrat Kota Surabaya nomor 59.ALHPXVIII.SBY42015
6. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan nomor 59.BLHPXVIII.SBY42015
7. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Kebangkitan Bangsa nomor 59.CLHPXVIII.SBY42015
8. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Gerakan Indonesia Raya nomor 59.DLHPXVIII.SBY42015
9. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Keadilan Sejahtera nomor 59.ELHPXVIII.SBY42015
10. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Amanat Nasional nomor 59.FLHPXVIII.SBY42015
11. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Golongan Karya nomor
59.GLHPXVIII.SBY42015 12. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan
Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Persatuan Pembangunan nomor
59.HLHPXVIII.SBY42015
13. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Hati Nrani Rakyat nomor 59.ILHPXVIII.SBY42015
14. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
1242
Tahun Anggaran 2014 pada DPD Partai Nasional Demokrat nomor 59.JLHPXVIII.SBY42015
15. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Poliitik Yang Bersumber Dari APBD
Tahun Anggaran 2014 pada DPC Partai Kebangkitan Nasional Ulama nomor 59.KLHPXVIII.SBY42015
16. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan
perwakilan Provinsi Jawa TImur, 2016
17. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Gerakan Indonesia Raya Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan
Provinsi Jawa TImur, 2016
18. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Demokrat Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi
Jawa TImur, 2016
19. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan
Provinsi Jawa TImur, 2016
20. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPD Partai Amanat Nasional Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi
Jawa TImur, 2016
21. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi
Jawa TImur, 2016
22. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPC Partai Hati Nurani Rakyat Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Provinsi
Jawa TImur, 2016
23. Laporan Hasil Pemeriksaan aas Laporan Pertanggung Jawaban Penerimaan dan Pengeluaran Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD
Tahun Anggaran 2015 pada DPD Partai Nasional Demokrat Kota Surabaya nomor 22LHPXVIIISBY032016, Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan
Provinsi Jawa TImur, 2016
1243
MENGGAGAS KEUANGAN PARTAI POLITIK DAN TATA KELELONYA MENEGAKKAN PRINSIP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
Oleh: Epri Wahyudi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI
Lembaga Bantuan Hukum LBH Yogyakarta Departemen Advokasi, Divisi Sipil dan Politik SIPOL
Jl. Ngeksigondo No. 5A Kotagede Yogyakarta Telp Fax: 0274 4436859 376316 No. Hp: 0878 3888 5835 Email: epri_wahyudiyahoo.com
Abstrak Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sumber keuangan partai
politik ada tiga, yaitu: iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan keuangan dari APBN APBD. Namun yang menjadi permasalahan saat ini
ialah pertama dimana partai politik tidak mampu untuk melakukan penghimpunan dana dari iuran anggota, kedua tidak terkontrolnya sumbangan dari pihak ketiga baik
individu maupun kelompok swasta tertentu, dan ketiga dana subsidi negara melalui APBN APBD yang belum memadai. Tidak mampunya partai politik dalam
mengumpulkan iuran anggotanya ialah karena belum adanya peraturan teknis partai politik dalam mengumpulkan iuran anggota, serta memudarnya hubungan ideologi
antara partai politik dengan anggotanya. Kemudian sumbangan dari pihak ketiga yang tidak terkontrol dengan baik adalah karena disinyalir adanya kepentingan yang
terselubung dari dana sumbangan tersebut baik kepentingan kebijakan publik yang tidak pro rakyat maupun kebijakan internal partai yang mengakibatkan
kepemimpinan yang bersifat oligarki. Selanjutnya subsidi finansial dari negara yang besarannya belum memadai adalah karena negara masih belum mampu
mengoptimalkan subsidi finansial tersebut, padahal subsidi finansial dari negara sebenarnya adalah amanat konstitusi yang tersirat dari ketentuan pasal 6A ayat 2
dan 22E 3 UUD 1945.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan keuangan partai politik
tersebut diantaranya ialah: Pertama partai politik membuat peraturan teknis dalam menghimpun iuran anggota, serta menguatkan kembali hubungan ideologi antara
partai politik dengan setiap anggotanya. Kedua, melakukan pembatasan dan pengawasan terhadap sumbangan dari pihak ketiga. Ketiga negara harus
mengoptimalkan dana subsidi kepada partai politik. Dengan adanya iuran anggota, pembatasan dana sumbangan pihak ketiga, dan optimalnya subsidi dari negara, maka
diharapkan partai politik dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kemudian persoalan keuangan tersebut tentunya harus diimbangai dengan tata kelola keuangan
yang sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas, hal ini guna mewujudkan demokrasi substansial. Dimana semua anggota partai politik, masyarakat, dan negara
mampu mengetahui keadaan keuangan setiap partai politik sehingga mampu mencegah terjadinya penyusupan kepentingan-kepentingan dari kelompok tertentu.
Kata kunci: Keuangan Parpol, Tata Kelola Keuangan Parpol, Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas.
1244
MENGGAGAS KEUANGAN PARTAI POLITIK DAN TATA KELELONYA MENEGAKKAN PRINSIP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
Oleh: Epri Wahyudi Kata Kunci: Keuangan Parpol, Tata Kelola Keuangan Parpol, Prinsip
Transparansi dan Akuntabilitas