Partai Politik Era Demokrasi

1473 Jabatan politik yang dipilih oleh rakyat berdasarkan hasil Pemilu elected officials adalah Presiden dan Wakil Presiden, dan anggota DPR dan DPD. Penjabat yang diangkat oleh penyelenggara negara hasil Pemilu adalah antara lain para menteri dan penjabat tinggi negara Jaksa Agung dan Pimpinan Lembaga Negara non-kementerian yang diangkat oleh Presiden, hakim agung yang dipilih oleh DPR, hakim konstitusi tiga orang diangkat oleh Presiden, tiga orang diangkat oleh MA dan tiga orang dipilih oleh DPR, Komisi Yudisial yang dipilih oleh DPR, BPK yang dipilih oleh DPR, Direksi Bank Indonesia yang dipilih oleh DPR, dan berbagai komisi negara seperti KPU, Bawaslu, Komnas HAM, KPPU, dan KPI dipilih oleh DPR atas usul Presiden. Partai politik dalam Indonesia sebagai negara demokrasi adalah merupakan hal yang penting. Ini tertuang secara yuridis dalam ketentuan Pasal 28 Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 yang pada prinsipnya menjamin atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan dan tulisan. Lebih lanjut, dalam ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 sebagai perubahan atas undang-undang sebelumnya Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, secara konkrit memberikan definisi partai politik, yakni: 37 Organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Partai politik merupakan organisasi yang disusun secara rapi dan stabil dan dibentuk oleh sekelompok orang secara sukarela dan mempunyai kesamaan kehendak, cita-cita, dan persamaan ideologi tertentu. Partai politik berusaha untuk mencari serta mempertahankan kekuasaan melalui pemilu untuk mewujudkan alternatif kebijakan atau program-program yang telah disusun. 38 Keberadaan partai politik bertujuan untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan dalam NKRI. Hal ini tentunya keberadaan partai politik sangat diperlukan oleh negara, sebagai andil yang memiliki peranan strategis untuk turut serta merealisasikan konsep demokrasi serta bertujuan memelihara keutuhan NKRI. Partai politik membentuk landasan masyarakat demokratis untuk mengumpulkan kepentingan publik, mengartikulasikan dalam bentuk pilihan kebijakan dan memberikan struktur untuk berpartisipasi dalam politik. Selain itu, melatih para pemimpin politik dan melakukan pemilihan umum untuk mencari ukuran kontrol atas lembaga pemerintah. 39 Ketika partai tumbuh menjadi mayoritas, maka partai memberikan basis organisasi untuk 37 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011, perubahan atas Undang- undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 38 Komite Pemantau Legislatif Kopel Indonesia, 2013, Pembiayaan Partai Politik Sulawesi Selatan Jakarta: Partnership Kemitraan, hal. 26. 39 Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif Teoritis dan Praktis Washington DC: National Democratic Institute for International Affairs, 2011 hal. 3. 1474 membentuk pemerintah, dan ketika menjadi minoritas, partai menjadi oposisi, atau alternatif terhadap pemerintah. 40 Ketika terpilih, kandidat berusaha untuk memajukan kepentingan partai mereka di badan legislatif, mewakili agenda kebijakan tertentu yang memiliki legitimasi dari mandat pemilihan yang populer. 41 Peningkatan partisipasi politik dan persaingan di Pemilu secara baik ditandai dengan adanya pengurangan kecurangan pemilu. Ini tentunya akan mempengaruhi kualitas demokrasi menjadi lebih baik dalam pemilu. Akan tetapi, sejauh ini belum mempengaruhi perilaku dan sikap dari perwakilan partai politik yang duduk di parlemen. Ini senada sebagaimana laporan pemilu secara langsung pada tahun 2004 yang lalu: 42 Increasing political participation and competition in the 2004 election was marked by the reduction of electoral fraud, which undoubtedly affected the quality of democracy in the Republic. however so far these features have not influence the behaviour and attitudes of the political party representatives who sit in parliament. Dalam negara-negara demokratis, secara umum dinggap lebih baik apabila partisipasi masyarakat lebih baik. Tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga negara mengikuti dan memahami masalah politik serta ingin melibatkkan diri dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya, jika tingkat partisipasi yang rendah, maka diartikan banyak warga negara yang tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan. 43 Dalam demokrasi barat, loyalitas pemilih kepada partai politik cenderung menurun. 44 Pemilu menjadi salah satu parameter utama dalam sebuah sistem pemerintahan yang demokratis. Robert Dahl memberikan 8 delapan kriteria demokrasi yang meliputi: 45 “ a reasonably responsive democracy can exist only if at least eight institutional guarantees are present : 1 freedom to form and join organizations; 2 freedom of expression; 3 the right to vote; 4 eligibility for public office; 5 the right of political leaders to compete for support and votes; 6 alternative sources of information; 7 free and fair elections; and 8 institutions for making government policies depend on votes and other expressions of preference. Pengaturan partai politik dalam keikutsertaan pemilu selama ini hanya berkaitan dengan keanggotan, kepengurusan, dan kantor partai. Dalam perkembangan demokrasi saat ini, penting adanya keterbukaan informasi tentang partai. Menurut Komisi Pemilihan Umum KPU, syarat keterbukaan 40 Ibid. 41 Ibid. 42 Konrad, Adenauer, Stiftung Ed, 2007, Parties and Democracy The KAS Democracy Report 2007 Germany: Bouvie hal. 138. 43 Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai: Partisipasi dan Partai Politik Suatu Pengantar Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1982 hal. 3. 44 Peter Mair, Wolfgang C Muller and Fritz Plasser Ed, Political Parties and Electoral Change, Party Responses to Electoral Markets, New Delhi: Sage Publications, 2004 hal. 1. 45 Robert A. Dahl, Polyarchy, 1971, Participation and Opposition New Haven: Yale University Press hal. 3 dalam http:ahsanulminan.webs.comCoretan20dindingPolitik20Hukum20Pengaturan20D ana20Kampanye20Partai20Politik.pdf , diakses tanggal 17 Juli 2016. 1475 seharusnya juga termasuk dalam undang-undang pemilu. Partai harus bersifat terbuka kepada publik dan jujur tentang pengelolaan keuangan partai 46 Konsepsi demokrasi dalam tataran ekonomi lebih mengutamakan pada keterbukaan kompetisi dan informasi. Selama ini partai politik yang terjerat dalam sistem oligarki membawa pada pragmatisme politik yakni jabatan dan uang. Oligarki menghantarkan kader-kader yang duduk dalam kursi perpolitikan legislatif dan eksekutif hanyalah berasal dari kalangan tertentu dan memiliki logistik yang besar. 47 Demokrasi yang baik adalah demokrasi yang bertujuan untuk mengantarkan putra-putri terbaik negeri tampil dalam politik. Esensi dalam sistem demokrasi adalah mendorong hak semua orang setara dalam hak dan kewajiban sebagai warga negara. Indonesia terus berkembang pasca reformasi dengan menjadi negara demokrasi yang meningkatkan kewajiban negara untuk mensejahterakan rakyatnya. Dalam realitas politik, sistem perpolitikan di Indonesia jauh dari sistem kesempurnaan. Demokrasi dalam masyarakat yang majemuk akan menimbulkan ongkos politik yang semakin mahal. Ini juga terkait dengan tata demografi penduduk Indonesia pada setiap wilayah dengan jumlah penduduk yang beragam. Politik di Indonesia masih berbentuk oligarki, yakni kekuatan hanya bertumpu pada beberapa pihak tertentu sehingga peranan dalam sistem demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik. dalam negara demokrasi, seharusnya tidak ada sistem oligarki. Pada dasarnya anggaran pendanaan partai sah diajukan apabila kebijakan mengarah pada efisiensi dalam berpolitik. 48 Proses politik yang demokratis tidak akan dapat berlangsung tanp a adanya sumber keuangan yang memadai. Ini akan berdampak nantinya, partai politik tidak dapat mengorganisasi dirinya, para politisi tidak dapat berkomunikasi dengan publik, dan kampanye pemilihan umum tidak dapat dilaksanakan. 49 Partai harus dapat melakukan pendidikan politik yang baik kepada anggota, sehingga dengan adanya kaderisasi kepada anggota, akan tersedia sehingga tersedia calon pemimpin yang cakap dalam jumlah yang memadai. Kampanye Pemilu merupakan kelanjutan dari pelaksanaan fungsi partai politik, yaitu rekrutmen warga negara menjadi anggota partai, kaderisasi anggota menjadi kader partai, merumuskan rencana pola dan arah kebijakan publik berdasarkan aspirasi konstituen dan ideologi partai sebagai representasi politik, serta nominasi kader partai menjadi calon peminpin di lembaga legislatif atau eksekutif. 50 Kekuatan dan kualitas kampanye partai politik peserta pemilu sangat dipengaruhi oleh kemampuan partai dalam menggalang dan mengelola dana kampanye. Semakin besar kemampuan partai politik atau kandidat dalam menggalang dana kampanye, maka akan memberi peluang yang lebih besar 46 http:beritagar.idartikelberitaketerbukaan-pengelolaan-keuangan-parpol- diusulkan-masuk-ruu-pemilu , diakses pada tanggal 15 Juli 2016. 47 http:www.kompasiana.commuhammadtaufikmenghilangkan-korupsi-partai- politik_5528ff8b6ea8342e748b4592 , diakses pada tanggal 11 Juli 2016. 48 Ibid. 49 Ramlan Surbakti, Op. Cit., hal. 3. 50 Ibid., hal. 10. 1476 untuk melakukan kampanye secara lebih massif. 51 Bagi partai yang sedang berkuasa, untuk melanggengkan kekuasaan yang akan datang, maka akan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya selama berkuasa untuk modal kampanye. Bagi partai yang belum berkuasa, maka dana untuk kampanye yang akan datang, akan dikumpulkan dengan seagala cara, seperti menawarkan peluang investasi ’ untuk kedudukan atau akses yang strategis. 52

C. Transparansi Internal Partai

Ketentuan transparansi atau keterbukaan dalam partai terdapat dalam berbagai peraturan. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dalam pasal 7 disebutkan bahwa kewajiban badan publik adalah untuk menyediakan atau memberikan informasi publik yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon informasi publik. Ini juga sebagai cerminan kedudukan partai politik sebagai badan publik. Pasal 15 huruf b menyatakan bahwa partai politik wajib menyediakan informasi publik berupa program umum dan kegiatan partai politik. Selain itu juga diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Pasal 39 ayat 3 menyatakan bahwa partai politik wajib membuat laporan keuangan dan terbuka untuk diketahui masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, mengatur keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 53 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN merupakan wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang- undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. 54 Pendanaan partai berasal dari 4 empat sumber yakni meliputi iuran anggota, sumbangan perorangan yang berasal dari anggota partai, sumbangan pihak ketiga baik perorangan maupun badan hukum, serta subsidi negara dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Secara keseluruhan Partai Politik di Indonesia belum transparan dalam pengelolaan keuangan partai. Transparansi harus memuat sumber pendanaan serta belanja partai. 55 Transparansi keuangan partai politik sampai saat sekarang masih menjadi permasalahan akut yang terjadi mulai dari level kepengurusan pusat hingga tingkat daerah. Partai politik yang ada saat ini cenderung enggan mempublikasikan laporan keuangannya, terutama yang 51 Ahsanul Minan, Politik Hukum Pengaturan Dana Kampanye Partai Politik Studi komparatif mengenai pengaruh perubahan konstalasi politik terhadap pengaturan tentang dana kampanye dalam pemilu tahun 1999, 2004, dan 2009, hal. 3, melalui www.ahsanulminan.webs.com , diakses pada tanggal 17 Juli 2016. 52 AM Lutfi, Pergulatan Partai Politik di Indonesia: Sistem Demokrasi Partai Politik Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004 hal. 5. 53 Lihat Pasal 34 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. 54 Lihat Pasal 23 Ayat 1 Undang-undang Dasar RI Tahun 1945. 55 http:beritagar.idartikelberitaketerbukaan-pengelolaan-keuangan-parpol- diusulkan-masuk-ruu-pemilu , diakses pada tanggal 15 Juli 2016. 1477 berkaitan dengan sumber pendanaan partai. 56 Menurut Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggaran Pemilu DKPP Jimly Asshiddiqie, keterbukaan dana partai politik harus disertakan dengan sanksi yang mengikat, seperti sanksi pembekuan sampai pembubaran partai politik yang harus diberikan kepada partai politik yang tidak transparan dalam pengelolaan dana partai. Apabila ada partai yang tidak jujur dalam melaporkan keuangan partai, maka merupakan suatu pelanggaran yang bisa mengancam pembekuan kepengurusan atau pembubaran. 57 Salah satu sumber dalam pendanaan kampanye Pemilu adalah sumbangan dari kas Partai. Dengan menciptakan keseimbangan dalam sumber pendanaan kampanye, maka kelebihan bentuk pendanaan dapat diwujudkan. Sumber keuangan internal partai akan ikut berperan dalam menjamin kemandirian keuangan partai politik. 58 Oleh karena itu, pengendalian keuangan partai politik harus sesuai dengan pola dan arah kebijakan publik sebagai berikut: 59 1. Penggunaan pendekatan regulasi dan subsidi finansial dari negara secara bersamaan; 2. Dana kampanye pemilu tidak bisa dipisahkan dari keuangan partai politik; 3. Keseimbangan yang wajar antara sumber keuangan publik dan sumber keuangan privat public funding in balance with private funding serta sumber internal partai iuran anggota dan sumbangan kader; 4. Kriteria yang adil kesetaraan dalam distribusi kontribusi negara kepada partai politik; 5. Kontribusi dana publik terhadap keseluruhan pengeluaran Partai Politik Peserta Pemilu P4 harus dibatasi dengan tidak lebih 25 dari total pengeluaran, sehingga nanti partai politik tidak tergantung kepada negara; 6. Pengaturan yang ketat mengenai distribusi dan alokasi dana publik APBN dan APBD baik secara langsung maupun tidak langsung kepada partai politik; 7. Pengaturan yang ketat mengenai sumbangan swasta baik jumlah maupun identitas lengkap penyumbang; 8. Batas maksimal pengeluaran partai untuk kegiatan kampanye Pemilu perlu ditentukan sehingga partai tidak memiliki utang ’ yang besar kepada penyumbang dana; 9. Transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik Pemilu sepenuhnya; 10. Jenis sanksi yang jelas untuk semua jenis pelanggaran; 11. Penetapan suatu otoritas independen yang disertai kewenangan untuk melakukan verifikasi, penyelidikan dan penyidikan untuk menegakkan ketentuan tentang keuangan partai. 56 Hasil Kajian ICW, Transparansi Keuangan Partai Masih Jadi Permasalahan Akut. http:nasional.kompas.comread2015092816422051Transparansi.Keuangan.Partai.Mas ih.Jadi.Permasalahan.Akut?utm_source=RDutm_medium=inartutm_campaign=khiprd . Diakses pada tanggal 15 Juli 2016. 57 http:nasional.kompas.comread2016052609175281tidak.transparan.kelola. keuangan.partai.politik.harus.dijerat.sanksi.pembekuan . diakses pada tanggal 11 Juli 2016. 58 Ramlan Surbakti, Op.Cit, hal. 10. 59 Ibid. hal. 9-11.