Pengaturan Keuangan Partai Politik

1367 publik, jika partai politik justru dikendalikan oleh kepentingan sekelompok orang. Oleh karena itu perlu ada pengendalian terhadap sumber keuangan partai politik. Salah satu cara untuk mengendalikan sumber keuangan partai politik adalah melalui pembatasan iuran dan sumbangan. Namun didalam regulasi pembatasan tersebut sesungguhnya tidaklah membatasi jumlah sumbangan yang akan diperoleh partai politik. Pendapat tersebut mengacu beberapa alasan; a Iuran anggota tidak spesifik dibatasi didalam undang-undang partai politik. Pengaturan tentang iuran ini didelegasikan pengaturannya kepada masing- masing partai politik melalui ADART. Akibatnya pembatasan ini sebetulnya tidaklah berlaku, walaupun dalam praktik yang terjadi iuran ini tidaklah menjadi sumber pendanaan utama bagi partai politik. Mayoritas partai politik hanya mewajibkan iuran kepada anggota yang menduduki jabatan publik tertentu atau yang memiliki unit bisnis. Dalam konteks internal, pembatasan ini sangat penting untuk mengimbangi dominasi kelompok tertentu terhadap struktur hingga dalam keputusan-keputusan yang akan diambil oleh partai politik. Sebab dalam kenyataannya siapapun yang membiayai partai politik akan sangat berpengaruh baik dalam penyusunan struktur maupun dalam pengambilan keputusan politik strategis, misalnya terkait pencalonan dalam pemilihan umum legislatif maupun kepala daerah hingga pengambilan keputusan di parlemen. Apalagi beban pembiayaan partai politik seolah-olah hanya ditumpangkan kepada anggota partai politik yang menduduki jabatan publik. Potensi bagi anggota partai politik untuk mencari sumber keuangan dengan cara menyalahgunakan wewenang dan jabatan akan terbuka lebar. Maka menjadi sangat penting untuk membangun relasi relasi yang seimbang antara iuran anggota dengan demokratisasi di internal partai politik. Kedepan, regulasi harus mengatur secara tegas tentang pembatasan iuran bagi anggota partai politik. b Sumbangan. Secara normatif, sumbangan berasal dari perseorangan anggota partai politik, perseorangan bukan anggota partai politik dan badan usaha. Pembatasan sumbangan hanya diberikan kepada perseorangan yang bukan anggota dan badan usaha, sedangkan sumbangan perseorangan anggota partai politik pembatasannya diserahkan kepada mekanisme di internal partai politik. Problemnya hampir sama dengan ketiadaan pembatasan terkait iuran bagi anggota partai politik. Sementara sumbangan yang berasal dari perseorangan non- anggota dan badan hukum secara rigid telah dibatasi oleh undang-undang. Jika diawal telah disebutkan bagaimana mengimbangi melalui pembatasan pembiayaan yang bersumber dari internal partai politik, maka dalam konteks sumbangan dari pihak eksternal tetap perlu didesain agar berimbang dengan pembiayaan yang bersumber dari internal partai politik. Konteksnya adalah kedaulatan dan kemandirian partai politik. Dominasi eksternal dalam pembiayaan partai politik mengindikasikan bahwa pengendali partai politik bukanlah partai politik secara institusional, tetapi justru dilakukan oleh kelompok mayoritas diluar partai politik yang ikut membiayai seluruh aktivitas politik. Hal ini tentu lebih merusak bagi institusi partai politik sebab akan mendegradasi peran anggota dalam pengambilan keputusan. 1368 Salah satu cara untuk memitigasi hal ini maka perlu ada pembatasan yang jelas dan tegas mengenai formulasi jumlah sumbangan yang berasal dari pihak eksternal. Tidak hanya pembatasan dalam konteks nominal sumbangan yang bisa disumbangkan, tetapi juga akumulasi jumlah sumbangan. Ad. 2. Pelaporan dan Audit Keuangan Partai Politik. Secara garis besar, pelaporan keuangan partai politik dibedakan berdasarkan sumber keuangan; a. Pelaporan keuangan yang bersumber dari negara bantuan keuangan dilaporkan kepada pemerintah Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah KabupatenKota setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK yang dilakukan sesuai tingkatan pusat dan daerah. b. Pelaporan keuangan yang bersumber dari non-negara didalam undang- undang sebetulnya hanya mengatur kewajiban partai politik untuk membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang, dan jumlah sumbangan. Laporan keuangan tersebut setiap tahun wajib diaudit oleh akuntan publik. Ad. 4. Sanksi. Didalam undang-undang partai politik, sanksi terkait pelanggaran dalam konteks kepatuhan atas regulasi keuangan partai politik dinilai sangat minim. Secara umum beberapa kelemahan yang diidentifikasi sebagai berikut; 1 Sanksi penundaan penyaluran bantuan keuangan. Sanksi ini ditujukan kepada partai politik yang tidak menyampaikan laporan keuangan yang bersumber dari negara APBNAPBD sesuai waktu yang telah ditentukan. Penundaan ini mencerminkan lemahnya negara dalam memaksa partai politik untuk melaporkan keuangannya. Seharusnya ada sanksi yang lebih tegas, misalnya mencabut hak partai politik untuk mendapatkan bantuan keuangan dalam periode tertentu. 2 Sanksi pidana bagi pengurus partai politik. Beberapa kualifikasi perbuatan dapat memidana pengurus partai politik, misalnya menerima sumbangan dalam bentuk apapun dari pihak asing, menerima sumbangan dari pihak yang tidak jelas, melebihi batas sumbangan, menerima atau meminta sumbangan kepada BUMNDDesa. Dalam konteks ini, pemidanaan hanya ditujukan kepada pengurus partai politik, padahal seluruh perbuatan tersebut sebetulnya adalah tindakan organisasi bukan hanya keputusan individu. Dalam konsep pertanggungjawaban hukum, pada situasi tertentu organisasiinstitusikorporasi dapat dikenai pertanggungjawaban. 3 Sanksi pembekuan kepengurusan. Hal ini terkait pembentukan badan usaha oleh partai politik. Sanksi ini sebetulnya tidak kontekstual, sebab dalam praktiknya partai politik tidak perlu membuat badan usaha tertentu sebab mayoritas pengurus dan anggota partai politik saat ini memiliki latar belakang pengusahapebisnis. Dan harus diakui bahwa pebisnis yang merangkap sebagai anggotapengurus partai politik adalah donatur utama bagi partai politik. Maka yang perlu diperbaiki adalah bagaimana membatasi dan memastikan sumbangan yang berasal dari entitas bisnis tersebut bukanlah berasal dari hasil kejahatan money laundering. 1369 4 Sanksi penyitaan, teguran, dan sanksi oleh mahkamah internal partai politik. Keseluruhan sanksi yang terdapat dalam undang-undang partai politik perlu diperbaharui sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran atas regulasi keuangan tentu sangat strategis dan penting bagi partai politik untuk menakar sejauhmana akuntabilitas di internal. Jika keuangan partai politik bermasalah, bisa dipastikan partai politik tidak akan bekerja dengan baik sesuai fungsinya. Beberapa sanksi yang relevan dan perlu ditambahkan, misalnya pencabutan hak mengikuti pemilu dalam periode tertentu, daerah tertentu berdasarkan tingkatannya.

B. Dimensi Keterbukaan.

Keterbukaan adalah salah satu instrumen akuntabilitas partai politik. Jika partai politik tidak terbuka kepada publik, maka bisa dipastikan partai politik hanya digunakan sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan dan menumpuk keuntungan bagi kelompok tertentu. Oleh karena itu perlu dilacak sejauhmana pengaturan mengenai keterbukaan partai politik kepada publik. Keterbukaan adalah sebuah keniscayaan dalam negara demokrasi. Dibalik keterbukaan ada esensi soal pemenuhan hak asasi warga negara atas informasi. Dengan informasi tersebut, masyarakat diharapkan menggunakannya untuk berpartisipasi dalam mengawasi penyelenggaraan pemerintahannegara. Pengawasan warga akan lebih mumpuni jika memiliki basis informasi yang akurat dan relevan. Secara umum, hak untuk mengakses informasi telah dijamin dalam beberapa regulasi, mulai dari konstitusi hingga undang-undang. Jaminan ini sangat penting untuk memberikan kepastian hukum bagi warga ketika menggunakan hak nya tersebut. Arsitektur kelembagaan terkait keterbukaan informasi sebetulnya juga sudah mulai dibangun walaupun masih banyak kekurangan. Badan publik sudah didorong untuk membangun sistem pengelolaan informasi agar memberikan kemudahan bagi warga dalam mengakses informasi. Bahkan undang-undang juga telah menyediakan mekanisme komplain jika badan publik tidak menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh warga. Termasuk dalam hal memaksimalkan penggunaan teknologi informasi yang menyokong implementasi keterbukaan informasi publik. Badan publik diberikan keleluasaan untuk menggunakan instrumen teknologi informasi sepanjang mudah digunakan dan diakses oleh warga. Dalam konteks partai politik, setidaknya hal ini bisa dilihat didalam 2 dua undang-undang;

1. Undang-Undang tentang Partai Politik.

Jika merujuk kepada undang-undang partai politik, pengaturan tentang keterbukaan hanya diatur dalam pasal yang sumir. Ketentuan mengenai keterbukaan hanya ditulis dalam bahasa yang umum, beberapa pasal dapat dilacak sebagai berikut; a Partai politik berkewajiban membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat pasal 13 huruf h. b Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta peraturan perundang-undangan pasal 29 ayat 2. 1370 Rekruitmen dalam pasal 29 ayat 2 terdiri dari rekruitmen partai politik terhadap warga negara untuk menjadi; - anggota Partai Politik; - bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; - bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah; dan - bakal calon Presiden dan Wakil Presiden. c Sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan pada prinsip kejujuran, sukarela, keadilan, terbuka, tanggung jawab, serta kedaulatan dan kemandirian Partai Politik pasal 35 ayat 2. Sumbangan dalam pasal 35 ayat 1 meliputi; - perseorangan anggota Partai Politik yang pelaksanaannya diatur dalam AD dan ART; - perseorangan bukan anggota Partai Politik, paling banyak senilai Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah per orang dalam waktu 1 satu tahun anggaran; dan - perusahaan danatau badan usaha, paling banyak senilai Rp 7.500.000.000,00 tujuh miliar lima ratus juta rupiah per perusahaan danatau badan usaha dalam waktu 1 satu tahun anggaran. d Hasil pemeriksaan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 terbuka untuk diketahui masyarakat pasal 38. Pasal 37 memuat tentang Pengurus Partai Politik di setiap tingkatan organisasi menyusun laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan s etelah tahun anggaran berkenaan berakhir . e Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan akuntabel pasal 39. Beberapa kelemahan dalam undang-undang partai politik; a. Secara filosofis, pembentukan partai politik sebagai salah satu instrumen dalam negara demokrasi didasarkan pada semangat yang menjunjung tinggi keterbukaan konsideran menimbang huruf c. Prinsip keterbukaan ini gagal diadopsi kedalam pasal-pasal sebab hanya diatur pada level prinsip tetapi tidak bisa dilaksanakan. Prinsip keterbukaantransparan tidak dijabarkan lebih lanjut oleh pembentuk undang-undang, sehingga partai politik menerjemahkan sendiri makna keterbukaantransparansi tersebut didalam peraturan internalnya masing-masing. Pengaturan semacam ini tentu tidak menjadi jaminan bagi publik untuk bisa mengakses seluruh informasi yang ada di partai politik. Maka perlu ada kategorisasi tertentu atau indikator yang bisa diukur untuk memastikan bahwa partai politik memang telah dikelola secara terbuka. b. Dalam konteks rekruitmen, khususnya yang terkait dengan pencalonan sebagai pejabat publik, mekanisme yang dibuat oleh partai politik justru cenderung tertutup. Penetapan calon hanya didasarkan kepada pertimbangan politis di internal partai politik tanpa menyediakan mekanisme bagi publik untuk ikut menilai dan menentukan. Dari sisi keterbukaan, hal ini sebetulnya tidak koheren dengan kewajiban partai politik untuk menyediakan mekanisme rekruitmen yang terbuka.