PENUTUP Demokrasi Internal Partai, Proses pemilihan ketua partai yang

371 Penulis mengidentifikasi faktor-faktor umum yang mempengaruhi partai untuk dapat menjadi representasi demokrasi dalam sebuah negara adalah partai yang menjalankan proses pergantian pimpinan partai dengan cara-cara yang demokratis pula, apakah dengan bentuk memberikan hak kepada seluruh kader pada pemilihan langsung yang diadakan di munas atau kongres partai, ataupun dengan mekanisme delegasi dari perwakilan daerah yang telah terpilih dengan cara-cara yang fair. Pada intinya partai atau elit partai tidak melakukan pelanggengan kekuasaan dengan menggunakan cara-cara seperti membuat regulasi yang menguntungkan status quo, atau praktek-praktek money politic pada saat maju menjadi kandidat pimpinan partai. Selanjutnya demokrasi dalam sebuah partai modern sudah seharusnya meninggalkan bentuk-bentuk politik patronase dan oligarki, serta yang terakhir mengintegrasikan resolusi konfliksengketa paska suksesi partai kedalam sebuah undang-undang agar supaya mengantisipasi disintegrasi partai yang akut dan juga untuk segera memberi kepastian hukum. Karena sudah pasti diterima atau tidak hal tersebut akan berpengaruh pada stabilitas negara. Daftar Pustaka Afan Gaffar, 2002, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 372 Samuel P.Huntington, 2004, Tertib Politik pada Masyarakat yang Sedang Berubah, Cet-2 Jakarta: Rajawali Pers. J. J Rousseau, 2007. Perjanjian Sosial, Terjemahan dari Du Contract Social, Alih Bahasa: Vincent Bero, Jakarta: Trans Media Pustaka. Miriam Budiarjo, 2010. Dasar-dasar Ilmu Politik: Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Mandiri. Jeffrey A. Wintes, 2011. Oligarki, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Thomas Meyer, 2013. Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis, Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung FES Kantor Perwakilan Indonesia. M. Rifqinizamy Karsayuda, 2015. Partai Politik Lokal Untuk Indonesia, Kajian Yuridis Ketatanegaraan Pembentukan Partai Politik Lokal di Indonesia Sebagai Negara Kesatuan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Pippa Noris, 2005. Developments in Party Communications, POLITICAL PARTIES AND DEMOCRACY IN THEORETICAL AND PRACTICAL PERSPECTIVES, National Democratic Institute for International Affairs NDI, USA: National Democratic Institute for International Affairs NDI. US: Printed by United States. Susan Scarrow, 2005. Developments in Party Communications, IMPLEMENTING INTRA-PARTY DEMOCRACY, National Democratic Institute for International Affairs NDI, USA: National Democratic Institute for International Affairs NDI. US: Printed by United States. Alan Ware, 1996. Political Parties andParty Systems, New York: Oxford University Press. William Cross and André Blais, 2007. Who selects the party leader? , Law Written, Canada: Carleton University Ottawa Canada and University of Montreal Canada. Josh Maiyo, 2008. POLITICAL PARTIES AND INTRA-PARTY DEMOCRACY IN EAST AFRICA - From Representative to Participatory Democracy, Thesis, Netherland: Leiden University. Blessings Chinsinga and Gerald Chigona, 2010. The State of Intra-party Democracy in Malawi: A Comparative Audit of Selected Party Constitutions, A Report Prepared for the Centre for Multiparty Democracy Malawi CMD-M, Malawi: CMD-M. 373 Hanta Yuda A R. . Partai Politik, Pemilu, Koalisi Pemerintahan dan Prospek Demokrasi . ndonesia: Journal the ndonesian nstitute center for public policy research. Sigit Pamungkas, . Partai Politik Teori Dan Praktik Diindonesia . Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism IDW. M. mam Akbar ariri, . Demokrasi nternal Partai: Studi Proses Pemilihan Ketua Umum Partai Golakar Pada Munas Golkar Tahun 1998, 2004 dan , Tesis. Jakarta: Universitas ndonesia. Naskah Akademik, 2010. RUU Tentang Perubahan Atas UU NO.2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, Badan Legislasi DPR RI. Internet Jimly Asshiddiqie, Dinamika Partai Politik dan Demokrasi, www.jimly.commakalah...DINAMIKA_PARTAI_POLITIK.doc. Diakses tanggal 12 Juli 2016. Politik Uang di Munaslub Golkar Diprediksi Tetap Terjadi, Jakarta, Kompas.com http:nasional.kompas.comread2016042908422611Politik.Uang.di. Munaslub.Golkar. diakses pada tanggal 16 Juli 2016. SBY Tahu Politik Uang di Partai Demokrat, Jakarta, Kompas.com http:nasional.kompas.comread2011071919452827sby.tahu.politi k.uang.di.partai.demokrat. diakses pada tanggal 16 Juli 2016. 374 DEMOKRATISASI DALAM MENJARING PEMIMPIN PARTAI POLITIK Abstrak Konsensus bangsa Indonesia, yang diformulasikan melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menegaskan bahwa segenap masyarakat berwenang untuk kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, dalam rangka mengawal jalannya pemerintahan yang berlandaskan prinsip demokrasi. Untuk memberi wadah bagi masyarakat dalam menyuarakan aspirasi dan gagasan dengan penuh tanggung jawab, salah satunya melalui sarana partai politik. Partai politik dapat dianalogikan sebagai cermin dari penyelenggaraan pemerintahan, baik buruknya pemerintahan berpengaruh dari partai politik, karena hanya kader terbaik yang diberi kewenangan untuk mengemban amanah dipusaran kekuasaan. Empuknya kursi pemimpin partai politik, tidak jarang menimbulkan banyak pihak yang berhasrat, bahkan terdapat oknum yang sengaja memanipulasi mekanisme demi mendapatkan maksud dan tujuannya. Perlu dipahami bahwa amanat peraturan perundang-undangan, untuk menjadi pemimpin diserahkan sepenuhnya dalam mekanisme internal partai politik, dengan menerapkan asas demokrasi dan mengedepankan musyawarah dalam mencapai mufakat. Kata Kunci: Partai Politik, Demokrasi, Pemimpin Nama : Cakra Arbas Instansi : Pascasarjana Magister Ilmu Hukum, Universitas Medan Area Nomor HP : +62 822 6735 0087 Email : c4k124rocketmail.com 375 DEMOKRATISASI DALAM MENJARING PEMIMPIN PARTAI POLITIK Cakra Arbas, Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Medan Area

A. Pendahuluan

Pasca reformasi, sudah menjadi rahasia umum bahwa berimplikasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya adalah begitu masifnya keikutsertaan masyarakat dalam menyelenggarakan pemerintahan, dengan kata lain masyarakat diberi saluran dalam mewujudkan pemerintahan, sehingga diharapkan akan tercipta nuansa demokratis. Salah satunya dengan mencermati perkembangan partai politik, yang bagaikan cendawan di musim penghujan, tumbuh subur dengan berbagai warna yang melatarbelakanginya. Pada momentum yang sama, semestinya juga patut dipertanyakan, apakah nuansa demokrasi yang telah dijalani adalah benar sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Indonesia ? atau dengan kata lain, mengapa tidak menerapkan demokrasi yang sejalan dengan nilai yang hidup dan berkembang di Indonesia ? setidak-tidaknya ketika tetap menerapkan demokrasi, sebagai suatu pilihan dalam berbangsa dan bernegara, akan tetap mengabstraksikan nilai yang terkandung oleh bangsa Indonesia. Menariknya bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dari berbagai fase amandemennya, semakin menyempurnakan kedudukan partai politik sebagai salah satu pilar dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini dapat dicermati dengan adanya amanat dari Pasal-Pasal yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang secara nyata dan tegas menyinggung terkait eksistensi partai politik. Perihal ini faktanya telah mendorong berbagai elemen masyarakat, untuk berlomba-lomba menjadi yang nomor satu dalam pengelolaan struktur partai politik, ba hkan tidak jarang banyak oknum menghalalkan segala cara, demi kursi ketua partai politik, sehingga salah satunya berdampak dengan adanya gejolak diinternal partai politik. Carut marut pengelolaan partai politik, sebagaimana yang dipertontonkan secara masif oleh berbagai media, turut dilatarbelakangi oleh bobroknya sistem partai politik, dalam menentukan figur pemimpin. Atas berbagai realita dan insiden yang menimpa beberapa partai politik pada hari-hari belakangan ini, baik pada skala nasional maupun ditataran daerah otonom, seyogyanya para kader terhindar dari berbagai tipu daya para oknum pemimpin yang hanya mampu meniupkan angin surga, akan tetapi nyata-nyata tidak mampu mewujudkan berbagai hakikat. Semestinya melalui wadah partai politik akan muncul para calon pemimpin bangsa, yang mampu berpikir rasional serta memiliki mental dan nyali, untuk bertindak demi kepentingan partai dan masyarakat umum.

B. Paradigma Bernegara dan Partai Politik

Paradigma disini menunjuk pada titik tolak cara pandang atau kerangka berpikir yang didasarkan atas fakta atau kerangka umum yang mempedomani 376 kegiatan ilmiah dalam suatu disiplin keilmuan. Paradigma oleh Bernard Arief Sidharta 242 diposisikan sebagai: research guidance lewat model problems and solutions yang menujukkan bagaimana ilmuwan harus menjalankan penelitian dan telaah ilmiah, dan dengan itu berfungsi normatif. Dengan demikian, paradigma itu berfungsi sebagai the central cognitive resource untuk kegiatan ilmiah yang menentukan rasionalitas ilmiah dalam disiplin yang bersangkutan. Dapat dianalogikan bahwa dengan memahami tentang paradigma, seyogyanya stakeholder yang berkedudukan pada infrastruktur politik partai politik, semestinya mampu menghindarkan dirinya dari berbagai bentuk perbuatan yang bertentangan dengan nilai, asas, dan norma yang diberlakukan. Dalam konteks bernegara, khususnya dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, seyogyanya sebagaimana yang dinyatakan oleh M. Solly Lubis 243 , bahwa ada 3 tiga bentuk paradigma, yaitu: - Pertama, paradigma filosofis philosophical paradigma, yakni berupa nilai-nilai filosofis yang terdapat mengakar sebagai satu sistem nilai dalam masyarakat bangsa, yang secara bernegara, semula diabstraksikan oleh founding fathers dari sistem budaya bangsa. Selanjutnya diulangkan menjadi ideologi atau dasar negara, seterusnya diderivasi dan dijabarkan ke dalam sistem kehidupan nasional, hingga tercermin dalam sistem kehidupan termasuk semua subsistem kehidupan nasional tersebut. Dalam konteks bangsa Indonesia, Pancasila merupakan himpunan dari nilai-nilai dan kaidah serta etikal kehidupan sehari-hari yang dianut dan dipelihara dalam masyarakat sejak jauh-jauh hari sebelum kemerdekaan. - Kedua, paradigma yuridis juridical paradigma, yakni segala sesuatunya berdasarkan konstitusi 244 . Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan acuan hukum tertinggi dan membawahi aturan hukum lainnya, baik peraturan berupa produk Pusat maupun Daerah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memiliki political messages yakni amanat-amanat kebijakan dalam pasal-pasalnya. - Ketiga, paradigma politis political paradigma yakni berupa derivat dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berupa rumusan kebijakan mengenai pengelolaan Pemerintah dan pembangunan nasional. 242 Bernard Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2009, hlm. 70 – 75. Pada kesempatan yang sama, M. Solly Lubis, menerangkan bahwa paradigma adalah suatu parameter, rujukan, acuan yang dipergunakan sebagai dasar untuk berpikir thinking dan bertindak action lebih lanjut. M. Solly Lubis, Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Bandung: Mandar Maju, 2009, hlm. 13 – 17. 243 M. Solly Lubis, Serba-Serbi Politik dan Hukum, Medan: PT. Softmedia, 2011, hlm. 80 – 84. 244 Konstitusi negara, yang biasanya disebut sebagai hukum fundamental negara, merupakan dasar dari tatanan hukum nasional. Konstitusi menurut pengertian hukum adalah apa yang sebelumnya disebut konstitusi dalam pengertian materialnya, yang meliputi norma-norma yang mengatur proses pembentukan Undang-Undang. Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusa Media, 2011, hlm. 363 - 367.