DEMOKRASI INTERNAL PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK
528 mengharuskan semua partai politik untuk selalu menerapkan demokrasi
internal. Hal ini harus diundangkan juga sehingga berjalannya suatu demokrasi internal tidak bergantung pada kemauan baik
goodwill’ dari pemimpin partai tersebut. Karena bila tidak, demokrasi akan terancam.
Demokratisasi internal menjamin adanya dialog terbuka dalam proses pembentukan kehendak politik. Dalam suatu partai politik harus ada sistem
pemilu bebas yang memungkinkan pergantian anggota secara adil dan bisa dipertanggungjawabkan kepada pengadilan publik.
485
Parameter untuk mengamati demokrasi dalam sebuah negara adalah rekrutmen politik secara terbuka. Demokrasi membuka peluang untuk
mengadakan kompetisi karena semua orang dan kelompok mempunyai hak dan peluang yang sama. Oleh karena itu, di dalam mengisi jabatan politik
seharusnya peluang yang dimiliki oleh orang-orang yang memenuhi syarat adalah sama. Jadi, untuk menjadi Presiden, anggota Parlemen, Gubernur,
Bupati, Walikota, bahkan Kepala Desa harus terbuka untuk semua orang, dengan kompetisi yang wajar sesuai dengan aturan yang sudah disepakati.
486
Rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
487
Jadi rekrutmen politik merupakan salah satu cara untuk menyeleksi anggota-anggota partai yang berbakat untuk dipersiapkan
menjadi calon pemimpin. Dalam setiap sistem politik terdapat prosedur untuk melaksanakan rekrutmen atau penyeleksian.
Berkenaan dengan prosedur rekrutmen politik menurut Gabriel Almond dan Bingham Powell
488
terbagi dalam dua bentuk pelaksanaan, yaitu: 1. Prosedur tertutup Closed Recruitment Process adalah sistem rekrutmen
partai yang ditentukan oleh elit partai, mengenai siapa saja yang dicalonkan sebagai anggota legislatif maupun pejabat eksekutif
2. Prosedur terbuka Open Recruitment Process adalah proses dimana nama-nama calon yang diajukan, diumumkan secara terbuka dalam bentuk
kompetisi yang murni dan transparan. Jadi, mekanisme rekrutmen politik yang dilakukan partai politik terdiri
dari dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka akan memungkinkan lahirnya calon-calon legislatif, calon kandidat pilpres dan
kandidat pilkada yang betul-betul demokratis dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, hal ini dikarenakan oleh proses pengangkatan calon tersebut
dilakukan secara terbuka. Sedangkan sistem tertutup merupakan kebalikan dari sistem terbuka, dimana para pemilih tidak mengenal seseorang calon
legislatif, calon kandidat pilpres dan kandidat pilkada, karena sistem pengangkatan calon kandidat tersebut dilakukan secara tertutup. Hal ini
485
Thomas Meyer, Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis: Tesis 5: Demokrasi dalam Parpol
Internal Democracy’, Friedrich-Ebert-Stiftung FES, Kantor Perwakilan Indonesia, Jakarta, 2012, hlm. 34
486
Syaukani HR, Afan Gaffar, M Ryaas Rasyid,Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2002, hlm.12
487
Ramlan Surbakti, Op.Cit, hlm. 118
488
Almond, Gabriel. dan G Bingham, Powel. A Word View Fourth Editions. London, 1988: hlm.108
529 memungkinkan timbulnya calon legislatif, calon kandidat pilpres dan kandidat
pilkada yang tidak kompetitif, berhubung proses pengangkatan tidak diketahui oleh umum.
Proses rekrutmen dalam partai politik menunjukkan adanya tiga komponen awal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Sistem hukum atau legal system. Hal ini menyangkut aturan-aturan formal dan aturan-aturan yang dibuat dalam proses awal dari seleksi.
2. Sistem pemilihan umum, apakah menggunakan sistem distrik atau sistem proporsional.
3. Proses rekrutmen itu sendiri. Dalam proses ini akan bertemu tuntutan penjaga gawang gatekeepers atau yang melakukan seleksi dengan
tuntutan kandidat. Proses ini akan menghasilkan output di dalam proses rekrutmen.
489
Dalam konteks rekrutmen politik parlemen, ada sejumlah gejala yang tidak kondusif bagi proses membangun demokrasi. Pertama, sistem pemilihan
umum proporsional telah mengabadikan dominasi oligarki dalam proses rekrutmen. Kedua, proses rekrutmen tidak berlangsung secara terbuka dan
partisipatif. Pihak kandidat sama sekali tidak mempunyai sense terhadap konstituen yang menjadi basisnya karena dia hanya mewakili daerah
administratif bukan konstituen yang sebenarnya. Ketiga, dalam proses rekrutmen tidak dibangun relasi linkage yang baik antara partai politik dan
masyarakat sipil. Keempat, dalam proses rekrutmen, partai politik sering menerapkan pendek
atan asal comot terhadap kandidat yang dipandang sebagai mesin politik . Kelima, proses kampanye sebagai bagian dari
mekanisme rekrutmen tidak diisi dengan pengembangan ruang publik yang demokratis, dialog yang terbuka dan sebagai arena untuk kontrak sosial untuk
membangun visi bersama. Keenam, proses pemilihan umum dan proses rekrutmen bekerja dalam konteks massa mengambang yang kurang terdidik
dan kritis.
490
Oleh karena itu paling tidak terdapat dua model rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik baik di negara modern maupun di Negara
berkembang. Pertama, model descriptive style, dimana dalam model ini mengandalkan kriteria yang menyangkut ketokohan, keuangan, dan
kedekatan dengan pengurus partai. Jadi model ini lebih berhubungan dengan ikatan primordial. Kedua, model oriented style, sebuah model yang
digambarkan
sebagai bentuk
ideal rekrutmen
dimana rekrutmen
mengandalkan kemampuan kandidat seperti loyalitas dan kepemimpinan.
491
Selanjutnya berkaitan dengan sifat proses rekrutmen politik menurut Sahid Gatara yaitu:
489
Ainur Rofieq, Fungsi Rekrutmen Politik Pada Calon Legislatif Partai Kebangkitan Bangsa PKB, 2009 governance, Vol.1, No. 2, Mei 2011, hlm. 70
490
Sutoro Eko, Membuat Rekrutmen Legislatif Lebih Bermakna, Makalah pada Diskusi Menyukseskan Penyelenggaraan Pemilihan Umum
di Provinsi DY , Yogyakarta, Desember 2003
491
Siti Witianti, Rekrutmen Politik dan Kinerja Legislatif pada Pemilu 2004 , Publicsphere, Vol. 1, No. 1, Januari
– Juni 2007
530 a Top-down artinya proses rekrutmen politik yang berasal dari atas atau
orang-orang yang sedang menjabat. Contoh dari sifat ini adalah penunjukkan pribadi dan seleksi pengangkatan.
b Bottom-up artinya proses rekrutmen politik berasal dari masyarakat bawah seperti proses mendaftarkan diri dari individu-individu untuk menduduki
jabatan. Contoh sifat ini adalah individu-individu melamar pada partai politik untuk maju sebagai kandidat anggota legislatif maupun calon kepala
daerah.
c Bersifat campuran artinya proses seleksi yang memadukan antara model top-down dan bottom-up. Contoh sifat ini adalah pada proses pemilihan
umum baik pemilihan umum legislatif maupun eksekutif.
492
Sedangkan Susan Scarrow menyebutkan bahwa rekrutmen anggota, memiliki lima nilai penting. Pertama, anggota merupakan basis legitimasi bagi
partai. Kedua, anggota partai dalam kehidupan sehari-hari merupakan penghubung partai dengan masyarakat, khususnya mengenai nilai-nilai yang
diperjuangkan partai. Ketiga, anggota menjadi sumber penting bagi pembiayaan partai. Keempat, anggota menjadi tenaga kerja sukarela. Kelima,
anggota menjadi sumber daya yang berpengalaman untuk menjadi kandidat
493
. Sejumlah alasan dapat diajukan untuk menunjukkan betapa partai
politik secara internal harus dikelola secara demokratis
494
: Pertama, dalam sistem politik demokrasi, partai politik adalah sarana
dan aktor utama kekuasaan politik. Semua kegiatan politik, mulai dari mencari kekuasaan sampai pada penggunaan kekuasaan, melibatkan partai politik
sebagai aktor. Karena itu partai politik harus secara internal demokratis, baik dari segi isi dan proses maupun tujuannya. Proses politik dalam membentuk
dan menyelenggarakan pemerintahan akan dapat demokratis hanya apabila partai politik sebagai aktor secara internal dikelola secara demokratis.
Kedua, partai politik adalah struktur dan forum utama dalam membentuk kehendak politik warga negara dan dalam memobilisasi kegiatan
politik warga negara. Proses pembentukan kehendak politik warga dan pelaksanaan kegiatan politik dalam demokrasi haruslah dilakukan secara
demokratis. Untuk menjamin agar proses pembentukan kehendak politik warga dan proses mobilisasi kegiatan warga berlangsung secara demokratis,
partai politik yang memprakarsai, mengkoordinasi, mensintesis, dan melaksanakan kedua kegiatan itu haruslah mengikuti dan menerapkan
prinsipprinsip dasar demokrasi dalam mengelola partai secara internal.
Ketiga, demokrasi tidak berfungsi secara otomatis. Prinsip dasar dan tujuan mulia yang tertulis dalam ADART dan dokumen partai politik lainnya
tidak akan terwujud secara spontan. Demokrasi dan konstitusi memberikan
492
Sahid Gatara, Sosiologi Politik:Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2007. hlm. 17
493
Susan Scarrow, Political Parties and Democracy in Theoretical and Practical Perspectives Implementing Intra-Party Democracy, National Democratic Institute for International Affairs
NDI 2005, hlm. 13-14
494
Ramlan Surbakti Didik Supriyanto,Buku 6: Mendorong Demokratisasi Internal Partai Politik, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2013, hlm. 11-12
531 kesempatan dan kerangka tindakan. Semuanya tergantung pada kompetensi
warga negara pada umumnya dan partai politik pada khususnya. Masa depan partai dalam demokrasi tergantung terutama pada kualitas seperti
keterampilan, pengetahuan, dan kearifan partai politik dan para anggotanya. Partai politik yang dapat memberikan anggotanya kesempatan yang memadai
untuk berkembang adalah partai yang secara internal menerapkan prinsip- prinsip dasar, metode, dan tujuan demokrasi.
Dan keempat, demokrasi tidak hanya mengenai pemilihan pemimpin dan pemegang jabatan politik secara periodik. Demokrasi juga menyangkut
seperangkat norma sosial yang mengatur tindakan dan perilaku warga negara. Karena itu prinsip-prinsip dasar, metode, dan nilai-nilai demokrasi harus
diterapkan tanpa kecuali dalam semua bidang kehidupan sosial dan publik sehingga pada gilirannya akan berkontribusi pada upaya demokratisasi
masyarakat, negara, dan lembaga publik. Dalam demokrasi, partai politik adalah agen utama dan pelaku prinsip, metode, dan nilai-nilai demokrasi.
Hanya pemimpin dan anggota partai yang dilatih dan mengalami sosialisasi dalam budaya politik demokrasi sajalah yang dapat memberikan kontribusi
pada tujuan tersebut. Singkat kata, bagaimana mungkin partai politik bertindak sebagai aktor utama demokrasi kalau secara internal partai itu tidak
dikelola secara demokratis?
Keempat alasan tersebut menjadi dasar mengapa demokratisasi partai politik secara internal menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun
masyarakat dan negara yang demokratis. Keharusan partai politik secara internal ditentukan dalam konstitusi dan undang-undang.
Secara singkat demokrasi partai politik intra-party democracy dapat dirumuskan sebagai
a stage of democracy in the party where every members of the party has the right to take part of the decision making of the party . Secara
sederhana demokrasi partai secara internal dapat diartikan sebagai proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan untuk melaksanakan fungsi partai
secara terbuka, partisipatif, dan deliberatif berdasarkan peraturan perundangundangan, ADART, dan peraturan partai.
495