SESI TIGA 16.00-18.00 WIB Moderator:
                                                                                132
maupun tentang penetapan calon-calon pemimpin yang diwakilkan oleh masyarakat, sehingga  persoalan-persoalan  ini,  sering  sekali  bentrok  kepentingan  antara
keputusan yang diambil pengurus partai daerah dengan apa yang disuarakan dalam masyarakat.  Ada  beberapa  point  penting  yang  diungkapkan.  Nah  disini  bagaimana
caranya  memutus  hubungan  rantai  itu,  terlihat  bahwasannya  semakin  otonom pengurus  partai  di  daerah  itu  dalam  proses  pengambilan  keputusan,  semakin
demokratis lah partai politik itu. Tapi itu tidak mudah dilakukan, karna ada persoalan system yang harus kita benahi ya, yang ada kaitan nya dengan parpol, system pemilu,
pemilih,  dan  dengan  pemerintah  itu  sendiri.  Jadi  kita  lihat,  bahwasannya  demokrasi yang masuk di Indonesia ada dua pola. Pola designer dan pola strukturalisme.
Jadi kita lihat bahwasannya, demokrasi yang masuk di Indonesia itu ada dua pola: 1.pola designer
Memasukkan  demokrasi  yang  bersifat  mengemukaan  demokrasi  yang  berdasarkan procedural, adanya pemilihan pemilihan bebas secara kopetitif
2. strukturalisme Ada  proses  liberalisasi  dan  kompetisi.  Setiap  calon  memiliki  peluang  untuk  dipilih
dan memilih dalam kondisi ini. Nyatanya dalam perjalanan reformasi kita banyak implikasi implikasi yang lahir dari
persoalan demokrasi liberal yang dikemukaan dalam system itu. Salah satunya adalah lahirnya peran local  elit atau epranan-peranan elit lokal yang menjadi manta rantai
penghubung  yang  kuat  antara  pengurus  pusat  dengan  pengurus  didaerah  itu. Pengurus  kuat  didaerah,  the  local  strongman,  yang  kemudian  menjadi  orang
kepercayaan dipusat atau di DPP. Apakah itu berkaitan dengan Hubungan-hubungan ekonomi,  hubungan  social,  dan  hubungan  lain,  kemudian  kepercayaan  itu  muncul
dikalangan local elit didaerah itu. Sehingga  kekuasaan  yang  tadinya  bersifat  terbuka  didalam  proses  pemilihan
demokrasi liberal tadi, jadinya tertutup, ada jenis kekuasaan yang dikemukakan oleh Jonda  Prenter,  ada  kekuasaan  yang  terbuka,  yang  bisa  terlihat  dalam  proses
liberalisasi  transpalansi  pada  waktu  ketika  melakukan  pemilihan  umum.  ada kekuasaan  yang  bersifat  tertutup, yang  justru    berkaitan  dengan  keputusan  yang
diambil  yang  beraada  dalam  wilayah  loby  atau  wilayah  tertutup.  Yang  hanya  dapat dilihat pada saat rapat internal partai. tertentu yang Nampak ketika  loby dan dalam
pengambilan  keputusan  partai.  Ada  wilayah  kekuasaan  yng  sifatnya  tidak  Nampak yang sifatnya hidengemonik, ada sesuatu dalam lingkungan kita yang tidak Nampak,
ada  saatnya  kita  takut  ada  sesuatu  dalam  lingkungan  kita  yang  kemudian  kita  tidak tahu sehingga kita ikut arus, dan itu merupakan wilayah pada yang sifatnya invisible.
Pada saat ada dalam dimensi ideologis dan dimensi budaya itu, kita tidak bisa keluar dari  itu.  Kita  tidak  bisa  melawan  meansteam  Itu  tapi  itu  adalah  kekausaan  yang
tersembunyi  itu,    ketika  kekuasaan  itu  tidak  terlihat,    ini  saya  curigai  ini  yang berhubungan  relasi  antara  pengurus  pusat  dengan  pengurus  didaerah  itu  adalah
kekuasaan yang tersembunyi itu. Yang kemudian membentuk kepentingan ekonomi, dalam  bentuk  relasi-relasi  pusat  dan  daerah,  Menerbitkan  kontribusi  kepada
133
kekuatan  ekonomi  dpp  pusat.  Tidak  mungkin  orang  menggerakkan  partai  politik  di pusat pada saat basic ekonominya tidak kuat. Basic ekonomi itu akan ditundang oleh
ekonomi  yang  ada  didaerah  sehingga  muncullh  kekuatan  ekonomi  itu  dibalik  pada kekuasaan  politik  yang  nampa,  jadi  bisa  saja  yang  terpilih  secara  demokratis  itu
adalah orang yang bisa diterima, tetapi orang yang mengambil keputusan adalah yang bermain  di  belakang  itu.  Dan  itulah  yang  bermain  dalam  hubungan  pusat  dan
didaerah.
Inilah  yang  disebut  dengan  pendekatan  structural,  karna  itu  sejak  reformasi sesungguhnya  kita  itu  tidak  demokratis,  karena  yang  bermain  itu  adalah  kekuasaan
yang tidak terbuka tadi. Yaitu hasil pengembangan budaya dan struktur politik pada masa lalu. Yang kemudian banyak kita lihat yang bermain di partai politik di DPP itu
adalah  mantan-mantan  mereka  yang  sukses  pada  masa  lalu.  Yang  mana  mereka punya  jaringan  di  daerah  yang  kemudian  menjadi  penggerak  di  tingkat  pusat  dan
kekuatan  politik  yang  ada  didaerah.  Sehingga    struktur  itulah  yang  kemudian dibentuk.
Makanya  kekuasaan  itu  tidak  menjadi  terbuka.  Hanya  terbuka  pada  saat  pemilihan umum,  lalu  tertutup  kembali.  Inilah  kekuasaan  yang  tidak  Nampak.  Muncullah
kekuatan ekonomi  dibalik  kekuasan  yang  Nampak.  Yang  menentukan  keputusan adalah orang yanga da dibelakang itu. Ini lah pendekatan structural,
Karna  yang  bermain  adalah  kekuatan  struktur  ekonomi.  Jadi  model  demokrasi Indonesia  ada  yang  bersifat  designer  melalui  proses  demokrasi  prosedural,  tapi  ada
juga yang menolak. Kadang tidak perlu kita punya partai politik, karena situasi tidak menunjang  demokrasi.  Itu  tidak  bisa  diubah  lagi.  Jadi  ada  kekuatan  yang  didalam
yang justru lebih menentukan keputusan yang diambil. Dan ini lah yang disebut oleh William  Reno,  di  Indonesia  ini  ada  negara  yang  ideal  dan  negara  sebagai  suatu
system.  Pada  negara  yang  ideal  kita  lihat  siapa  yang  meentukan  keputusan  dalam legislative,  sedangkan  negara  sebagai  suatu  system  adalah  actor-aktor  yang
menentukan  keputusan  itu  yang  tidak  terlihat.  Jadi  jika  pada  negara  ideal  yang dikemukakan  adalah  statement  atau  pernyataan,  tapi  pada  negara  system  adalah
tindakan-tindakan yang menentukan system itu. Itulah kekuasan yang tidak Nampak atau  the  hidenpowers  itu, sesuatu  yang  tidak  Nampak.  Sesuatu  yang  sudah
diputuskan bersama itu berbeda. Nah, itu yang kita lihat venomena. Kecendurungan ini  diperparah  oleh,  jadi  kita  ada  namanya  demokrasi  politik  Indonesia  kita  harus
menggabungkan pendekatan designer dengan struktual tadi. Kita  harus  menggabungkan,  kita  harus  melihat  bagaimana  lembaga  politiknya,  atau
pengurus  partai  politiknya,  yang  kedua  adalah  bagaimana  kinerjanya, yang  ketiga bagaimana aktornya, nah ternyata yang banyak bermasalah pada pengolahan parpol
adalah pada aktornya, lembaganya oke dan secara document ADART nya oke, yaitu sesuai  prosedur  demokrasi  prosedural.  Tapi  pada  kinerjanya  sudah  mulai  tidak
bagus,  karena  laporan-laporan  yang  masuk  itu  kan  sesaui  peraturan.  Lembaganya keropos,  artinya  aktornya  itu  sudah  dibajak,  sehingga  tidak  ada  lagi  aktor  yang
134
mampu, istilahnya  kapasitas actor untuk membangun demokratis itu sudah tidak ada lagi. karena yang mempengaruhi keputusan adalah bukan yang membuat keputusan
tapi  yang  bermain  dibelakangnya,  ada struktur  social  ekonomi  masyarakat  diluar pada  system  politik  ideal  tadi,  dan  kapasitas  aktor  yang  menjadi  berkurang  di
Indonesia ini, ada dua penyebab:  yang pertama masuknya senioliberalisme sehingga masyarakat  lebih  senang  ke  mol  dari  pada  membina  organisasi  sosial.  yang  kedua
hilangnya fungsi organisasi social yang menjadi penengah masyarakat dengan partai politik.  Sehingga  kalau  kita  lihat,  kinerja  daripada  muhammadyah  itu,  justru  lebih
bagus  sebelum  orde  baru  ketimbang  setelah  orde  baru.  Itu  yang  kita  lihat.  Kenapa? karna  pada  waktu  orde  baru  ada  musuh  bersama.  Tapi  setelah  musush  bersama  itu
hilang,  masuklah  pengaruh  global  yang  masuk  dalam  bentuk  gagasan-gagasan liberalisme.    Sehingga  lemahnya  lembaga-lembaga  organisasi  sosial,  sebagai
penghubung  masyarakat  dengan  partai  politik,  proses  konsolidasi  parpol  dengan demokrasi  sehingga  menjadi  terpengaruh.  jadi  kalau  kita  lihat  orang  yang  alktif  di
organisasi social juga aktif di organisasi politik, namun komitmen di organisasi social semakin  berkurang.  Sehingga  actor  dalam  lembaga  politik  menjadi  melemah
kapasitasnya. Saya  kira  itu  sajalah,  jadi  sharing  saja  kita  kalau  begitu.  Terimakasih,
assalamualaikum wr wb. Moderator:  sebagai  pemancing  saya  kira  saya  mengundang  bapak  dan  ibuk  semua
memberikan  pendapat  sesuai  makalah  masing-masing.  Intinya  yang  pak  tamrin sampaikan,  kenapa  saya  bilang  menarik,  Kaerna  beliau  ini  adalah  orng  yang  dating
dari  ilmu  politik,  saya  mengundang  prof
beliau  mengungkapkan  beberapa catatan  penting,  pertama  diungkapjan  dulu  mulai  dari  dua  pola,  yang  sebenarnya
belaiu ingin sampaikan adalah kekausaan itu sebenarnya ada dua system di Indonesia ada  yang  tertutup  dan  terbuka.  Ini  jadi  rumit.  Kita  milih  orang  si  A,  si  B,  si  C,  Tapi
kenyataannya  yang  membuat  keputusan  adalah  si  Z.  adanya  relasi  ekonomi  yang terbangun, karna ada kekausaan yang terttutup disni. Saran beliau adalah kita harus
menggabungkan  dalam  memetakan  permasalaahn.  Tapi  yang  sangat  bermasalah adalah  aktornya,  ini  benar-benar  pancingan,  ungkapam  awal,  saya  yakin  bapak ibu
punya  pandangan  yang  lebih  jauh  yang  kemudian  dalam  kondisi  seperti  ini  yang mungkin  disepakati,  tapi  karena  dalam  kondisi  seperti  ini  kemana  akan  kita  bawa
permasalahn  ini.  Dan  juga  soal-soal  keuangan  partai  politik,  barang  kali  baik  untuk memicu  saya mengundang  bapakSyamsudin  Haris  dulu,  ooh  biasanya  belakangan
yaboleh. Yang lainnya  barang kali, baik sudah ada tiga. Silahkan. Untuk kepentingan pencatatatn mohon sebutkan nama dan lembaga asalnya.
... Assalamualaikum  Warahmatullahi  Wabarakatuh.  Menarik diskusinya  dengan  apa
yang  beliau  sampaikan,  topic  ini  masih  sangat  jarang  sekali,  dari  segi  pembahasan maupun  dari  segi  referensi  juga  sangat  minim  sekali,  dan  kita  juga  belum  punya
pengalaman  dengan  pengelolaan  keuangan  partai  politik.  Apakah  itu  dijadikan
135
sebagai desentralisasi seperti konsep yang diusulkan. Mengenai hubungan pusat dan daerah, memang ada upaya-upaya yang mendesentralisasikan kewenangan dari DPP
partai ke kewanangan DPD daerah.
Apa  saja  kewenangan  itu,  ada  tidak  upaya  untuk  mendesentralisasikannya.  Jika  kita melihat dalam UU hampir semuanya tidak ada. Jadi upaya kita untuk mensikronisasi,
hampir  tidak  ada,  karena  semuanya  dikunci  dalam  ADART,  bahwa  semua  sudah diatur  dalam  ADART.  Nah  ADART  menjadi  bukti  bahwa  apakah  partai  itu  bersifat
desentralisasi  atau  tersentralisasi.    Itu  yang  membuat  akhirnya  terpecah  belah,  tadi pernyataan  pak  thamrin  yang  saya  amati,  bahwa  kita  sebagai  orang  awam  melihat
apakah bahwa apakah partai PAN itu demokratis atau tidak, saya kira partai itu tidak demokratis karna dalam mengambil keputusan. Hasil survey pak thamrin boleh juga
bahwa  ada  demokratisasi  dalam  DPD  DPD  tersebut  itu  mengubah  persepsi  saya bahwa  Proses  demokratisasi  tidak  juga  harus  melalui  pendekatan  structural,
mengenai keputusan-keputusan yang diambil oleh ketua umum partai, tapi ada juga aspek-aspek lain.
Dalam  hubungan  pusat  dan  daerah,  itu  kan  ada  dua  unsure,  unsure  korporasi  sama kompetitif.  Dan  didalam  tulisan  saya,  saya  lebih  mengarah  pada  proses  yang  lebih
liberatif.
Mungkin  nanti  kita  bisa  mendorong  dengan  semakin  hangatnya  diskusi,  lagi bagaimana  upaya  pengantar,  apakah  kita  harus  mengatur  partai-politik  itu  dengan
seperti  itu,  apakah  parpol  harus  didiseain  sedemikian  rupa  dengan  konsep  otonomi daerah,  yang  ditakutkan  adalah  ketika  pengawasannya  berubah,  itu  bisa  otoriter
sekali,  atau  akan  disalah  gunakan  untuk  menaikkan  popularitas.  Ini  juga  akan menajdi bahan diskusi juga bagi kita bahwa, apa yang harus kita lakukan ketika kita
ingin  mendesentralisasikan  partai  politik.  Kalau  untuk pemilihan-pemilihan  kepala- kepala  daerah  tidak  memerlukan  persetujuan  pusat.  kecuali  Kalau  koalisinya
permanent, itu sepakat, kalau bicara dari awal atau kita menerapkan perilaku dengan konsep  yang  real  dan  jelas.  Situasi  didaerah  kadang  keadaannya  berbeda,  sehingga,
saya  pikir  partai  sudah  memahami  fakta-fakta  ini,  sampai  sekarang  mereka memperbaiki, kaderisasi dulu, agar jelas, Pola kaderisasi,
Kalau  hubungan  pusat  dan  daerah  itu  kita  harus  memiliki  konsep  yang  sedemikian rupa sehingga hubungan masyarakat dan parpol tetap terjaga dengan baik. Atau kita
harus  menerapkan  prilaku-prilaku  seperti  yang  mekanismenya  diterapkan  oleh partai itu sendiri, saya rasa partai-partai itu telah memahami fakta seperti ini bahwa
masyarakat semakin jauh dari parpol itu sendiri, tapi sampai skrg mereka berupaya mengembalikan  kepercayaan  itu.  Sehingga  saya  berpikir  bahwa  partai  harus
membenahi  kaderisasinya  terlebih  dahulu,  bagaimana  memiliki  jabatan  didalam partai  tersebut  harus  melalui  tindakan-tindakan  yang  sesuai  dengan  prosedur,  jika
kita ingin mendisain baik secara politik maupun demokratis saya kira, demokrasi itu harus diterapkan.
136
Moderator: baik,  terimakasih.  Saya  kira  ini  semakin  menarik  dari  pagi  sampai  sore  ini  sudah
mulai  goyah  yam  as,  tapi  pertanyaan  besarnya  begini  apa  yanmg  mau disentralisasikan dan apa yang mau diatur jangan karana kita orang hukum kita jadi
gila ngatur. Dimata partai politik apakah perlu kita mengatur sejauh ini atau dinbatasi hingga  titik  mana  kemudian  muncul  juga  pertanyaan  bagaimana  cara  memaksa
sistem desentralisasi diterapkan didalam parpol. Disitu kata orang hukum digunakan untuk memaksa perubahan prilaku tertentu, lanjut . bagaimana pandangannya
Lutfi: Ada  yang  tau  tidak,  ada  berapa  yang  mengatur  tentang  partai  politik  setelah  saya
menghitung ternyata ada banyak sekali kurang lebih ada enam norma yang memang banyak  sekali.  tapi  tidak  ada  yang  sama  sekali  berbicara  tentang  demokrasi  partai
politik.  Saya  sebenarnya  sudah  membuat  sebuah  paper,  Dari  sekian  banyak  norma, pertama terkait pasal 6a, pasal 24c, pasal 22e ayat 3 tentang peserta pemilihan umum
DPD dan DPRD. Dan saya ingin coba lebih tahu lagi, saya melakukan research tentang partai  politik  itu,  tapi  tidak  ada  sama  sekali  yang  berbicara  tentang  desentralisasi
parpol. Saya temukan banyak sekali isu. Ada beberapa pandangan terkait penguatan kursi di kursi pemerintahan, tapi tidak ada sama sekali yang berbicara tentang upaya
desentralisasi  politik  pusat  daerah  dan  lain  lain.  Tapi  ada  dalam  pasal  22e  ayat  3 penafsiran konstitusi itu ada dua
1. Origenalirme, terkait hasil keputusan 2. ....
Kemudian melalui dua penafsiran ini, hubungan desentralisasi itu sebenarnya sudah ada.  Seperti  kewenangan  untuk  menyediakan  kandidat.  Dan  pemahaman  saya
sebenarnya  terkait  pemahaman  kontitusi  yang  saya  tulis  dalam  makalah  saya  dan saya ingin mengucapkan satu hal yang menjadi alas an konstitusional bagi kita terkait
bagaimana kita menjalankan budaya partai politik.
Moderator: Baik  terimakasih.  Tidak  apa  apa  tidak  ada  solusi.  Kita  disini  tidak  diminta  untuk
mencari  solusi,  tapi  kita  diminta  berdiskusi  biasa  terkait  keilmuan  yang  kita  punya. Ini  merupakan  diskusi  yang  sangat  menarik  mungkin  karena  dilatarbelakangi  oleh
mas lutfi bekerja di MK, jadi kerjanya ngeliatin undang undang, penafsiran konstitusi dan  risalah  jadi  menemukan  ada  enam  kali  partai  politik disebutkan  dalam  undang
undang dasar. Apakah ada masukan lagi dari para pesrta lainnya?
Dodi nur andryan: Kalau  berbicara  mengenai  hubungan  politik  pusat  dan  daerah,  bisa  kita  kembalikan
lagi dalam satu ilmu hukum ada satu ilmu hukum yang keluar dari HTN, yaitu Hukum administrasi  negara.  Yang  bisa  menjadi  jembatan  disitu.  Sebenarnya  ini  terkait
137
dengan  sengketa  partai  politik  tapi  saya  coba  menjawab  pancingan  dari  Mas  Harun yang  bisa  terkait  dengan  masalah  itu.  Dari  tadi  saya  gatel  banget  menunggu
pancingan  dari  bang  refi.  jadi  di  dalam  hukum  tata  negara  mengkaji  negara  dalam keadaan bergerak lain lagi dalam hubungan pusat dan daerah, banyak teori teori yang
mengatur tentang delegasi dan desentralisasi dan retribusi. Kalau kita kaji lagi kaitan pusat dengan daerah, ketika terjadi sengketa antara partai
politik  baik  itu  internal  maupun  eksternal  kaitannya  kalo  di  galakkkan,  jika  terjadi sengketa  atau  perselisihan,  hukum  administrasi  bekerja  disini,.. standar  operasional
turunan  dari  sop,  keuangan  yang  utama  surat- surta  keputusan,  dan  segala  surat menyurat  dari  partai  tersebut.  Tapi  ini  menjadi  kelemahan  bagi  pengurus  di  daerah
oleh  manusianya  terutama  di  daerah  daerah  terpencil  minim  administrasi.  Mungkin mereka tidak pernah  membaca ADART, SK  SK kepengurusan. Inilah jembatan yang
sebenanarnya  mejadi  penghubung  ketika  ada  sengketa  antara  pusat  dan  daerah hukum administrasi negara bekerja disini
Basic  by  document,  kaitannya  lagi  pancinngan  dari  pak  Refi  tadi  kaitannya  dengan keuangan  partai  politik.  Saya  pikir ketika  terjadi  sengketa  tidak  bisa  diselesaikan
secara  internal  yaitu  ketika  telah  masuk  dalam  ranah  penggelapan  penyelundupan jadi  harus  diselesaikan  secara    eksternal  atau  pidana.  Kemudian  kaitannya  lagi
dengan  konsep  ADR.  Undang  undang  yang  mengatur  tentang  ADR  undang  undang nomor  39  tahun  2019  diperuntukkan  untuk  lembaga  seperti  bank,  perdagangan
saham,  badan  hukum  perdata.  Cirri  khas  dari  ADR  ini  bahwa  bisnis  itu  harus menyelesaikan  sengketa  secara  diam  diam.  Kemudian  ini  diadopsi  oleh  undang
undang  partai  politik  nomor  1  tahun  2008.  Yang  menjadi  pertanyaan  kita  adalah apakah parpol ini masuk dalam ranah ADR yang seharusnya berdiri sendiri. Ini harus
dikembalikan  lagi  konsepnya  seperti  apa.  Menurut  saya  itu  saja  dari  saya  mengenai desentralisasi partai politi dan sengketa partai politik.
Emy hajar abra: Terimakasih,  saya  mungkin  agak  berbeda  persepsi  mengenai  hubungan  pusat  dan
daerah bahwa saya sangat tidak setuju dengan desentralisasi. Hubungan  pusat  dan  daerah  saya  sangat  tidak  sepakat  dengan  penggunaan
desentralisasi,  kecuali  perspektif  nya  kita  dudukkan  dengan  tepat.  jadi  kalau menggunakan  perspektif  desentralisasi,  kalau  yang  digunakan  adalah  desentralisasi
dengan  konsep  yang  lain  acuannya  adalah  pemerintahan  daerah  justru  akan  terjadi multi  konflik  dimana  kerja  pusat  dilimpahkan  ke  daerah  maka  saya  akan  melihat
dengan Dua solusi:
1. Manusianya, 2. Masalah Pusat
Jika  dilihat  dari  hubungan  pusat  dan  dearah  maka  yang  dilihat  adalah  kewenangan pusat,  kekuatan  pusat  disalurkan  ke  daerah.  tidak  mungkin  pusat  dan  daerah
138
memiliki  perbedaan.  Walaupun  ada  konflik  itu  hanya  masalah  internal  partai.  Yang jadi  pertanyaan  kita  adlah  apakah  pengaturan  ini  sampai  di  tingkat  undang  undang
atau  sekedar  di  ADART.  Muncul  perdebatan  saya  melihat  bahwa  cukup menimbulkan konflik. terimakasih
Ibrahim: Baik  saya  kira  begini  yang  jadi  masalah  adalah  masalah  sistem  tertutup  dalam
pencalonan  kepala  daerah  dari  partai  politik.  Dan  yang  jadi  permasalahan  adalah yang  dari  pusat  selalu  diutamakan  dengan  cara  negosiasi  dan sebagainya.  Ini  salah
satu  contoh  permasalahn  daerah  yang  tidak  mengakomodir  partainya  di  daerah akibatnya yang terjadi tarik ulur pengurus harus siap diganti dengan seseorang yang
bisa melobi di tingkat nasional. Beberapa partai sudah mendekarasikan menyediakan fasilitas di tingkat DPD. Yang jadi permasalahan adalah apakah undang undang harus
mengatur  sampai  kesana  atau  tidak?  Disatu  sisi  ada  ketidaksiapan  partai  politik menerima  pengaturan  ini  karena  lemahnya  komitmen  di  tingkat  daerah.  Hampir
semua politisi itu adalah pengusaha yang dibiayai oleh jaringan jaringan nasional dan ada persoalan persoalan yang memang tidak  bisa dilimpahkan ke daerah contohnya
keputusan  yang  diambil  di  tingkat  local  dan  ada  keputusan  yang  diambil  bersama. kemudian  kita  berbicara  mengenai  ideologi  seperti  ada  masyarakat  miskin  di  suatu
daerah yang menjadi persoalan sensitif partai politik. Jadi misalnya diatur  dan ada partai yang tidak bisa diatur demi demokratisasi partai.
..... Kita ingin juga menyadarkan bahwa negara kita itu negara hukum dan partai politik
merupakan  instrument  yang  baik  dalam  mencapai  negar  demokrasi.  Kita  sudah sering  melahirkan  uu  parpol,  sejak  zaman  reformasi  sudah  banyak.  Tapi  kita  lupa
menoleh  apakah  undang  undang  tersebut  sudah  terealisasi  dengan  bagus.  Dari deretan undang undang itu kelihatanlah bahwa tujuan parpol itu jelas sehingga sesuai
dengan pancasila tujuan negara.
Kalau  ini  memang  aset  negara,  perlakukan  dengan  kasih  sayang.  Dalam  rangka  itu juga  termasuk  penyelesaian  konflik  secara  intern.  Kalau  kewenangan  itu  diberikan
secara full diserahkan kepada mahkamah partai, tidak ada kekuasaan lain lagi seperti dilempar  ke  mahkamah  agung.  Kita  harus  memberikan  deskripsi  yang  jelas  tentang
mahkamah partai, komposisi anggota mahkamah partai yang berjumlah tujuh. Enam dari anggota partai politik dan satu orang dari hakim luar.
..... Terimakasih,  saya  kira  ini  membutuhkan  perhatian  kita  khususnyaperhatian  kita
terkait  mahkamah  partai.  Saya  berasl  dari  ilmu  politik  sehingga  saya  berbicara tentang intervensi parpol itu dibagi menjadi dua. Ada private speaking dan ada public
speaking.  Ada parpol  pemerintah  dan  ada  parpol  komposisi.  Tapi  yang  terjadi  di
139
Indonesia  adalah  parpol  yang  terbentuk  merupakan  kolaborasi  dari  teori  yang  ada. Partai poltik aakan melakukan penjagaan terhadap maruahnya dari consensus politik.
Komplikasinya  adalah  pada pembiayaan  parpol  sangat  susah  untuk  mengatur mengenai  kolaborasi  antara  pusat  dan  daerah.  Betapa  banyak  partai yang  membuat
sendiri  polanya  seperti  pola  pembiayaan.  Saya  kira  asumsi  tadi  harus  dipatahkan berangkat  dari  konstitusi  kita  pasal  1  ayat  1,2dan 3.  Mau  tidak  mau  kiat  berbicara
pada  implikasi  partai  politik  yang  rendah  sehingga  hukum  harus  hadir  memberikan pembatasan mengatur pola hubungan tadi. Positifisasi partai politik menjadi penting
untuk  dibahas  jangan  sampai  dari  dulu  sampai  sekarang  hanya itu  persoalan  kita. Walaupun  kita  tidak  membatasi  paling  tidak  desentralisasi  itu  mengatur  batasan
batasan  sehingga  bisa  memberikan  pembelajaran  poltik  yang  bagus  bagi  pengurus selanjutnya
Esti ekawati: Karena perspektif saya adalah politik jadi saya ingin membahas tentang konstitusinal
parpol. Apakah itu membahas mengenai kaderisasi dimana kesulitan untuk  mencari calon  pemimpin  itu  sebenarnya  ada  institusional  sendiri  dari  partai  politik  itu.  Cara
mewujudkan  intitusinal  partai  poltik  itu  menjadi  lebih  baik  busa  ditandai  dengan kepatuhan  anggota  parpol  terhadap  ADART  secara  keseluruhan.  Kemudian
keinginan  partai  yang  dikendalikan  oelh  sistim.  Untuk  menjadi  pemimpin  harus mematuhi sistem yang ada di dalam ADART kemudian partai itu bisa disebt sebagai
sebuah  lembaga  adalah  setelah  memahami  mekanisme  penyelesaian  konflik  yang diselesaikan  oleh  internal  partai  itu  sendiri.  Disini  pentingnya  manajeman  konflik
untuk  mereduksi  segala  sentral  yang  ada  di  dalam  partai.  Kemudian harus  ada  nilai nilai  yang  harus  disepakati  oleh  kader  kader  yang  memiliki  ideology  sebagai
solidaritas  dan  adanya  kaderisasi  yang  mampu  memahami  dan  mereduksi  orang orang baru pemilik modal yang berkeinginan memimpin partai itu. Ini memacu konfli
dalam partai itu sendiri. Benahi dulu partainya, benahi dulu lembaganya, baru dibuat perturan yang mampu dipatuhi oleh parpol itu sendiri. Kalau tentang hubungan pusat
dan daerah, saya sangat setuju dengan sistem desentralisasi. Terimakasih. .....
Terkait  dengan  persoalan  itu  merupakan  masalah  internal  partai.  Parpol  berbeda dengan  yayasan  lembaga  perguruan  dan  lainnya.  Orientasinya  itu  berada  di  DPP.
Dalam  struktur  organisasi  partai  itu  ada  perangkat  perangkat  yang  memang  ada  di tingkat DPP tapi tidak ada di tingkat DPC. Ini yang menjadi konflik yang mana badan
legislative  itu  hanya  di  tingkat  DPP.  Ini  membuat  terjadinya  sistem  kepemimpinan bertingkat.  Permasalahan  antara  pusat  dan  daerah  menghambat  kinerja  partai,
mekanisme  penyelesaian  konflik  diperlukan  sejauh  ini.  Selanjutnya  mengenai komposisi mahkamah partai tidak diatur sampai sejauh undang undang. Hanya dalam
ADART.  Kita  tidak  melihat  proses  dari  atas  sampai  kebawah  ini  dalam  manajemen
140
konflik  ya,  seperti  yang  di  daerah  membantu  atasan  saja.  Sebaiknya  yang  diatur dalam  undang  undang  adalah komposisi  kepengurusan  di  daerah.  Bagaimana
susunan partai agar bisa bekerja sebagaimana fungsinya.
Moderator: Terimakasih ini penutup yang sangat relevan. Ada beberapa catatan yang saya buat
Catatan: 1. Menarik  karena  kita  mulai  dengan  landasan  teoritik. yang  saya  kira
semuanya  sepakat  bahwasanya  ada  System  kekuasaan  terbuka  dan system  tertutup.  Dan  bagaimana  meminimalkan  pengambilan
keputusan yang tertutup itu karena da relasi ekonomi yang terbangun yang bisa memicu terjadinya korupsi dan sebagainya.
2. Kita mau  disentralisasi,  namun  sejauh  mana  mau  atur, karena diingatkan  juga  tadi  soal  negara  hukum  kita  perlu  pembatasan
tersendiri.  Kita  perlu  kesepakatan  tentang  apa  yang  perlu  diatur  pola hubungan  antara  DPP  dengan  DPD  desentralisasi  itu  apa  harus
diclearkan dulu. Barangkali SDMnya perlu dibenahi dan difasilitasi.
3. Yang  perlu  diatur  yaitu  pola  pembiayaan,  multi  finance  yang  rentan dengan  korupsi  dan  lain  sebagainya  sehingga  diperlukan  mekanisme
penyelesaian konflik.
Tapi  sebelimnya  kita  belum  pernah melakukan  evaluasi  terhadap  UU parpol barangkali bisa kita bicarakan disini untuk masukan besok.
Fasilitator: Khairul Fahmi
Bapak ibu yang saya hormati, ini supaya ada sesuatu yang bisa kita bawa, dan tidak mungkin  juga  kita  mengambil  kesepakatan  setuju atau  tidak,  tapi  jika  pointnya  kita
meemang  searah,  kita  ambil,  kalau  tidak  kita  cukup  memeberikan  catatan-catatan terhadap  point  yang  tadi  kita  perbincangkan  mulai  dari  pagi.  Khususnya  terkait
dengan  tema  penyelesaian  sengketa  partai  politik  dan  juga  mengenai  hubungan parpol pusat dan daerah.
Kesimpulan: 1. Penyelesaian  sengketa  parpol, yang  pertama  terkait  penyelesaian  sengketa
parpol. Kita punya tiga garis besar. 2. Mengenai  bentuk  hubungan  aprpol  pusat  dan  daerah  dalam  penyelesaian
sengketa.  Pilihannya  adalah  apakah  ingin  diatur  dalam  UU  atau  cukup diimplementasikan  dalam  ADART.  Ditarok  diawal,  karena  ini  adalah
pembahasan  yang  utama  dan  lebih  jauh  kita  membahas  substansinya.  Mau
141
dua-duanya  juga  bisa,  tapi  focus  kita  adalah  apakah  kita  mau  mengatur  lebih jauh  dan  detail  dalam  undang-undang  mengenai  mekanismenya.  Atau  kita
mengatur didalam UU, sedangkan lebih lanjut diatur dalam ADART mengenai mekanismenya. Jadi yang mana yang kita pilih?
Memang  didalam  Uu  diatur,  namun  didalam  ADARTnya  lebih  jelas  diatur.    Artinya diatur didua-duanya.
Ilhamdi taufik: tentu  kita  lebih  cendrung  para  bentuk  UU.  Sehingga  intervensi  pemerintah  untuk
mengatur ADART tidak ada lagi. ADART itukan sangat banyal, sedangkan UU hanya satu.  Dalam  undang-undang  akan  lebih  mengikat.  Dan  timbul  keseragaman  dalam
penyelesaian konflik.
Ardilaf: Baik,  itu  dari  Bapak  Ilhamdil.  Tapi  saya  berfikir  kalau  dia  di  atur  dalam  UU,  tapi  itu
akan mengurangi nilai demokratis partai itu sendiri.
Seleksi  alamiah  itu  pasti  akan  ada.  Parpol  yang  tidak mamopu  menyelesaiakn sengketa  internal  sehingga  perlu  kita  berikan  solusi,  partai  itu  bisa  menggugat  di
mahkamah.  kalau  semua  partai  memiliki  mahkamah  partai,  itu  bukan  lagi penyelesaian  secara  internal,  karena  setiap  partai  politik  itu  punya  kewenangan
menyelesaian  persoalan  nya  sendiri.  Tidak  bisa  diselesaikan  oleh  orang  luar.  Diatur lembaganya, kemudian jaminannya adalah demokrasi yang ada didalam partai poltiik
itu sendiri. Tapi secara teknis operasionalnya.
Ilhamdi taufik: saya  kurang  sependapat  dengan  Ardila  Fiza,  bahwa  kalau  kita  menginterfensi
penyelesaikan  konflik  melalui  mahkamah  partai,  berarti  kita  tidak  desentralisasi, misalnya  komposisi  mahkamah  partai  itu  kan  ada  juga  orang  luar.  Sehingga  dalam
penyelesaian masalah partai dapat terselesaikan dengan baik. Masalah internal partai ini  sangat  mempengaruhi  dalam  5  tahun  terakhir  ini.  Itu  tidak  berarti  kita
menghilangkan  kebebasan  partai,  kita  hanya  menapik  sebagian  kecil,  ada  ruang supaya  tidak  terlalu  memberikan  kebebasan  dalam  partai  itu  sendiri.  Karena  buda
masing-masing partai itu berbeda-beda.
Fasilitator: Khairul Fahmi jadi  ini  ada  dua  ya,  mekanisme  diatur  didalam  UU,  tapi  juga  disebutkan  didalam
ADART. Sepakat?
Forum: sepakat.
142
Ardilaf: Apakah kekuatan mahkamah partai itu ada internal atau harus ada eksternal?
Refli harun: Sebenarnya kalau mau ada diatur didalam UU itu kan, ada materi yang interfentif dan
ada materi yang non-interfentif. Kalau kita hanya mengatur mahkamah partai. Terdiri dari  orang  independen  dan  lain  sebagainya.  Tapi  intinya  kita  kan  tidak  mengacak-
ngacak  partainya.  Nah  yang  menjadi  masalah  Cuma  apakah  akan  disebutkan  dalam UU atau sekedar ADART. Kalau dalam UU ada kepastian. Hukum acaranya diatur di
dalam UU.
Fasilitator: Khairul Fahmi
jika  ini  pandangan  kita  bersama,  kita  bungkus,  bagaimana  isinya  ya  partai  yang isinya.  pelaksanaannya  ya  partai  yang  ngatur,  mekanisme  dan  hukum  acara  diatur
dalam uu.
1. Yang  ebrikutnya  adalah  soal  institusi.  Institusi  yang  akan  menyelesaikan sengketa parpol
a. Internal parpol: mahkamah partai b. Ekternal
: arbitrase atau pengadilan c. Gabungan
Kalau kita bicara internal dan eksternal, itu ada pengadilan dan non pengadilan. Lalu kita memilih lembaganya.
Esty ekawati: sebentar, saya ingin mengclearkan saja, bahwa tadi dalam sengketa parpol itu tanpa
memisahkan  sengketanya,  jika itu  sistem  kita,  itu  sudah  menyalahi  sistem  diluar pengadilan.  Bahwa  jiak  kita  mau  konsistenkan,  harus  ditentukan  mana  yang  mau
diselesaikan  diluar  pengadilan,  mana  itulah  finalnya,  mana  yang  diselesaikan didalam,  maka  itulah  finalnya.  Maka  kalau  kita  gabungka.  Jika  sudah  berbicara
mengenai  ADART  jangan  bicara  lahgi  soal  penagdilan.  itu  harus  ada  pembedanya. Jika kita gabungkan itu, maka kita tidak tunduk dengan sistem pengelesaian sengketa
diluar pengadilan atau arbitrase.
Emy hajar abra: jika  digabungkan,  jika  berbicara  mengenai  adart  maka  tidak  boleh  diinterfensi
dengan pengadilan.
Refli harun: kita  samakan  perspektif  dahulu,  apakah  mau  internal,  eksternal,  atau  gabungan.
Kalau  saya  lihat,  semangat  inikan  maunya  internal.  Diselesaikan  oleh  partai  politik. Nah  yang  eksternal  berarti  diluar  pengadilan.  Nah,  kita  dapat  kombinasinya.
143
permasalahan  diselesaikan  oleh  parpol  sendiri.  sekarang  baru  beranjak  ke lembaganya. Apakah mahkamah parpol ataukan badan arbitase dan sebagainya. Jadi
gabungan internal eksternal, tapi out of the court. Jadi pilih dulu perspektifnya.
Fasilitator: Khairul Fahmi kita setuju eks atau int. untuk dibawa keluar arbitrase atau kepengadilan? Arbitrase
bisa dibentuk satu institusi pengelolaan partai.
Refli harun: boleh tidak saya usul begini. jadi setiap masalah partai diselesaikan internal, tapi jika
tidak selesai baru boleh dialihkan kebadan arbitrase politik. Karena jika langsung ke arbitrase,  tidak  menghargai  perspektif  internal  tadi.    Yang  bekerja  ketika  ada  kasus,
kalau tidak ada kasus ya tidak bekerja.
Fasilitator: Khairul Fahmi artinya  dia  tidak  memiliki  institusi  tersendiri  ya?  Dia  masih  dalam  partai,  tapi  ada
organ lain. melibatkan lembaga lain yang diluar pengadilan.
Ardilan: tadi  saya  katakan  bahwa  saya  sangat  setuju parpol  punya  pertanggungjawaban  dan
mempunyai  jiwa  masing-masing.  Jiak  ada  sengketa  internal,  ada  penyelesaian internal.  menyangkut  moral  partai.  Tidak  boleh  dibawa  keluar.  Arbitrase  bukan
internal,  ada  dua  pihak,  kalau  dia  sekedar  dikatakan  internal  partai  politik.  Kalau parpol  tidak  mampu  menyelesaikan  masalahnya  sendiri,  maka  tidak  layak  disebut
partai  politik.  bisa  diajukan  ke  makamah  pemerintah  sebagai  pihak  yang  bisa mengajukan partai politik kepada mahkamah konstitusi. Apabila parpol tidak mampu
menyelesaikan  sekian  tahun,  kita  serahkan  ke  MK  untuk  mengajukan pembubarannya,  tapi  kalau  kita  serahkan  ke  pihak  konsolidasi  dan  mediasi,  itu
adalah  pihak  eksternal,  dalam  format  keprdataan,  personal  dengan  personal, kelompok dengan kelompk, bukan internal, karna kita harus menyelesaikan point di
dalam diri kita, bukan diluar dirikita.
Fasilitator: Khairul Fahmi kasus  yang  atdi  disampaikan  oleh  pak  ardilan,  artinya  kalau  konflik  dari  luar  forum
tertinggi  maka  diselesaikan  internal.  Tapi  jika  konflik  muncul  dari  forum  tertinggi, artinya  muncul  dua  kekuatan  besar  antar  partai  yang  berkonflik  tentu  tidak  bisa
diselesaikan  oleh  mahkamah  partai.  Itu  salah  satu  contoh  pak.  Mungkin  ini  yang dibawa ke arbitrase.
Ardilan: Mahkamah  partai  itu  sifatnya  tetap  kalau  ini  bisa  diselesaikan.  Sulitkah  mencari
orang yang benar-benar cinta terhadap partainya, terutama untuk negarawan. Kalau
144
dia adalah orang P3,  dia tidak akan  mau menghancurkan P3 demi pribadi yang ada. Partai  politik  yangs  eperti  itu  saya  rasa  merupakan  partai  yang  tidak  bertanggung
jawab terhadap anggotanya.
Prof Syamsudin Haris: Saya  sedikit  aja  yah,  saya  setuju  dengan  argument  pak  ardilafiza,  bahwa  konflik
sengketa  itu  dituntaskan  ditingkat  internal.  Kalau  kita  coba  menerjemah argumentnya  adalah  bahwa kalau  konflik  sengketa  itu  terkait  partai,  ya  selesai
dipartai.  Makanya  menjadi  penting  disini  komposisi  mahmakah  itu  sendiri  sehingga memiliki  cukup  kewibawaan,  bagaimana  membentuk  mahkamah  yang  credible,
sehingga dapat menyelesaikan sengketa atau konflik tanpa pengecualian.
Rosyita: Maaf bapak apabila tadi kita sudah membungkus apakah ini gabungan, artinya ini kita
balik lagi kebelakang. Jadi saya pikir tidak akan selesai jika kita membahas dari sesi pertama  sampai  sesi  terakhir  jika  harus  kembali  lagi  ke  awal.  Kalau  tadi  sudah
sepakat, internal dan eksternal, jadi ya sudah gabungkan saja. Jadi mas Fahmi jangan kembalikan lagi, seperti itu. Nah, kita tadi membicarakan lembaganya, bahwasannya
seperti  itu  nantinya  adalah  menuju  mahkamah  kosntitusi.  Akan  ada amandement. Yang berdampak pada pembubaran partai politk. Itu bukan lagi permasalahn internal.
Kita berbicara tentang ideology. Sehingga kita tidak berdebat panjang lagi. Jadi bang Fahmi  ketika  didepan,  kalau  membungkus,  bungkus  yang  rapi  dan  rapat.  karna jam
nya juga sudah jam 6.
Fasilitator: Saya setuju dengan bungkus membungkus tadi. Tapi ini ada satu lagi.
Emy: terakhir  ya  pak,  terkait  penyelesaian  sengketa.  Kalau  sesuai  pemahaman  saya,
internal itu tidak ada lagi konsiliasi, mediasi, arbitrase, karena sudah ada mahkamah partai. mahkamah partai adalah internalnya, jadi harus final and binding. Maka dalam
internal  itu  masukkan  orang  externalnya,  bukannya  ada  eksternal  lagi.  Kemudian yang  terakhir  itu  masalah  pengadilan.  Itu  internal  parpol  itu  ada  mahkamah  partai,
yang  terdiri  dari  internal  dan  eksternal.  Kemudian  ada  eksternal  ketika  konfliknya tidak mungkin diselesaikan di internal.
Fasilitator: Point  permasalahan  parpol  diselesaikan.  Sengketa  parpol  diselesaikan  oleh
mahkamah partai. Mekanisme diperkuat oleh ADART
Refli harun:
145
jadi  hanya  mengingatkan  saja,  dalam  konteks  yang  saya  pikir  bahwa  tidak  melihat realitas. Jadi yang dilakukan oleh democrat adalah, dia merecall lima orang, yang akan
diganti  oleh  orang  lain.  Rekomendasi  saya  adalah  internal  boleh,    recall  ditiadakan. tidak ada lagi mekanisme eksternal yang bisa mengatur secara suka hati.
Fasilitator: kewenangan recall dihilangkan. Stuju? baik, yang terakhir, ini juga sudah kita sepakati
bahwa hukum acaranya diatur dalam UU. Berikut nya adalah soal hubungan pusat dan daerah, butuh pengaturan dalam UU dan
ADART.  Tapi  ada  penekanan  bahwa  tidak  semuanya  kita  tarik  dalam  ranah pengaturan. Untuk itu kita membatasi dengan memuat prinsip-prinsip umum dalam
keuangan  daerah,  penyelesaian  konflik tidak  kita  bahas  lagi.  Jadi  apa  batasan  kita menagtur dalam UU? Jadi tadi kan kata bang Bambang tadi kepastian itu kan perlu. Ini
gimana kira-kira?
Prof syamsudin Haris: jadi  saya  pikir  desentralisasi  sebagian.  Kewenangan  partai  itu  memang  memiliki
pembagian  pusat  dan  daerah.  Batasannya  ada  3  wilayah,  yang  kedua  adalah pendekatan  oleh  calon  legislative.  Desentralisasi  itu  selevel.  Jadi  begini,  untuk
penetapan caleg, tapi kalau hanya dilakukan oleh pengurusan satu level dibawahnya, dan  persetujuan  itu  dilakukan  oleh  satu  level  diatasnya..  Contoh,  untuk  caleg
kabupaten  DPD  kabupaten  kota,  itu  pengusulannya,  pengajuannya  dihasilkan  oleh DPD,  tapi  di  tetapkan  kewenangannya  satu  level  diatas  DPC.  Nah  begitu  juga  untuk
caleg lainnya, satu level diatasnya. Caleg kota menjadi otoritas DPD kabupatenkota. Berarti berjenjang.
Ilhamdi taufik: kalau  demikian  yang  disampaikan  prof.  itu  kan  ada  dua  pintu.  Pengusulan  dibawah,
dan  penetapan  dipintu  atas.  Itu  kan  biasanya  masalah  dipenetapan.  Ini  yang  kita ragukan. Ini menjadi persolan. Misalnya, dpc telah berkali kali mendemo dpp. Kenapa
usulan dibawah ini tidak diterima, sampai membakar kantor. Ini persoalannya. Saya  menangkap  tadi  apa  yang  dikatakan  prof.  pertama  usul  dari  yang  dibawah,
ketetapannya  diatas.  Ini  materilnya  oke  disini,  nah  inilah  orangnya.  Layak  menjadi calon.  tapi  dia  bisa  mental oleh  satu  tanda  tangan.  Karna  kertas  kop  dipegang  oleh
DPD. Bagaimana mengisolasi persoalan ini?
Prof syamsudin: otoritas  yang  dimiliki  oleh  DPD  sebutlah  wilayah  Kota  Kabupaten  atau  Provinsi,
kalau 1100 persen, bisa jual beli peluang menjadi peluang  menjadi caleg. mengenai presentase  kewenangan  itu,  tapi  secara  substansi.  Sebab  bagaimanapun,  pengurus
daerah  tidak  punya  modal.  Baik  dalam  hal  uang  maupun  yang  lain-lain.  Pada umumnya parpol kita bersifat yang bawah kan ngikut.
146
Fasilitator: kita cukup 10 menit lagi.
Zulya asma vikra: udah jelas tadi sama prof. syamsudin hadis. Ada 3 point yang disampaikan beliau itu,
masalah  penetapan  ketua  partai,  kedua  masalah  penetapan  ketua  DPD,  yang  ketiga masalah penetapan peserta calon pilkada. Yang kemudian di atur didalam UU. Apakah
selevel  atau  satu  tingkat  diatasnya.  yang  selama  ini  berjalan  adalah  satu  tingkat diatasnya, mungkin mekanisme berbeda setiap partai, diatur dalam ADART.
Fasilitator: kita tarik kesimpulan ya.
Refli harun: kita mengatur apa yang bisa diatur dalam UU. Dan jangan lupa nanti mengatur kalau
ada konflik, kita sudah sepakat diserahkan ke mahkamah partai. Jadi pengusulan itu harus  dari  bawah.  Anggota DPR,  DPD  plus  kepala  daerah.  Pertanyaannya  adalah
bagaimana mereka mengatur sistem dipartainya. Yang penting adalah ketika mereka mendaftar  di  KPU  harus  ada  dokumennya.  Hasil  musyawarah.  Saya  mengusulkan
kalau  dia  adalah  anggota  DPRD  tingkat  KabKota  itu  dihasilkan  dari  hasil musyawarah  Kab  Kota.  Provinsi  juga  begitu.  Tapi  intinya  adalah  harus  buttom  up
dari bawah itu.
Fasilitator: Baik, terimakasih. Bisa kita bungkus ya, ada 3 point
1. Pengusulan  caleg  dan  kepala  daerah  harus  buttom  uptapi  mekanisme diserahkan kepada partai,
2. Penetapan caleg dan kepala daerah kita atur dalam UU 3. Proses seleksi dan penetapan calon dilakukan secara berjenjang.
Itu  saja  pointnya,  silahkan  pilih  siapa  yang  akan  menyampaikan  pointnya  di penyampaian hasil PGD II besok pukul 08.30. Terimakasih dan mohon maaf kalau ada
yang salah. Assalamualaikum Wr. Wb.
147
PARALEL GROUP DISCUSSION RUANGAN 3 Tema: Sumber, Pengelolaan, dan Pengawasan Dana Partai
                