Kasus Pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat

399 menunjukan betapa demokrasi benar-benar dijalankan. Dukungan Yudhoyono, sang presiden yang juga memimpin oligarki ke Mallarangeng tidak dapat membendung arung dukungan ke Anas. Jelas sekali bahwa oligarki di Partai Demokrat belum terlalu kuat, namun partai ini menghimpun para aktivis dan orang-orang muda yang memiliki visi politik yang maju. Meskipun pada akhirnya Anas terjungkal karena kasus korupsi, kongres Partai Demokrat di Bandung dapat menjadi contoh bagi diskursus oligarki yang dinamis dan rumitnya membaca peta dominasi oleh oligark yang satu atas oligark yang lain di dalam tubuh partai Demokrat. Setelah Anas terjungkal, dilakukan Kongres luar biasa di Bali pada 30-31 Maret 2013 yang memilih Yudhyono secara aklamasi sebagai ketua umum. Kongres ini mengembalikan Yudhoyono sebagai ketua umum, yang berarti kembalinya sang fuhrer memimpin partai. Konsensus oligark di Bali memutuskan untuk mengembalikan partai ke tangan Yudhoyono dengan alasan agar stabilitas partai setelah terserang tsunami korupsi dan dihantam oleh media dari berbagai sisi dapat dikembalikan. Mimpi pemilihan demokratis atau demokratisasi yang sebelumnya telah mulai dikembangkan dalam suksesi partai politik mulai berjalan dengan baik, dikembalikan pada track konsensus oligark. Kongres bandung yang mengantarkan Anas menjadi Ketua Umum dengan segenap gegap gempita yang menyertainya, telah membuat Partai ini menjadi partai yang dianggap demokratis karena Ketua Umum, yakni Yudhoyono yang juga sekaligus presiden tidak menunjukan tanda- tanda keberpihakan. Meskipun ia menempatkan anaknya sebagai tim sukses Andi Malarangeng, namun secara terbuka, Yudhoyono membiarkan kongres di Bandung berjalan dengan langgam demokrasi yang baik. Hingga Kongres Partai Demokrat tahun 2015 yang digelar di Hotel Shangri- La Surabaya pada 11-13 Mei 2015, publik meyakini Yudhoyono tidak akan melepas partainya. Ia akan terus menjadi ketua umum. Meskipun dalam kongres di Surabaya muncul nama Marzuki Alie yang akan bersaing menghadapi Yudhoyono, namun tidak dapat membendung keinginan arus bawah pemilik suara untuk terus memilih Yudhoyono sebagai ketua umum. Hingga akhirnya yang bersangkutan terpilih kembali secara aklamasi sebagai ketua umum. Kecenderungan-kecenderungan aklamasi dan tanpa pemilihan ini merupakan fenomena tidak adanya consensus untuk menerima demokrasi sepenuhnya di dalam partai. Kehendak oligarki dan aliansi-aliansi besar yang mereka bangun justru mengancurkan harapan untuk menata dan mendorong demokratisasi partai. Partai Demokrat yang semula diharapkan untuk menjadi lokomotif pratik demokrasi di partai politik, kembali terjerembab ke dalam kutub oligarki. Praktis pada akhirnya pemilihan ketua umum yang demokratis menjadi mimpi yang terus didendangkan oleh masyarakat sipil, meskipun partai politik tidak hingga kini belum menerima demokratisasi pemilihan ketua umum-nya 400 sebagai konsensus. Kepemilikan uang dan kekuasaan menjadi dominan dalam setiap perhelatan suksesi partai politik.

4. Kasus Pemilihan Ketua Umum Partai Amanat Nasional PAN

Salah satu partai yang mengembangkan konsep oligarki-teknorat adalah PAN. Dengan berbagai kekurangannya, PAN hingga kini adalah partai yang mempertahankan tradisi pemilihan ketua umum hanya satu periode. Sejak Amien Rais, kepemimpinan di PAN berganti hanya dalam satu periodik, dan itu menjadi konsensus yang secara diam-diam diamini oleh kalangan elite di dalamnya. Proses kepemimpinan yang hanya satu periode seperti ini sebenarnya merupakan tradisi yang baik bagi demokratisasi partai politik. Hal ini juga sebagai distingsi pembeda yang mencolok dari partai lain. Setelah Amein Rais menjadi ketua umum, pengganti yang dianggap memiliki modal ekonomi yang kuat dikalangan kader partai adalah Soetrisno Bachir. Bachir – atas restu Rais – terpilih dengan suara terbanyak dalam kompetisi melawan Fuad Bawazir pada Kongres PAN di Semarang pada 10 April 2005. Bachir memperoleh 745 suara, sedangkan lawan-nya Fuad Bawazier hanya mendapatkan 551 suara. Keterpilihan Bachir tentu saja disebabkan dia termasuk dalam jajaran oligark yang memilki basis ekonomi yang kuat. Bisnis properti real estate yang dikembangkannya melalui Ika Muda Group bersama kakaknya Kamaluddin, yang sekarang ia kembangkan sendiri melalui Sabira Group menyebabkan ia menjadi salah satu konglomerat muda pribumi yang memiliki pengaruh kuat di jajaran partai. Dengan kekayaan yang dimiliki, Bachir dapat dengan mudah melakukan konsolidasi untuk membesarkan partai, sehingga Rais memiliki banyak harapan kepadanya. Sebagaimana telah diuraikan di atas, eksistensi oligarki Bachir sepenuhnya disokong oleh oligarki Rais. Rais menguasai seluruh infrastruktur partai dan dianggap sebagai pemersatu yang mengendalikan struktur dan di dengar sebagai imam bagi kadernya. Atas dasar restu Rais, Bachir sukses bertahan dan mengendalikan sepenuhnya struktur partai hingga akhir periode. Di akhir periode, ketika suksesi dipersiapkan untuk melanjutkan kepemimpinan Bachir, ia ingin kembali maju sebagai calon ketua umum untuk periode kedua. Namun Rais hendak mempertahankan tradisi agar ketua umum hanya satu periode saja. Banyak yang mensinyalir, bahwa Bachir, dengan dukungan uang yang dia miliki dapat memenangkan pertarungan. Namun Rais menjatuhkan dukungan nya pada atta Radjasa, yang juga pengusaha dan menteri di era presiden Yudhoyono. Sukses mendorong Radjasa sebagai ketua umum secara aklamasi melalui Kongres di Batam pada Januari 2010, Rais kembali melenggang sebagai ketua Majelis Pertimbangan partai. Posisi ini masih dipegang oleh Rais, karena kader menghendaki agar Rais tidak meninggalkan partai meskipun bukan sebagai ketua 401 umum. Rangkulan tangan Radjasa dan Rais telah sukses mengantarkan Radjasa sebagai calon wakil presiden yang berpasangan dengan Prabowo Subianto di pemilu . Jelas sekali, bahwa Radjasa bukanlah oligarki kacangan , dia memiliki basis keuangan yang kuat. Terbukti, seseorang yang mengikuti suksesi kepemimpinan nasional membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai suksesi politik tersebut. Setelah suksesi kepemimpinan nasional berakhir, Radjasa berharap masih dapat melanjutkan kepemimpinan nya di PAN untuk periode kedua. Lagi-lagi Rais menghendaki agar dia berhenti dan menyerahkan estafet kepemipinan kepada orang lain. Pra-suksesi berjalan cukup alot, karena rival Radjasa adalah ketua MPR, Zulkifli Hasan yang juga merupakan besan Rais. Selain karena alasan kepemimpinan satu periode, ikatan kekeluargaan antara Rais dengan Hasan tak dapat dipungkiri memuluskan dukungan Rais ke Hasan. Sebagaimana peristiwa politik sebelumnya, kemenangan tipis diperoleh Hasan atas Radjasa, padahal jika diperhitungkan secara politis, konstribusi Radjasa terhadap partai sangat besar. Namun karena tradisi satu periode dipertahankan sebagai konsensus, jelas sekali kemenangan Hasan adalah kemenangan tradisi politik PAN. Maka Pada 1 Maret 2015 , Zulkifli Hasan terpilih sebagai Ketua Umum PAN periode 2015-2020, dengan perolehan 292 suara, sedangkan lawannya, Hatta Rajasa hanya mendapat 286 suara. Selisih tipis antara keduanya. Sebagai catatan, ketika dipimpin Amien Rais, PAN dalam Pemilu 1999 memperoleh dukungan suara 7,5 jutaan. Turun tipis pada Pemilu 2004 menjadi 7,3 juta. Ketika di bawah kepemimpinan Soetrisno Bachir, hasil Pemilu 2009 turun lagi ke 6,2 juta suara. Penurunan itu membuat Sutrisno Bachir digantikan oleh Hatta Rajasa. Hasilnya perolehan suara PAN naik drastis ke 9,5 juta pada Pemilu 2014. 275 Alasan karena suara PAN naik secara signifikan, maka Radjasa maju kembali sebagai calon ketua umun. Kekuatan oligarki yang dipimpin oleh Radjasa kalah oleh kekuatan oligarki- teknorat yang dipimpin oleh Rais. Hal ini sebenarnya adalah kombinasi antara Rais, Bachir dan Hasan untuk menghadang Radjasa. Hasilnya ternyata mampu mengalahkan Radjasa. Hal ini disebabkan karena pengurus Provinsi dan KabupatenKota masih melihat Rais sebagai perekat yang menyatukan mereka, dan tentu saja mereka tidak menghendaki adanya konflik di dalam partai. Hasan yang di dukung oleh oligarki lama yang di depak, yakni Bachir, sukses melenggang menjadi ketua umum dengan selisih hanya sekitar enam 6 suara. Suatu selisih yang sangat kecil bagi kekalahan yang besar. Kemenangan Hasan adalah kemenangan oligarki lama, yakni Rais, meskipun ia tidak memiliki basis material harta yang kuat, tetapi kharisma 275 I NCAR M ASUK 3 B ESAR DI P EMILU

2019, K

ETUM PAN H ARUS F OKUS KE P ARTAI , HTTP : NEWS . METROTVNEWS . COM READ 20150208355473 INCAR - MASUK -3- BESAR - D , DIAKSES TANGGAL 17 J ULI 2016.