SESI TIGA 16.00-18.00 WIB Moderator:

132 maupun tentang penetapan calon-calon pemimpin yang diwakilkan oleh masyarakat, sehingga persoalan-persoalan ini, sering sekali bentrok kepentingan antara keputusan yang diambil pengurus partai daerah dengan apa yang disuarakan dalam masyarakat. Ada beberapa point penting yang diungkapkan. Nah disini bagaimana caranya memutus hubungan rantai itu, terlihat bahwasannya semakin otonom pengurus partai di daerah itu dalam proses pengambilan keputusan, semakin demokratis lah partai politik itu. Tapi itu tidak mudah dilakukan, karna ada persoalan system yang harus kita benahi ya, yang ada kaitan nya dengan parpol, system pemilu, pemilih, dan dengan pemerintah itu sendiri. Jadi kita lihat, bahwasannya demokrasi yang masuk di Indonesia ada dua pola. Pola designer dan pola strukturalisme. Jadi kita lihat bahwasannya, demokrasi yang masuk di Indonesia itu ada dua pola: 1.pola designer Memasukkan demokrasi yang bersifat mengemukaan demokrasi yang berdasarkan procedural, adanya pemilihan pemilihan bebas secara kopetitif 2. strukturalisme Ada proses liberalisasi dan kompetisi. Setiap calon memiliki peluang untuk dipilih dan memilih dalam kondisi ini. Nyatanya dalam perjalanan reformasi kita banyak implikasi implikasi yang lahir dari persoalan demokrasi liberal yang dikemukaan dalam system itu. Salah satunya adalah lahirnya peran local elit atau epranan-peranan elit lokal yang menjadi manta rantai penghubung yang kuat antara pengurus pusat dengan pengurus didaerah itu. Pengurus kuat didaerah, the local strongman, yang kemudian menjadi orang kepercayaan dipusat atau di DPP. Apakah itu berkaitan dengan Hubungan-hubungan ekonomi, hubungan social, dan hubungan lain, kemudian kepercayaan itu muncul dikalangan local elit didaerah itu. Sehingga kekuasaan yang tadinya bersifat terbuka didalam proses pemilihan demokrasi liberal tadi, jadinya tertutup, ada jenis kekuasaan yang dikemukakan oleh Jonda Prenter, ada kekuasaan yang terbuka, yang bisa terlihat dalam proses liberalisasi transpalansi pada waktu ketika melakukan pemilihan umum. ada kekuasaan yang bersifat tertutup, yang justru berkaitan dengan keputusan yang diambil yang beraada dalam wilayah loby atau wilayah tertutup. Yang hanya dapat dilihat pada saat rapat internal partai. tertentu yang Nampak ketika loby dan dalam pengambilan keputusan partai. Ada wilayah kekuasaan yng sifatnya tidak Nampak yang sifatnya hidengemonik, ada sesuatu dalam lingkungan kita yang tidak Nampak, ada saatnya kita takut ada sesuatu dalam lingkungan kita yang kemudian kita tidak tahu sehingga kita ikut arus, dan itu merupakan wilayah pada yang sifatnya invisible. Pada saat ada dalam dimensi ideologis dan dimensi budaya itu, kita tidak bisa keluar dari itu. Kita tidak bisa melawan meansteam Itu tapi itu adalah kekausaan yang tersembunyi itu, ketika kekuasaan itu tidak terlihat, ini saya curigai ini yang berhubungan relasi antara pengurus pusat dengan pengurus didaerah itu adalah kekuasaan yang tersembunyi itu. Yang kemudian membentuk kepentingan ekonomi, dalam bentuk relasi-relasi pusat dan daerah, Menerbitkan kontribusi kepada 133 kekuatan ekonomi dpp pusat. Tidak mungkin orang menggerakkan partai politik di pusat pada saat basic ekonominya tidak kuat. Basic ekonomi itu akan ditundang oleh ekonomi yang ada didaerah sehingga muncullh kekuatan ekonomi itu dibalik pada kekuasaan politik yang nampa, jadi bisa saja yang terpilih secara demokratis itu adalah orang yang bisa diterima, tetapi orang yang mengambil keputusan adalah yang bermain di belakang itu. Dan itulah yang bermain dalam hubungan pusat dan didaerah. Inilah yang disebut dengan pendekatan structural, karna itu sejak reformasi sesungguhnya kita itu tidak demokratis, karena yang bermain itu adalah kekuasaan yang tidak terbuka tadi. Yaitu hasil pengembangan budaya dan struktur politik pada masa lalu. Yang kemudian banyak kita lihat yang bermain di partai politik di DPP itu adalah mantan-mantan mereka yang sukses pada masa lalu. Yang mana mereka punya jaringan di daerah yang kemudian menjadi penggerak di tingkat pusat dan kekuatan politik yang ada didaerah. Sehingga struktur itulah yang kemudian dibentuk. Makanya kekuasaan itu tidak menjadi terbuka. Hanya terbuka pada saat pemilihan umum, lalu tertutup kembali. Inilah kekuasaan yang tidak Nampak. Muncullah kekuatan ekonomi dibalik kekuasan yang Nampak. Yang menentukan keputusan adalah orang yanga da dibelakang itu. Ini lah pendekatan structural, Karna yang bermain adalah kekuatan struktur ekonomi. Jadi model demokrasi Indonesia ada yang bersifat designer melalui proses demokrasi prosedural, tapi ada juga yang menolak. Kadang tidak perlu kita punya partai politik, karena situasi tidak menunjang demokrasi. Itu tidak bisa diubah lagi. Jadi ada kekuatan yang didalam yang justru lebih menentukan keputusan yang diambil. Dan ini lah yang disebut oleh William Reno, di Indonesia ini ada negara yang ideal dan negara sebagai suatu system. Pada negara yang ideal kita lihat siapa yang meentukan keputusan dalam legislative, sedangkan negara sebagai suatu system adalah actor-aktor yang menentukan keputusan itu yang tidak terlihat. Jadi jika pada negara ideal yang dikemukakan adalah statement atau pernyataan, tapi pada negara system adalah tindakan-tindakan yang menentukan system itu. Itulah kekuasan yang tidak Nampak atau the hidenpowers itu, sesuatu yang tidak Nampak. Sesuatu yang sudah diputuskan bersama itu berbeda. Nah, itu yang kita lihat venomena. Kecendurungan ini diperparah oleh, jadi kita ada namanya demokrasi politik Indonesia kita harus menggabungkan pendekatan designer dengan struktual tadi. Kita harus menggabungkan, kita harus melihat bagaimana lembaga politiknya, atau pengurus partai politiknya, yang kedua adalah bagaimana kinerjanya, yang ketiga bagaimana aktornya, nah ternyata yang banyak bermasalah pada pengolahan parpol adalah pada aktornya, lembaganya oke dan secara document ADART nya oke, yaitu sesuai prosedur demokrasi prosedural. Tapi pada kinerjanya sudah mulai tidak bagus, karena laporan-laporan yang masuk itu kan sesaui peraturan. Lembaganya keropos, artinya aktornya itu sudah dibajak, sehingga tidak ada lagi aktor yang 134 mampu, istilahnya kapasitas actor untuk membangun demokratis itu sudah tidak ada lagi. karena yang mempengaruhi keputusan adalah bukan yang membuat keputusan tapi yang bermain dibelakangnya, ada struktur social ekonomi masyarakat diluar pada system politik ideal tadi, dan kapasitas aktor yang menjadi berkurang di Indonesia ini, ada dua penyebab: yang pertama masuknya senioliberalisme sehingga masyarakat lebih senang ke mol dari pada membina organisasi sosial. yang kedua hilangnya fungsi organisasi social yang menjadi penengah masyarakat dengan partai politik. Sehingga kalau kita lihat, kinerja daripada muhammadyah itu, justru lebih bagus sebelum orde baru ketimbang setelah orde baru. Itu yang kita lihat. Kenapa? karna pada waktu orde baru ada musuh bersama. Tapi setelah musush bersama itu hilang, masuklah pengaruh global yang masuk dalam bentuk gagasan-gagasan liberalisme. Sehingga lemahnya lembaga-lembaga organisasi sosial, sebagai penghubung masyarakat dengan partai politik, proses konsolidasi parpol dengan demokrasi sehingga menjadi terpengaruh. jadi kalau kita lihat orang yang alktif di organisasi social juga aktif di organisasi politik, namun komitmen di organisasi social semakin berkurang. Sehingga actor dalam lembaga politik menjadi melemah kapasitasnya. Saya kira itu sajalah, jadi sharing saja kita kalau begitu. Terimakasih, assalamualaikum wr wb. Moderator: sebagai pemancing saya kira saya mengundang bapak dan ibuk semua memberikan pendapat sesuai makalah masing-masing. Intinya yang pak tamrin sampaikan, kenapa saya bilang menarik, Kaerna beliau ini adalah orng yang dating dari ilmu politik, saya mengundang prof beliau mengungkapkan beberapa catatan penting, pertama diungkapjan dulu mulai dari dua pola, yang sebenarnya belaiu ingin sampaikan adalah kekausaan itu sebenarnya ada dua system di Indonesia ada yang tertutup dan terbuka. Ini jadi rumit. Kita milih orang si A, si B, si C, Tapi kenyataannya yang membuat keputusan adalah si Z. adanya relasi ekonomi yang terbangun, karna ada kekausaan yang terttutup disni. Saran beliau adalah kita harus menggabungkan dalam memetakan permasalaahn. Tapi yang sangat bermasalah adalah aktornya, ini benar-benar pancingan, ungkapam awal, saya yakin bapak ibu punya pandangan yang lebih jauh yang kemudian dalam kondisi seperti ini yang mungkin disepakati, tapi karena dalam kondisi seperti ini kemana akan kita bawa permasalahn ini. Dan juga soal-soal keuangan partai politik, barang kali baik untuk memicu saya mengundang bapakSyamsudin Haris dulu, ooh biasanya belakangan yaboleh. Yang lainnya barang kali, baik sudah ada tiga. Silahkan. Untuk kepentingan pencatatatn mohon sebutkan nama dan lembaga asalnya. ... Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Menarik diskusinya dengan apa yang beliau sampaikan, topic ini masih sangat jarang sekali, dari segi pembahasan maupun dari segi referensi juga sangat minim sekali, dan kita juga belum punya pengalaman dengan pengelolaan keuangan partai politik. Apakah itu dijadikan 135 sebagai desentralisasi seperti konsep yang diusulkan. Mengenai hubungan pusat dan daerah, memang ada upaya-upaya yang mendesentralisasikan kewenangan dari DPP partai ke kewanangan DPD daerah. Apa saja kewenangan itu, ada tidak upaya untuk mendesentralisasikannya. Jika kita melihat dalam UU hampir semuanya tidak ada. Jadi upaya kita untuk mensikronisasi, hampir tidak ada, karena semuanya dikunci dalam ADART, bahwa semua sudah diatur dalam ADART. Nah ADART menjadi bukti bahwa apakah partai itu bersifat desentralisasi atau tersentralisasi. Itu yang membuat akhirnya terpecah belah, tadi pernyataan pak thamrin yang saya amati, bahwa kita sebagai orang awam melihat apakah bahwa apakah partai PAN itu demokratis atau tidak, saya kira partai itu tidak demokratis karna dalam mengambil keputusan. Hasil survey pak thamrin boleh juga bahwa ada demokratisasi dalam DPD DPD tersebut itu mengubah persepsi saya bahwa Proses demokratisasi tidak juga harus melalui pendekatan structural, mengenai keputusan-keputusan yang diambil oleh ketua umum partai, tapi ada juga aspek-aspek lain. Dalam hubungan pusat dan daerah, itu kan ada dua unsure, unsure korporasi sama kompetitif. Dan didalam tulisan saya, saya lebih mengarah pada proses yang lebih liberatif. Mungkin nanti kita bisa mendorong dengan semakin hangatnya diskusi, lagi bagaimana upaya pengantar, apakah kita harus mengatur partai-politik itu dengan seperti itu, apakah parpol harus didiseain sedemikian rupa dengan konsep otonomi daerah, yang ditakutkan adalah ketika pengawasannya berubah, itu bisa otoriter sekali, atau akan disalah gunakan untuk menaikkan popularitas. Ini juga akan menajdi bahan diskusi juga bagi kita bahwa, apa yang harus kita lakukan ketika kita ingin mendesentralisasikan partai politik. Kalau untuk pemilihan-pemilihan kepala- kepala daerah tidak memerlukan persetujuan pusat. kecuali Kalau koalisinya permanent, itu sepakat, kalau bicara dari awal atau kita menerapkan perilaku dengan konsep yang real dan jelas. Situasi didaerah kadang keadaannya berbeda, sehingga, saya pikir partai sudah memahami fakta-fakta ini, sampai sekarang mereka memperbaiki, kaderisasi dulu, agar jelas, Pola kaderisasi, Kalau hubungan pusat dan daerah itu kita harus memiliki konsep yang sedemikian rupa sehingga hubungan masyarakat dan parpol tetap terjaga dengan baik. Atau kita harus menerapkan prilaku-prilaku seperti yang mekanismenya diterapkan oleh partai itu sendiri, saya rasa partai-partai itu telah memahami fakta seperti ini bahwa masyarakat semakin jauh dari parpol itu sendiri, tapi sampai skrg mereka berupaya mengembalikan kepercayaan itu. Sehingga saya berpikir bahwa partai harus membenahi kaderisasinya terlebih dahulu, bagaimana memiliki jabatan didalam partai tersebut harus melalui tindakan-tindakan yang sesuai dengan prosedur, jika kita ingin mendisain baik secara politik maupun demokratis saya kira, demokrasi itu harus diterapkan. 136 Moderator: baik, terimakasih. Saya kira ini semakin menarik dari pagi sampai sore ini sudah mulai goyah yam as, tapi pertanyaan besarnya begini apa yanmg mau disentralisasikan dan apa yang mau diatur jangan karana kita orang hukum kita jadi gila ngatur. Dimata partai politik apakah perlu kita mengatur sejauh ini atau dinbatasi hingga titik mana kemudian muncul juga pertanyaan bagaimana cara memaksa sistem desentralisasi diterapkan didalam parpol. Disitu kata orang hukum digunakan untuk memaksa perubahan prilaku tertentu, lanjut . bagaimana pandangannya Lutfi: Ada yang tau tidak, ada berapa yang mengatur tentang partai politik setelah saya menghitung ternyata ada banyak sekali kurang lebih ada enam norma yang memang banyak sekali. tapi tidak ada yang sama sekali berbicara tentang demokrasi partai politik. Saya sebenarnya sudah membuat sebuah paper, Dari sekian banyak norma, pertama terkait pasal 6a, pasal 24c, pasal 22e ayat 3 tentang peserta pemilihan umum DPD dan DPRD. Dan saya ingin coba lebih tahu lagi, saya melakukan research tentang partai politik itu, tapi tidak ada sama sekali yang berbicara tentang desentralisasi parpol. Saya temukan banyak sekali isu. Ada beberapa pandangan terkait penguatan kursi di kursi pemerintahan, tapi tidak ada sama sekali yang berbicara tentang upaya desentralisasi politik pusat daerah dan lain lain. Tapi ada dalam pasal 22e ayat 3 penafsiran konstitusi itu ada dua 1. Origenalirme, terkait hasil keputusan 2. .... Kemudian melalui dua penafsiran ini, hubungan desentralisasi itu sebenarnya sudah ada. Seperti kewenangan untuk menyediakan kandidat. Dan pemahaman saya sebenarnya terkait pemahaman kontitusi yang saya tulis dalam makalah saya dan saya ingin mengucapkan satu hal yang menjadi alas an konstitusional bagi kita terkait bagaimana kita menjalankan budaya partai politik. Moderator: Baik terimakasih. Tidak apa apa tidak ada solusi. Kita disini tidak diminta untuk mencari solusi, tapi kita diminta berdiskusi biasa terkait keilmuan yang kita punya. Ini merupakan diskusi yang sangat menarik mungkin karena dilatarbelakangi oleh mas lutfi bekerja di MK, jadi kerjanya ngeliatin undang undang, penafsiran konstitusi dan risalah jadi menemukan ada enam kali partai politik disebutkan dalam undang undang dasar. Apakah ada masukan lagi dari para pesrta lainnya? Dodi nur andryan: Kalau berbicara mengenai hubungan politik pusat dan daerah, bisa kita kembalikan lagi dalam satu ilmu hukum ada satu ilmu hukum yang keluar dari HTN, yaitu Hukum administrasi negara. Yang bisa menjadi jembatan disitu. Sebenarnya ini terkait 137 dengan sengketa partai politik tapi saya coba menjawab pancingan dari Mas Harun yang bisa terkait dengan masalah itu. Dari tadi saya gatel banget menunggu pancingan dari bang refi. jadi di dalam hukum tata negara mengkaji negara dalam keadaan bergerak lain lagi dalam hubungan pusat dan daerah, banyak teori teori yang mengatur tentang delegasi dan desentralisasi dan retribusi. Kalau kita kaji lagi kaitan pusat dengan daerah, ketika terjadi sengketa antara partai politik baik itu internal maupun eksternal kaitannya kalo di galakkkan, jika terjadi sengketa atau perselisihan, hukum administrasi bekerja disini,.. standar operasional turunan dari sop, keuangan yang utama surat- surta keputusan, dan segala surat menyurat dari partai tersebut. Tapi ini menjadi kelemahan bagi pengurus di daerah oleh manusianya terutama di daerah daerah terpencil minim administrasi. Mungkin mereka tidak pernah membaca ADART, SK SK kepengurusan. Inilah jembatan yang sebenanarnya mejadi penghubung ketika ada sengketa antara pusat dan daerah hukum administrasi negara bekerja disini Basic by document, kaitannya lagi pancinngan dari pak Refi tadi kaitannya dengan keuangan partai politik. Saya pikir ketika terjadi sengketa tidak bisa diselesaikan secara internal yaitu ketika telah masuk dalam ranah penggelapan penyelundupan jadi harus diselesaikan secara eksternal atau pidana. Kemudian kaitannya lagi dengan konsep ADR. Undang undang yang mengatur tentang ADR undang undang nomor 39 tahun 2019 diperuntukkan untuk lembaga seperti bank, perdagangan saham, badan hukum perdata. Cirri khas dari ADR ini bahwa bisnis itu harus menyelesaikan sengketa secara diam diam. Kemudian ini diadopsi oleh undang undang partai politik nomor 1 tahun 2008. Yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah parpol ini masuk dalam ranah ADR yang seharusnya berdiri sendiri. Ini harus dikembalikan lagi konsepnya seperti apa. Menurut saya itu saja dari saya mengenai desentralisasi partai politi dan sengketa partai politik. Emy hajar abra: Terimakasih, saya mungkin agak berbeda persepsi mengenai hubungan pusat dan daerah bahwa saya sangat tidak setuju dengan desentralisasi. Hubungan pusat dan daerah saya sangat tidak sepakat dengan penggunaan desentralisasi, kecuali perspektif nya kita dudukkan dengan tepat. jadi kalau menggunakan perspektif desentralisasi, kalau yang digunakan adalah desentralisasi dengan konsep yang lain acuannya adalah pemerintahan daerah justru akan terjadi multi konflik dimana kerja pusat dilimpahkan ke daerah maka saya akan melihat dengan Dua solusi: 1. Manusianya, 2. Masalah Pusat Jika dilihat dari hubungan pusat dan dearah maka yang dilihat adalah kewenangan pusat, kekuatan pusat disalurkan ke daerah. tidak mungkin pusat dan daerah 138 memiliki perbedaan. Walaupun ada konflik itu hanya masalah internal partai. Yang jadi pertanyaan kita adlah apakah pengaturan ini sampai di tingkat undang undang atau sekedar di ADART. Muncul perdebatan saya melihat bahwa cukup menimbulkan konflik. terimakasih Ibrahim: Baik saya kira begini yang jadi masalah adalah masalah sistem tertutup dalam pencalonan kepala daerah dari partai politik. Dan yang jadi permasalahan adalah yang dari pusat selalu diutamakan dengan cara negosiasi dan sebagainya. Ini salah satu contoh permasalahn daerah yang tidak mengakomodir partainya di daerah akibatnya yang terjadi tarik ulur pengurus harus siap diganti dengan seseorang yang bisa melobi di tingkat nasional. Beberapa partai sudah mendekarasikan menyediakan fasilitas di tingkat DPD. Yang jadi permasalahan adalah apakah undang undang harus mengatur sampai kesana atau tidak? Disatu sisi ada ketidaksiapan partai politik menerima pengaturan ini karena lemahnya komitmen di tingkat daerah. Hampir semua politisi itu adalah pengusaha yang dibiayai oleh jaringan jaringan nasional dan ada persoalan persoalan yang memang tidak bisa dilimpahkan ke daerah contohnya keputusan yang diambil di tingkat local dan ada keputusan yang diambil bersama. kemudian kita berbicara mengenai ideologi seperti ada masyarakat miskin di suatu daerah yang menjadi persoalan sensitif partai politik. Jadi misalnya diatur dan ada partai yang tidak bisa diatur demi demokratisasi partai. ..... Kita ingin juga menyadarkan bahwa negara kita itu negara hukum dan partai politik merupakan instrument yang baik dalam mencapai negar demokrasi. Kita sudah sering melahirkan uu parpol, sejak zaman reformasi sudah banyak. Tapi kita lupa menoleh apakah undang undang tersebut sudah terealisasi dengan bagus. Dari deretan undang undang itu kelihatanlah bahwa tujuan parpol itu jelas sehingga sesuai dengan pancasila tujuan negara. Kalau ini memang aset negara, perlakukan dengan kasih sayang. Dalam rangka itu juga termasuk penyelesaian konflik secara intern. Kalau kewenangan itu diberikan secara full diserahkan kepada mahkamah partai, tidak ada kekuasaan lain lagi seperti dilempar ke mahkamah agung. Kita harus memberikan deskripsi yang jelas tentang mahkamah partai, komposisi anggota mahkamah partai yang berjumlah tujuh. Enam dari anggota partai politik dan satu orang dari hakim luar. ..... Terimakasih, saya kira ini membutuhkan perhatian kita khususnyaperhatian kita terkait mahkamah partai. Saya berasl dari ilmu politik sehingga saya berbicara tentang intervensi parpol itu dibagi menjadi dua. Ada private speaking dan ada public speaking. Ada parpol pemerintah dan ada parpol komposisi. Tapi yang terjadi di 139 Indonesia adalah parpol yang terbentuk merupakan kolaborasi dari teori yang ada. Partai poltik aakan melakukan penjagaan terhadap maruahnya dari consensus politik. Komplikasinya adalah pada pembiayaan parpol sangat susah untuk mengatur mengenai kolaborasi antara pusat dan daerah. Betapa banyak partai yang membuat sendiri polanya seperti pola pembiayaan. Saya kira asumsi tadi harus dipatahkan berangkat dari konstitusi kita pasal 1 ayat 1,2dan 3. Mau tidak mau kiat berbicara pada implikasi partai politik yang rendah sehingga hukum harus hadir memberikan pembatasan mengatur pola hubungan tadi. Positifisasi partai politik menjadi penting untuk dibahas jangan sampai dari dulu sampai sekarang hanya itu persoalan kita. Walaupun kita tidak membatasi paling tidak desentralisasi itu mengatur batasan batasan sehingga bisa memberikan pembelajaran poltik yang bagus bagi pengurus selanjutnya Esti ekawati: Karena perspektif saya adalah politik jadi saya ingin membahas tentang konstitusinal parpol. Apakah itu membahas mengenai kaderisasi dimana kesulitan untuk mencari calon pemimpin itu sebenarnya ada institusional sendiri dari partai politik itu. Cara mewujudkan intitusinal partai poltik itu menjadi lebih baik busa ditandai dengan kepatuhan anggota parpol terhadap ADART secara keseluruhan. Kemudian keinginan partai yang dikendalikan oelh sistim. Untuk menjadi pemimpin harus mematuhi sistem yang ada di dalam ADART kemudian partai itu bisa disebt sebagai sebuah lembaga adalah setelah memahami mekanisme penyelesaian konflik yang diselesaikan oleh internal partai itu sendiri. Disini pentingnya manajeman konflik untuk mereduksi segala sentral yang ada di dalam partai. Kemudian harus ada nilai nilai yang harus disepakati oleh kader kader yang memiliki ideology sebagai solidaritas dan adanya kaderisasi yang mampu memahami dan mereduksi orang orang baru pemilik modal yang berkeinginan memimpin partai itu. Ini memacu konfli dalam partai itu sendiri. Benahi dulu partainya, benahi dulu lembaganya, baru dibuat perturan yang mampu dipatuhi oleh parpol itu sendiri. Kalau tentang hubungan pusat dan daerah, saya sangat setuju dengan sistem desentralisasi. Terimakasih. ..... Terkait dengan persoalan itu merupakan masalah internal partai. Parpol berbeda dengan yayasan lembaga perguruan dan lainnya. Orientasinya itu berada di DPP. Dalam struktur organisasi partai itu ada perangkat perangkat yang memang ada di tingkat DPP tapi tidak ada di tingkat DPC. Ini yang menjadi konflik yang mana badan legislative itu hanya di tingkat DPP. Ini membuat terjadinya sistem kepemimpinan bertingkat. Permasalahan antara pusat dan daerah menghambat kinerja partai, mekanisme penyelesaian konflik diperlukan sejauh ini. Selanjutnya mengenai komposisi mahkamah partai tidak diatur sampai sejauh undang undang. Hanya dalam ADART. Kita tidak melihat proses dari atas sampai kebawah ini dalam manajemen 140 konflik ya, seperti yang di daerah membantu atasan saja. Sebaiknya yang diatur dalam undang undang adalah komposisi kepengurusan di daerah. Bagaimana susunan partai agar bisa bekerja sebagaimana fungsinya. Moderator: Terimakasih ini penutup yang sangat relevan. Ada beberapa catatan yang saya buat Catatan: 1. Menarik karena kita mulai dengan landasan teoritik. yang saya kira semuanya sepakat bahwasanya ada System kekuasaan terbuka dan system tertutup. Dan bagaimana meminimalkan pengambilan keputusan yang tertutup itu karena da relasi ekonomi yang terbangun yang bisa memicu terjadinya korupsi dan sebagainya. 2. Kita mau disentralisasi, namun sejauh mana mau atur, karena diingatkan juga tadi soal negara hukum kita perlu pembatasan tersendiri. Kita perlu kesepakatan tentang apa yang perlu diatur pola hubungan antara DPP dengan DPD desentralisasi itu apa harus diclearkan dulu. Barangkali SDMnya perlu dibenahi dan difasilitasi. 3. Yang perlu diatur yaitu pola pembiayaan, multi finance yang rentan dengan korupsi dan lain sebagainya sehingga diperlukan mekanisme penyelesaian konflik. Tapi sebelimnya kita belum pernah melakukan evaluasi terhadap UU parpol barangkali bisa kita bicarakan disini untuk masukan besok. Fasilitator: Khairul Fahmi Bapak ibu yang saya hormati, ini supaya ada sesuatu yang bisa kita bawa, dan tidak mungkin juga kita mengambil kesepakatan setuju atau tidak, tapi jika pointnya kita meemang searah, kita ambil, kalau tidak kita cukup memeberikan catatan-catatan terhadap point yang tadi kita perbincangkan mulai dari pagi. Khususnya terkait dengan tema penyelesaian sengketa partai politik dan juga mengenai hubungan parpol pusat dan daerah. Kesimpulan: 1. Penyelesaian sengketa parpol, yang pertama terkait penyelesaian sengketa parpol. Kita punya tiga garis besar. 2. Mengenai bentuk hubungan aprpol pusat dan daerah dalam penyelesaian sengketa. Pilihannya adalah apakah ingin diatur dalam UU atau cukup diimplementasikan dalam ADART. Ditarok diawal, karena ini adalah pembahasan yang utama dan lebih jauh kita membahas substansinya. Mau 141 dua-duanya juga bisa, tapi focus kita adalah apakah kita mau mengatur lebih jauh dan detail dalam undang-undang mengenai mekanismenya. Atau kita mengatur didalam UU, sedangkan lebih lanjut diatur dalam ADART mengenai mekanismenya. Jadi yang mana yang kita pilih? Memang didalam Uu diatur, namun didalam ADARTnya lebih jelas diatur. Artinya diatur didua-duanya. Ilhamdi taufik: tentu kita lebih cendrung para bentuk UU. Sehingga intervensi pemerintah untuk mengatur ADART tidak ada lagi. ADART itukan sangat banyal, sedangkan UU hanya satu. Dalam undang-undang akan lebih mengikat. Dan timbul keseragaman dalam penyelesaian konflik. Ardilaf: Baik, itu dari Bapak Ilhamdil. Tapi saya berfikir kalau dia di atur dalam UU, tapi itu akan mengurangi nilai demokratis partai itu sendiri. Seleksi alamiah itu pasti akan ada. Parpol yang tidak mamopu menyelesaiakn sengketa internal sehingga perlu kita berikan solusi, partai itu bisa menggugat di mahkamah. kalau semua partai memiliki mahkamah partai, itu bukan lagi penyelesaian secara internal, karena setiap partai politik itu punya kewenangan menyelesaian persoalan nya sendiri. Tidak bisa diselesaikan oleh orang luar. Diatur lembaganya, kemudian jaminannya adalah demokrasi yang ada didalam partai poltiik itu sendiri. Tapi secara teknis operasionalnya. Ilhamdi taufik: saya kurang sependapat dengan Ardila Fiza, bahwa kalau kita menginterfensi penyelesaikan konflik melalui mahkamah partai, berarti kita tidak desentralisasi, misalnya komposisi mahkamah partai itu kan ada juga orang luar. Sehingga dalam penyelesaian masalah partai dapat terselesaikan dengan baik. Masalah internal partai ini sangat mempengaruhi dalam 5 tahun terakhir ini. Itu tidak berarti kita menghilangkan kebebasan partai, kita hanya menapik sebagian kecil, ada ruang supaya tidak terlalu memberikan kebebasan dalam partai itu sendiri. Karena buda masing-masing partai itu berbeda-beda. Fasilitator: Khairul Fahmi jadi ini ada dua ya, mekanisme diatur didalam UU, tapi juga disebutkan didalam ADART. Sepakat? Forum: sepakat. 142 Ardilaf: Apakah kekuatan mahkamah partai itu ada internal atau harus ada eksternal? Refli harun: Sebenarnya kalau mau ada diatur didalam UU itu kan, ada materi yang interfentif dan ada materi yang non-interfentif. Kalau kita hanya mengatur mahkamah partai. Terdiri dari orang independen dan lain sebagainya. Tapi intinya kita kan tidak mengacak- ngacak partainya. Nah yang menjadi masalah Cuma apakah akan disebutkan dalam UU atau sekedar ADART. Kalau dalam UU ada kepastian. Hukum acaranya diatur di dalam UU. Fasilitator: Khairul Fahmi jika ini pandangan kita bersama, kita bungkus, bagaimana isinya ya partai yang isinya. pelaksanaannya ya partai yang ngatur, mekanisme dan hukum acara diatur dalam uu. 1. Yang ebrikutnya adalah soal institusi. Institusi yang akan menyelesaikan sengketa parpol a. Internal parpol: mahkamah partai b. Ekternal : arbitrase atau pengadilan c. Gabungan Kalau kita bicara internal dan eksternal, itu ada pengadilan dan non pengadilan. Lalu kita memilih lembaganya. Esty ekawati: sebentar, saya ingin mengclearkan saja, bahwa tadi dalam sengketa parpol itu tanpa memisahkan sengketanya, jika itu sistem kita, itu sudah menyalahi sistem diluar pengadilan. Bahwa jiak kita mau konsistenkan, harus ditentukan mana yang mau diselesaikan diluar pengadilan, mana itulah finalnya, mana yang diselesaikan didalam, maka itulah finalnya. Maka kalau kita gabungka. Jika sudah berbicara mengenai ADART jangan bicara lahgi soal penagdilan. itu harus ada pembedanya. Jika kita gabungkan itu, maka kita tidak tunduk dengan sistem pengelesaian sengketa diluar pengadilan atau arbitrase. Emy hajar abra: jika digabungkan, jika berbicara mengenai adart maka tidak boleh diinterfensi dengan pengadilan. Refli harun: kita samakan perspektif dahulu, apakah mau internal, eksternal, atau gabungan. Kalau saya lihat, semangat inikan maunya internal. Diselesaikan oleh partai politik. Nah yang eksternal berarti diluar pengadilan. Nah, kita dapat kombinasinya. 143 permasalahan diselesaikan oleh parpol sendiri. sekarang baru beranjak ke lembaganya. Apakah mahkamah parpol ataukan badan arbitase dan sebagainya. Jadi gabungan internal eksternal, tapi out of the court. Jadi pilih dulu perspektifnya. Fasilitator: Khairul Fahmi kita setuju eks atau int. untuk dibawa keluar arbitrase atau kepengadilan? Arbitrase bisa dibentuk satu institusi pengelolaan partai. Refli harun: boleh tidak saya usul begini. jadi setiap masalah partai diselesaikan internal, tapi jika tidak selesai baru boleh dialihkan kebadan arbitrase politik. Karena jika langsung ke arbitrase, tidak menghargai perspektif internal tadi. Yang bekerja ketika ada kasus, kalau tidak ada kasus ya tidak bekerja. Fasilitator: Khairul Fahmi artinya dia tidak memiliki institusi tersendiri ya? Dia masih dalam partai, tapi ada organ lain. melibatkan lembaga lain yang diluar pengadilan. Ardilan: tadi saya katakan bahwa saya sangat setuju parpol punya pertanggungjawaban dan mempunyai jiwa masing-masing. Jiak ada sengketa internal, ada penyelesaian internal. menyangkut moral partai. Tidak boleh dibawa keluar. Arbitrase bukan internal, ada dua pihak, kalau dia sekedar dikatakan internal partai politik. Kalau parpol tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, maka tidak layak disebut partai politik. bisa diajukan ke makamah pemerintah sebagai pihak yang bisa mengajukan partai politik kepada mahkamah konstitusi. Apabila parpol tidak mampu menyelesaikan sekian tahun, kita serahkan ke MK untuk mengajukan pembubarannya, tapi kalau kita serahkan ke pihak konsolidasi dan mediasi, itu adalah pihak eksternal, dalam format keprdataan, personal dengan personal, kelompok dengan kelompk, bukan internal, karna kita harus menyelesaikan point di dalam diri kita, bukan diluar dirikita. Fasilitator: Khairul Fahmi kasus yang atdi disampaikan oleh pak ardilan, artinya kalau konflik dari luar forum tertinggi maka diselesaikan internal. Tapi jika konflik muncul dari forum tertinggi, artinya muncul dua kekuatan besar antar partai yang berkonflik tentu tidak bisa diselesaikan oleh mahkamah partai. Itu salah satu contoh pak. Mungkin ini yang dibawa ke arbitrase. Ardilan: Mahkamah partai itu sifatnya tetap kalau ini bisa diselesaikan. Sulitkah mencari orang yang benar-benar cinta terhadap partainya, terutama untuk negarawan. Kalau 144 dia adalah orang P3, dia tidak akan mau menghancurkan P3 demi pribadi yang ada. Partai politik yangs eperti itu saya rasa merupakan partai yang tidak bertanggung jawab terhadap anggotanya. Prof Syamsudin Haris: Saya sedikit aja yah, saya setuju dengan argument pak ardilafiza, bahwa konflik sengketa itu dituntaskan ditingkat internal. Kalau kita coba menerjemah argumentnya adalah bahwa kalau konflik sengketa itu terkait partai, ya selesai dipartai. Makanya menjadi penting disini komposisi mahmakah itu sendiri sehingga memiliki cukup kewibawaan, bagaimana membentuk mahkamah yang credible, sehingga dapat menyelesaikan sengketa atau konflik tanpa pengecualian. Rosyita: Maaf bapak apabila tadi kita sudah membungkus apakah ini gabungan, artinya ini kita balik lagi kebelakang. Jadi saya pikir tidak akan selesai jika kita membahas dari sesi pertama sampai sesi terakhir jika harus kembali lagi ke awal. Kalau tadi sudah sepakat, internal dan eksternal, jadi ya sudah gabungkan saja. Jadi mas Fahmi jangan kembalikan lagi, seperti itu. Nah, kita tadi membicarakan lembaganya, bahwasannya seperti itu nantinya adalah menuju mahkamah kosntitusi. Akan ada amandement. Yang berdampak pada pembubaran partai politk. Itu bukan lagi permasalahn internal. Kita berbicara tentang ideology. Sehingga kita tidak berdebat panjang lagi. Jadi bang Fahmi ketika didepan, kalau membungkus, bungkus yang rapi dan rapat. karna jam nya juga sudah jam 6. Fasilitator: Saya setuju dengan bungkus membungkus tadi. Tapi ini ada satu lagi. Emy: terakhir ya pak, terkait penyelesaian sengketa. Kalau sesuai pemahaman saya, internal itu tidak ada lagi konsiliasi, mediasi, arbitrase, karena sudah ada mahkamah partai. mahkamah partai adalah internalnya, jadi harus final and binding. Maka dalam internal itu masukkan orang externalnya, bukannya ada eksternal lagi. Kemudian yang terakhir itu masalah pengadilan. Itu internal parpol itu ada mahkamah partai, yang terdiri dari internal dan eksternal. Kemudian ada eksternal ketika konfliknya tidak mungkin diselesaikan di internal. Fasilitator: Point permasalahan parpol diselesaikan. Sengketa parpol diselesaikan oleh mahkamah partai. Mekanisme diperkuat oleh ADART Refli harun: 145 jadi hanya mengingatkan saja, dalam konteks yang saya pikir bahwa tidak melihat realitas. Jadi yang dilakukan oleh democrat adalah, dia merecall lima orang, yang akan diganti oleh orang lain. Rekomendasi saya adalah internal boleh, recall ditiadakan. tidak ada lagi mekanisme eksternal yang bisa mengatur secara suka hati. Fasilitator: kewenangan recall dihilangkan. Stuju? baik, yang terakhir, ini juga sudah kita sepakati bahwa hukum acaranya diatur dalam UU. Berikut nya adalah soal hubungan pusat dan daerah, butuh pengaturan dalam UU dan ADART. Tapi ada penekanan bahwa tidak semuanya kita tarik dalam ranah pengaturan. Untuk itu kita membatasi dengan memuat prinsip-prinsip umum dalam keuangan daerah, penyelesaian konflik tidak kita bahas lagi. Jadi apa batasan kita menagtur dalam UU? Jadi tadi kan kata bang Bambang tadi kepastian itu kan perlu. Ini gimana kira-kira? Prof syamsudin Haris: jadi saya pikir desentralisasi sebagian. Kewenangan partai itu memang memiliki pembagian pusat dan daerah. Batasannya ada 3 wilayah, yang kedua adalah pendekatan oleh calon legislative. Desentralisasi itu selevel. Jadi begini, untuk penetapan caleg, tapi kalau hanya dilakukan oleh pengurusan satu level dibawahnya, dan persetujuan itu dilakukan oleh satu level diatasnya.. Contoh, untuk caleg kabupaten DPD kabupaten kota, itu pengusulannya, pengajuannya dihasilkan oleh DPD, tapi di tetapkan kewenangannya satu level diatas DPC. Nah begitu juga untuk caleg lainnya, satu level diatasnya. Caleg kota menjadi otoritas DPD kabupatenkota. Berarti berjenjang. Ilhamdi taufik: kalau demikian yang disampaikan prof. itu kan ada dua pintu. Pengusulan dibawah, dan penetapan dipintu atas. Itu kan biasanya masalah dipenetapan. Ini yang kita ragukan. Ini menjadi persolan. Misalnya, dpc telah berkali kali mendemo dpp. Kenapa usulan dibawah ini tidak diterima, sampai membakar kantor. Ini persoalannya. Saya menangkap tadi apa yang dikatakan prof. pertama usul dari yang dibawah, ketetapannya diatas. Ini materilnya oke disini, nah inilah orangnya. Layak menjadi calon. tapi dia bisa mental oleh satu tanda tangan. Karna kertas kop dipegang oleh DPD. Bagaimana mengisolasi persoalan ini? Prof syamsudin: otoritas yang dimiliki oleh DPD sebutlah wilayah Kota Kabupaten atau Provinsi, kalau 1100 persen, bisa jual beli peluang menjadi peluang menjadi caleg. mengenai presentase kewenangan itu, tapi secara substansi. Sebab bagaimanapun, pengurus daerah tidak punya modal. Baik dalam hal uang maupun yang lain-lain. Pada umumnya parpol kita bersifat yang bawah kan ngikut. 146 Fasilitator: kita cukup 10 menit lagi. Zulya asma vikra: udah jelas tadi sama prof. syamsudin hadis. Ada 3 point yang disampaikan beliau itu, masalah penetapan ketua partai, kedua masalah penetapan ketua DPD, yang ketiga masalah penetapan peserta calon pilkada. Yang kemudian di atur didalam UU. Apakah selevel atau satu tingkat diatasnya. yang selama ini berjalan adalah satu tingkat diatasnya, mungkin mekanisme berbeda setiap partai, diatur dalam ADART. Fasilitator: kita tarik kesimpulan ya. Refli harun: kita mengatur apa yang bisa diatur dalam UU. Dan jangan lupa nanti mengatur kalau ada konflik, kita sudah sepakat diserahkan ke mahkamah partai. Jadi pengusulan itu harus dari bawah. Anggota DPR, DPD plus kepala daerah. Pertanyaannya adalah bagaimana mereka mengatur sistem dipartainya. Yang penting adalah ketika mereka mendaftar di KPU harus ada dokumennya. Hasil musyawarah. Saya mengusulkan kalau dia adalah anggota DPRD tingkat KabKota itu dihasilkan dari hasil musyawarah Kab Kota. Provinsi juga begitu. Tapi intinya adalah harus buttom up dari bawah itu. Fasilitator: Baik, terimakasih. Bisa kita bungkus ya, ada 3 point 1. Pengusulan caleg dan kepala daerah harus buttom uptapi mekanisme diserahkan kepada partai, 2. Penetapan caleg dan kepala daerah kita atur dalam UU 3. Proses seleksi dan penetapan calon dilakukan secara berjenjang. Itu saja pointnya, silahkan pilih siapa yang akan menyampaikan pointnya di penyampaian hasil PGD II besok pukul 08.30. Terimakasih dan mohon maaf kalau ada yang salah. Assalamualaikum Wr. Wb. 147 PARALEL GROUP DISCUSSION RUANGAN 3 Tema: Sumber, Pengelolaan, dan Pengawasan Dana Partai

1. SESI I 10.30-12.30 WIB HariTanggal

: Selasa, 6 september 2016 Moderator : Charles Simabura, S.H,M.H Narasumber : - Magnus Ohman - Prof. Dr. Ramlan Surbakti - Pipin Sopian DPP PKS Moderator: Charles Simabura,S.H,M.H Bapak ibu yang saya hormati kita akan mulai sesi ketiga dari pelaksanaan konferensi yaitu PGD pada grup ini kita akan mendiskusikan tentang pengelolaan transparansi dana di partai politik atau uang partai. Sudah hadir para peserta call paper, para peninjau yang saya hormati perwakilan dari beberapa Negara sahabat dan juga narasumber pemancing dalam perspektif teori maupun perbandingan di beberapa Negara. Di hadapan kita saya perkenalkan pertama adalah Profesor Ramlan Soebakti, semua yang dari Indonesia pasti tahu beliau, jadi kalau saya perkenalkan ini justru merendahkan kepopuleran beliau, jadi tidak saya perkenalkan lagi siapa beliau inilah dia pakar politik, pakar pemilu, mantan komisioner KPU. Beri applause yang meriah kepada Berikutnya ada bapak Magnus Ohman beliau salah satu peneliti senior di IFES terutama dalam bidang pendanaan partai, manajemen partai dan transparansi partai politik kita berharap pak Magnus bisa berbagi pengalaman bagaimana kemudian pengalaman IFES di beberapa negara tidak hanya di Indonesia. Yang disebelah ujung sebelah kanan, the right side, beliau dari DPP Partai Keadilan SejahteraPKS, bapak Pipin Sopian, sekarang adalah ketua departemen politik DPT Partai Keadilan Sejahtera, kita akan minta pandangan beliau, mudah-mudahan mewakili partai karena jangan sampai beliau disini hadir sebagai pribadi saja sehingga aspirasi kita nanti tidak bisa sampai nanti ke partai. Saya yakin karena beliau ditunjuk secara resmi ya kita minta nanti apa apa yang betul-betul disampaikan itu betul-betul aspirasinya partai, jadi Pak Pipin nantinya jangan menilai 148 ini pendapat pribadi saya, jangan, karena itu jadi juga nanti, harus kita berharap ini sikap dari PKS. Beri applause kepada pak Pipin dan juga Pak Magnus Ohman Waktu kita adalah sampai pukul 12.30 jadi kita punya waktu hampir satu setengah jam, saya mohon kepada para pemancing diskusi untuk disiplin menggunakan waktu. Mohon maaf prof, nanti jangan bilang saya kurang ajar ya prof kalau nanti di cut. Masing-masing saya kasih sepuluh menit, dengan nanti berharap 30 menit selesai, satu jam kita bisa diskusi. Kesempatan pertama saya persilakan dulu Prof. Ramlan. Silakan prof. Prof. Ramlan Soebakti: Disiplin waktu ini terutama membahas bidang seperti ini susah dipenuhi, apalagi ini materinya satu semester disuruh bicara sepuluh menit. Ibu bapak sekalian saya ingin berbicara 3 poin, poin pertama biar kita punya titik tolak yang sama, pertama mengenai partai politik, itu saya menyebut sekurang-kurangnya ada 3 unsur yang harus dipenuhi supaya bisa menjadi partai politik. Saya tidak bicara dari segi yuridis ya. 1. Ada sekelompok warga yang secara sukarela membentuk partai politik dan menjadi anggota. 2. Sudah punya ideology atau cita-cita politik. Apa yang dimaksud cita-cita politik Negara dan bangsa macam apa yang mau dia bangun. 3. Terus yang ketiga dari organisasi, organisasi itu system perang ada tujuan ideology partai tadi atau tujuan itu maka timbul berbagai tugas untuk itu ada pembagian kerja. Saya mengikuti pandangan dalam ilmu politik yang memandang kalau dalam bahasa Inggris bisa disebut political party is necessary but not sufficient for functioning democratic political system. Jadi partai politik itu necessary mutlak tapi tidak cukup hanya partai politik saja untuk berfungsinya suatu system politik demokrasi. Jadi mudah saja, kenapa partai politik saya sebut necessary karena ada juga yang tidak sependapat. Kalau tidak salah di satu jurnal saya baca, partai politik tidak perlu untuk berdemokrasi. Nyatanya katanya ada beberapa Negara pulau di Pasifik Selatan yang tidak ada partai politik. Partai politik dijalankan oleh kepala suku, tapi saya kira saya lihat secara universal, partai politik necessary but not sufficient for functioning of