Kegagalan Partai Politik Dalam Memaknai Reformasi

883 sama. Hanya orientasinya saja yang berubah, yaitu partai politik cenderung pragmatis dan pemburu rente. Kalau boleh jujur sebenarnya publik sejauh ini belum mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai platform dan perjuangan partai-partai politik di Indonesia. Apalagi dengan banyaknya partai politik seperti sekarang ini, pengenalan y ang baik pada partai politik hanya didasarkan pada penampilan pimpinan partai politik tersebut saja. Sikap dan tindakan pimpinan partai politik itu mudah masuk dalam imajinasi masyarakat. Dengan demikian, maka pemebenahan ranah kepengurusan politik politik menjadi penting dilakukan, fungsi dan peran partai politik mendesak untuk diwujudkan. Mereka harus benar-benar menjalankan fungsi dan peran sebagai pendidikan dan rekrutmen politik, komunikasi politik serta artikulasi dan agregasi politik. Maka sehubungan dengan hal tersebut, maka kinerja partai politik harus terukur. Masalahnya sekarang ini belum ada good intention dan good action. Yang tidak kalah pentingnya adalah aturan main perlu diperbaiki agar semua partai politik tidak melupakan konstituennya di daerah pemilihannya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka partai politik perlu merumuskan ADART secara komprehensif agar mampu memberikan kaidah penuntun bagi para elite-elite partai politik dalam menjalankan fungsi dan perannya. Untuk itu, kini saatnya partai politik berpihak pada rakyat dan tidak mengandalkan pimpinan partai politik yang berwawasan sempit dan minim kapasitas serta integritas. Selain partai-partai politik dominan yang mempunyai infrastruktur kuat seperti partai Golkar, Partai Demokrat, dan PDI Perjuangan, hanya partai-partai yang mengusung visi dan program prorakyat yang akan mempunyai prospek di masa depan. Dengan demikian, terkonsolidasi nasip partai-partai lain seperti PKS, Gerindra, PAN, PKB, PPP, Nasdem dan Hanura partai baru yang mungkin muncul seperti Idaman dan Perindo, akan sangat ditentukan oleh kerja keras dan kreativitas mereka dalam mensosialisasikan platform Partai Politik. Intinya medan pertempuran di masa depan memang semakin tidak mudah bagi partai- partai politik tersebut. Gagal meyakinkan masyarakat yang semakin terdidik dan cerdas ini, maka gagal pula kelangsungan hidup mereka. Itu berarti mereka selama ini telah gagal memaknai reformasi dan mewujudkan janji demokrasi.

D. Struktur Kepengurusan Partai Politik di Tingkat Pusat dan Daerah

Menurut Jimly Asshiddiqie, sebagai badan hukum partai politik tidak dapat beranggotakan badan hukum yang lain. Yang hanya dapat menjadi anggota partai politik adalah perseorangan warga negara sebagai naatulijke persons. Sebagaimana dimaklumi, subjek hukum legal subject dalam ilmu hukum adalah pembawa atau penyandang hak dan kewajiban dalam lalu lintas atau hubungan- hubungan hukum. Subjek hukum sendiri terdiri atas dua klasifikasi, yaitu orang biasa atau yang lazim disebut dengan natuurlijke persoon dan bukan orang biasa yang lazim disebut sebagai rechtpersoon. 44 44 M. Rifqinizamy Karsayuda, Pembentukan Partai Politik Lokal di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Malang: UB Press, 2013, hlm. 389. 884 Struktur organisasi sebagaimana halnya lingkungan politik yang dapat dikonseptualisasikan sebagai jaringan saling ketergantungan yang pada akhirnya menitikberatkan pada kompleksitas legitimasi sebagai fenomena yang luas melebihi posisi yang sederhana dalam sebuah organisasi tersebut. Legitimasi kewenangan didefinisikan sebagai hak untuk membuat orang lain dengan menunjuk ke dalam skup kewenangan. Hak kewenangan termasuk kreteria latar, alokasi tugas, penilaian kinerja, dan alokasi kerja berdasarkan sanksi. Struktur kepartaian merupakan puncak yang dibentuk dari struktur dasar yang terdiri atas struktur sosial masyarakat. Adapun peran partai politik dalam mewujudkan struktur sosial masyarakat yang sejahtera ialah dengan cara menyerap aspirasi dari masyarakat itu sendiri tetapi dalam banyak contoh kasus tidak sedikit pula partai politik menjadikan konflik dan polemik dalam masyarakat karena adanya tumpang tindih kepentingan satu sama lain. Partai politik mempunyai struktur antara lain adalah Pimpinan pusat, pimpinan daerah, pimpinan cabang, pimpinan kecamatan, pimpinan Kelurahandesa atau yang sering disebut pimpinan ranting. Struktur diatas mempunyai anggota-anggota yang berbeda latarbelakang mulai dari pendidikan, agama, etnis, ekonomi, maupun kelas sosial. Partai politik mempunyai posisi status dan peranan role yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi, Political parties created democracy . Karena itu, partai merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat pelembagaannya the degree of institutionalization dalam setiap sistem politik yang demokratis. Namun demikian, banyak pandangan kritis dan bahkan skeptis terhadap partai politik yang menyatakan bahwa partai politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa atau berniat memuaskan nafsu birahi kekuasaannya sendiri. Partai politik hanyalah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan beruntung dan berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik. Dalam suatu negara demokrasi, kedudukan dan peranan setiap lembaga negara haruslah sama-sama kuat dan bersifat saling mengendalikan dalam hubungan checks and balances . Akan tetapi jika lembaga-lembaga negara tersebut tidak berfungsi dengan baik, kinerjanya tidak efektif, atau lemah wibawanya dalam menjalankan fungsinya masing-masing, maka yang sering terjadi adalah partai-partai politik yang rakus atau ekstrim, yang merajalela menguasai dan mengendalikan segala proses-proses penyelenggaraan fungsi- fungsi pemerintahan. Oleh karena itu, sistem kepartaian yang baik sangat menentukan bekerjanya sistem ketatanegaraan berdasarkan prinsip checks and balances dalam arti yang luas. Sebaliknya, efektif bekerjanya fungsi-fungsi kelembagaan negara itu sesuai prinsip checks and balances berdasarkan konstitusi juga sangat menentukan kualitas sistem kepartaian dan mekanisme demokrasi yang dikembangkan di suatu negara. Semua ini tentu berkaitan erat dengan dinamika pertumbuhan tradisi dan kultur berpikir bebas dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi berpikir atau kebebasan berpikir itu pada gilirannya mempengaruhi tumbuh