Rumusan Solusi untuk Penyelesaian Sengketa Parpol

872 berdasarkan pada supremasi hukum memang tidak mudah, panjang dan melelahkan sehingga membutuhkan kesabaran. Perubahan mindset dan paradigma ini penting karena dengannya maka akan bisa dirumuskan langkah-langkah selanjutnya, dan semua pihak bisa mengerti dan menjalani dengan kesabaran. Kedua, menghidupkan kembali langkah awal penyelesaian melalui musyawarah mufakat musyawarah, rekonsiliasi, mediasi dan arbitase yang sebelumnya terdapat dalam UU No 22008 namun didalam UU No 22011 justru malah di hilangkan. Musyawarah mufakat, musyawarah, rekonsiliasi, mediasi dan arbitase adalah ciri, identitas dan ideologi dari bangsa Indonesia yang sudah diabadikan oleh para pendiri bangsa ini didalam Pancasila dan UUD 1945. Selain itu penyelesaian melalui jalan musyawarah, musyawarah, rekonsiliasi, mediasi dan arbitase adalah jalan yang mencari kesepakatan para pihak. Seperti halnya konstitusi yang merupakan kesepakatan rakyat, maka kesepakatan para pihak yang dicapai untuk menyelesaikan perselisihan dan sengketa adalah sebuah misi suci yang seharusnya dikejar dan diutamakan. Penghilangan langkah awal tersebut adalah sebuah kemunduran, karena terbukti justru pada beberapa kejadian konflik dan perselisihan parpol dapat diselesaikan dengan melalui rekonsiliasi, mediasi yang didalamnya terdapat perundingan atau dengan kata lain didalamnya terdapat musyawarah mufakat. Namun jika ternyata memang jalur musyawarah, rekonsiliasi, mediasi dan arbitase gagal menjalankan tugasnya untuk mencari kesepakatan jalan keluar perselisihan parpol, maka hal tersebut dapat diserahkan pada mekanisme Mahkamah Parpol. Ketiga, perlu dibentuk dan disusun suatu konsep mengenai Hukum Acara Mahkamah Parpol. UU No memang sudah memberikan solusi cerdas dengan menghadirkan suatu lembaga Mahkamah Parpol. Namun ternyata kehadiran dari Mahkamah Parpol tersebut tidak dibarengi dengan konsep Hukum Acara yang seharusnya ada untuk menopang kerja-kerja dari Mahkamah Parpol. Hukum Acara Mahkamah Parpol ini penting untuk mengatur hal-hal fundamental seperti jumlah majelis, rapat majelis hakim, prosedur beracara dsb. Sebaiknya Hukum Acara Mahkamah Parpol ini dibuat secara baku dan standar yang mengikat bagi semua Parpol. Oleh karenanya Hukum Acara ini dapat dibuat menyatu dengan Undang- Undang Parpol atau dapat pula dibuat terpisah dalam suatu Undang-Undang tersendiri. Keempat, perlu dibuat ketentuan dalam Undang-Undang Partai Politik yang mempertegas bahwa putusan terkait penyelesaian konfliksengketaperselisihan Parpol baik itu putusan Mahkamah Parpol, putusan Mahkamah Agung ataupun putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara harus ditaati oleh semua pihak, baik pihak parpol yang bersengketa maupun pihak pemerintah kementerian yang mempunyai kewenangan mengesahkan pendiriankepengurusan suatu parpol. Dapat pula ditambahkan ancaman sanksi perdata denda atau pidana kurunganpenjara apabila ada pihak yang ternyata tidak menaati keputusan yang sudah dibuat untuk menyelesaikan konfliksengketaperselisihan parpol. Hal ini perlu dilakukan, untuk mencegah dan menanggulangi politik kekuasaan mencampuri supremasi konstitusi, hukum, demokrasi. 873

4. Penutup

Dari paparan makalah diatas, dipandang perlu untuk menyimpulkan, menegaskan dan merekomendasikan beberapa hal berikut: 1. Bahwa definisi sengketa internal partai politik menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011 adalah 1 perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan; 2 pelanggaran terhadap hak anggota Partai Politik; 3 pemecatan tanpa alasan yang jelas; 4 penyalahgunaan kewenangan; 5 pertanggungjawaban keuangan; danatau 6 keberatan terhadap keputusan Partai Politik. 2. Bahwa UU No 22011 sudah menyediakan mekanisme yang dapat ditempuh untuk penyelesaian perselisihan parpol yaitu melalui mahkamah parpol dan jika tidak dapat menyelesaikan maka ditempuh jalur hukum melalui Pengadilan Negeri dan kasasi ke Mahkamah Agung 3. Bahwa mindset dan paradigma yang dianut UU No 22011 dalam hal penyelesaian perselisihan parpol ternyata adalah paradigma dan mindset yang cenderung pemaksaan dengan jalan secepatnya selesai dan ada hasil . Yang dibutuhkan adalah mindset dan paradigma kesabaran karena memang membutuhkan waktu dan proses yang lama, tenaga yang besar, biaya yang tidak sedikit. Perubahan mindset dan paradigma ini penting karena dengannya maka akan bisa dirumuskan langkah-langkah selanjutnya, dan semua pihak bisa mengerti dan menjalani dengan kesabaran. 4. Bahwa dipandang perlu untuk menghidupkan kembali langkah awal penyelesaian melalui musyawarah mufakat musyawarah, rekonsiliasi, mediasi dan arbitase yang sebelumnya terdapat dalam UU No 22008 namun didalam UU No 22011 justru malah di hilangkan. Musyawarah mufakat, musyawarah, rekonsiliasi, mediasi dan arbitase adalah ciri, identitas dan ideologi dari bangsa Indonesia yang sudah diabadikan oleh para pendiri bangsa ini didalam Pancasila dan UUD 1945. Selain itu penyelesaian melalui jalan musyawarah, musyawarah, rekonsiliasi, mediasi dan arbitase adalah jalan yang mencari kesepakatan para pihak. Fakta justru menunjukkan beberapa konfliksengketaperselisihan parpol dapat selesai dan reda dengan jalan musyawarahmediasirekonsiliasi. 5. Bahwa perlu dibentuk dan disusun suatu konsep mengenai Hukum Acara Mahkamah Parpol. Solusi cerdas dengan membentuk Mahkamah Parpol harus dibarengi dengan memberi landasan Hukum Acara Mahkamah Parpol yang dibuat secara baku dan standar yang mengikat bagi semua Parpol. Hukum Acara ini dapat dibuat menyatu dengan Undang-Undang Parpol atau dapat pula dibuat terpisah dalam suatu Undang-Undang tersendiri. 6. Bahwa perlu dibuat ketentuan dalam Undang-Undang Partai Politik yang mempertegas bahwa putusan penyelesaian konfliksengketaperselisihan Parpol baik itu putusan Mahkamah Parpol, putusan Mahkamah Agung ataupun putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara harus ditaati oleh semua pihak, baik pihak parpol yang bersengketa maupun pihak pemerintah kementerian. Dapat pula ditambahkan ancaman sanksi perdata denda atau pidana kurunganpenjara apabila ada pihak yang ternyata tidak menaati keputusan yang sudah dibuat untuk 874 menyelesaikan konfliksengketaperselisihan parpol. Hal ini perlu dilakukan, untuk mencegah dan menanggulangi politik kekuasaan mencampuri supremasi konstitusi, hukum, demokrasi. DAFTAR PUSTAKA Buku Literatur Ali, Perveen Shaukat, 1978, The Political Philosophy of Iqbal, Publisher United Ltd, Lahore Andrews, William G., 1968, Constitutions and Constitutionalism 3rd Van Nostrand Company, New Jersey Asshiddiqie, Jimly, 1994, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta Asshiddiqie, Jimly, 2005, Konstitusi Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, Konstitusi Press, Jakarta Asshidiqie, Jimly, 2005, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi, Konstitusi Pers, Jakarta