866 masyarakat dimana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan dengan
secara berangsur-angsur dari masa kenak-kanak sampai dewasa. Di negara-negara baru, partai-partai politik juga berperan untuk memupuk
identitas nasional dan integrasi nasional
25
. 3. Partai politik sebagai sarana recruitment politik
Partai politik juga bergungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai
political recruitment. Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik. Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-
lain. Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama selection
of leadership
26
. 4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik conflict management.
Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai
politik berusaha untuk mengatasinya.
Dalam praktek politik sering dilihat bahwa fungsi-fungsi tersebut di atas tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan. Misalnya informasi yang
diberikan justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan dalam masyarakat; yang dikejar bukan kepentingan nasional, akan tetapi
kepentingan partai yang sempit dengan akibat pengkontakan politik; atau konflik tidak diselesaikan, akan tetapi malahan dipertajam
27
.
4. Sengketa Internal Partai Politik
Yves Meny dan Andrew Knapp mengemukakan bahwa: A democratic system without political parties or with a single party is impossible or at any rate hard to
imagine .
28
Suatu sistem politik hanya dengan satu partai, sulit sekali dibayangkan untuk disebut demokratis, apalagi jika tanpa partai sama sekali. Selanjutnya Yves dan
Andrew Knapp mengemukakan 3 tiga parameter derajat kelembagaan partai politik dalam suatu negara demokrasi, antara lain: i its age, ii the personalization of
organization, iii organizational differentiation.
29
Partai Politik sebagai sebuah organisasi pasti mengalami siklus dan tahapan perkembangan atau pertumbuhan dari waktu ke waktu. Selayaknya seperti mahluk
hidup, semakin tua organisasi partai politik, seharusnya semakin matang. Hal tersebut ditandai dengan ide-ide dan nilai-nilai yang dianut dalam organisasi partai
politik tersebut semakin terlembagakan institutionalized menjadi tradisi dalam organisasi.
Organisasi partai politik yang kemudian matang karena usia dan telah melalui tahapan perkembangan usia, selayaknya kemudian mengalami proses yang disebut
depersonalisasi. Ada pemisahan secara tegas antara institusi lembaga dengan persoalan personal atau pribadi masing-masing individu yang kebetulan menjadi
pengurusnya. Meskipun mungkin masih ditemukan organisasi yang memiliki usia sudah sangat tua, akan tetapi belum terbangun tradisi dimana urusan-urusan pribadi
25
Ibid hal 164.
26
Ibid hal 165.
27
Ibid hal 166
28
Yves Meny and Andrew Knapp, Government and Politics in Western Europe: Britain, France, Italy, Germany, Third Edition Oxford University Perss, United Kingdoms, 1998, hlm 86
29
Ibid, hlm 7
867 dan individu pengurusnya sama sekali terpisah dan terpisahkan dari urusan
organisasi. Dapat dikatakan organisasi partai politik yang demikian berarti masih terdapat kultus individu atau personalisasi yang demikian kuat, sehingga partai
politik
yang demikian
masih sangat
tergantung pada
figur suatu
individukelompokgaris keturunan. Indikator gejala kultus individu atau personalisasi di suatu organisasi dapat
terlihat tatkala suksesi atau pergantian kepemimpinan. Bahkan banyak organisasi termasuk partai politik segera bubar atau minimal mengalami kemunduran tidak
lama setelah tokoh sentral ketua, pendiri meninggal dunia atau mengundurkan diri. Monica dan Jean Charlot mengemukakan: Until a party or any association has
surmounted the crisis of finding a succesion to its founder, until has drawn up rules of succession that are legitimate
in the eyes of members, its ’institutionalization’ will remain precarious
30
Selama suatu organisasi belum dapat mengatasi krisis dalam pergantian kepemimpinannya dan belum berhasil meletakkan dasar pengaturan yang dapat
diakui dan dipercaya oleh anggotanya, maka selama itu pula pelembagaan organisasi tersebut masih bermasalah dan itu belum dapat dikatakan kuat. Terutama jika
pergantian kepemimpinan tersebut terkait dengan pendiri, pemimpin dan atau orang-orang yang berjasa bagi organisasi yang bersangkutan, sering ditemukan
muncul kesulitan, hambatan, konflik dalam pergantiansuksesi yang diharapkan berjalan tertib dan damai. Disinilah tantangannya bagaimana suatu organisasi apalagi
organisasi partai politik dapat melakukan pergantiansuksesi kepemimpinan yang dilakukan dengan cara impersonal dan depersonalisasi.
31
Parameter ketiga adalah terkait dengan organizational differentiation. Yang dimaksud disini adalah bagaimana partai politik kemudian bisa menangkap peluang,
tantangan, aspirasi
dan perkembangan
zaman untuk
kemudian bisa
mengakomodasikan dalam organisasi partai politik tersebut untuk kemudian memobilisasi dukungan konstituen. Apalagi dalam suatu sistem multipartai dan
banyaknya aspirasi dan kepentingan politik yang saling berkompetisi dalam masyarakat memerlukan penyaluran yang tepat terutama melalui partai politik. Maka
partai politik yang berhasil menangkap peluang, memobilisasi dan menyalurkan aspirasi dan bahkan berhasil mewujudkan aspirasi maka semakin besar pula peluang
partai politik tersebut untuk terlembagakan secara tepat.
Agar kemudian Partai Politik bisa menjadi suatu lembaga yang mampu menangkap, mengagregasikan, memobilisasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat,
dibutuhkan suatu struktur organisasi yang tepat sehingga ragam kepentingan dan aspirasi masyarakat bisa tertampung dengan pembentukan struktur yang tepat pula.
Struktur organisasi yang tepat dan diisi oleh orang-orang pengurus yang berintegritas dan memiliki komitmen, bekerja keras dan mengabdi dengan Ikhlas.
Tentu saja baik struktur maupun orang-orang pengurus tersebut harus sesuai dan cocok dengan visi misi platform Partai Politik tersebut.
Nazuruddin Sjamsuddin, Zukifli Hamid, dan Toto Pribadi berpendapat bahwa perpecahan dalam parpol bisa disebabkan tiga hal:
32
1 Perbedaan ideologi dari para anggotanya.
30
Monica and Jean Charlot, Les Groupes Politiques dans leur Environment in J. Leca and M. Grawitz eds Traite de Science Politique Paris, PUF, 1985 hlm. 89
31
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit., hlm. 57
32
Nazuruddin Sjamsuddin, Zukifli Hamid, dan Toto Pribadi; Sistem Politik Indonesia, Jakarta, Karunika, Universitas Terbuka, 1988, hlm 5.6