Sumber Pendanaan Partai Politik yang Sah Menurut Undang-

1328 Ideologi juga yang membuat kader dan masyarakat loyal terhadap partai yang mereka usung. Para kader rela mengorbankan harta yang dimiliki untuk kelangsungan dan kebutuhan operasional partai, yang disebut dengan iuran anggota. Hubungan ideologi yang kuat antara partai dan kader partai, menyebabkan kader partai rela memberikan harta, barang dan jasa kepada partai. Namun seiring berjalannya waktu, partai bergerak dengan pragmatisme sehingga mengaburkan ideologi partai. Hal ini tentu berdampak pada loyalitas kader terhadap partai. Iuran anggota menjadi sulit dan cenderung mustahil didapatkan, karena kader tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap partai. Sementara biaya operasional partai terus berjalan. Namun kader, tidak lagi memberikan sumbangan secara sukarela kepada partai. Hal inilah yang menyebabkan iuran anggota semakin sulit diharapkan sebagai sumber pendanaan partai politik. 2 Sumbangan yang sah menurut hukum Sebagai mesin pemilu, fungsi utama partai politik adalah meraih suara sebanyak-banyaknya. Namun dalam menjalankan fungsi ini partai politik menghadapi situasi sulit sebab untuk memenangkan pemilu mereka membutuhkan uang banyak. Padahal pada saat yang sama iuran anggota semakin berkurang. Untuk menghadapi masalah ini, partai politik mencari uang sumbangan. Pada awalnya, partai politik mencari sumbangan dari anggota. Namun karena jumlah anggota yang mampu menyumbang terbatas, partai politik lalu menerima sumbangan dari perseorangan bukan anggota. Akhirnya, guna memenuhi kebutuhan yang terus meningkat partai politik menerima sumbangan dari badan hukum, khususnya lembaga bisnis atau perusahaan. 200 Lemahnya sumber dana partai melalui iuran anggota, menyebabkan partai mengalihkan sumber pada sumbangan, baik sumbangan perseorangan, kelompok maupun badan usaha. Sumbangan inilah yang selama ini ditengarai menjadi sumber konflik. Hal ini disebabkan, sumbangan tersebut bukan berasal dari internal partai yakni kader. Namun, mereka yang berada di luar partai. Hal ini tentu memiliki konsekuensi yang berbeda ketika penyumbang berasal dari internal partai dengan penyumbang yang berasal dari eksternal partai. Jika penyumbang berasal dari internal partai, sumbangan didasarkan pada kesukarelaan. Sedangkan jika penyumbang berasal dari eksternal partai, yang mendasari hal tersebut tentu adalah sebuah kepentingan. Hal ini yang berbahaya karena berpotensi 200 Richard katz and Peter Mair, How Party Organize: Change and Adaption in Party Organization in Western Democracies, London: Sage Publication, 1994. 1329 menyandera partai dengan kepentingan yang bertolak belakang dengan ideologi partai. Meskipun, Pasal 35 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 telah mengatur mengenai sumbangan sah yang dapat diterima partai, yakni sumbangan yang berasal dari: a. perseorangan anggota partai politik yang pelaksanaannya diatur dalam AD dan ART, b. perseorangan bukan anggota partai politik, paling banyak senilai Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah per orang dalam waktu 1 satu tahun anggaran, dan c. Perusahaan danatau badan usaha, paling banyak senilai Rp 7.500.000.000,00 tujuh miliar lima ratus juta rupiah per perusahaan danatau badan usaha dalam waktu 1 satu tahun anggaran. Sumbangan didasarkan pada prinsip kejujuran, sukarela, keadilan, terbuka, tanggung jawab, serta kedaulatan dan kemandirian partai politik. Namun pada kenyataannya, sumbangan yang diberikan kepada pihak luar tidak sesuai dengan ketentuan aquo. Banyak sumbangan yang melebihi dari ketentuan. Hal ini dapat dibuktikan dengan ketidakcocokan antara besarnya kebutuhan partai untuk mencukupi kebutuhan operasional dan modal kampanye pada saat pemilu dengan sumbangan yang dilaporkan. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan yang diberikan lebih dari apa yang dilaporkan. Karena tidak dipungkiri, sumber pendanaan utama partai saat ini berasal dari sumbangan. 3 Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBNAnggaan Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Bantuan keuangan dari APBNAPBD telah lama menjadi perdebatan. Bagi pihak yang menyetujui adanya bantuan keuangan dari pemerintah beranggapan, bahwa bantuan akan membantu partai politik mandiri dan bebas dari kepentingan para penyumbang, yang saat ini menjadi dominan dalam sumber pendanaan partai. Namun di pihak kontra beranggapan bahwa partai tidak selayaknya mendapatkan bantuan dari pemerintah, hal ini dianggap sia-sia karena partai politik dirasa belum memberikan kontribusi nyata kepada bangsa dan Negara. Selain itu, bantuan keuangan dari pemerintah rentan untuk diselewengkan atau digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya. Bantuan keuangan yang seharusnya lebih banyak digunakan untuk pendidikan politik bagi kader dan masyarakat, malah lebih banyak digunakan untuk biaya operasional partai. Tidak adanya pengawasan dan lemahnya penegakan hukum menyebabkan hal ini terjadi berlarut- larut. Terlepas dari pro kontra bantuan keuangan oleh pemerintah, perlu dilakukan pembenahan dalam 2 dua hal utama, yakni: pengawasan terhadap penggunaan bantuan 1330 keuangan dari pemerintah tersebut dan penegakan hukum kepada siapa yang menyalahgunakan bantuan tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri, bantuan keuangan dari pemerintah kepada partai politik adalah sebuah keniscayaan untuk mendorong partai lebih independen dan bebas dari kepentingan pemodal besar. Pemberian bantuan keuangan kepada partai tidak hanya dilakukan di Indonesia. Beberapa Negara di dunia menerapkan hal tersebut. Seperti di Inggris yang memberikan subsidi kepada partai. The Electoral Commission sesuai dengan Undang-Undang The Political Parties, Elections anf Referendums Act 2000, bertugas untuk menyalurkan dana Policy Development Grants PDGs kepada partai politik yang berhak. Alokasi dana yang diberikan tersebut bertujuan untuk membantu proses pembuatan kebijakan. Alokasi dana tersebut dibagikan kepada partai- partai di legislatif yang memiliki dua kursi dalam House of Commons. 201 Dari ketiga komponen tersebut, iuran dari penyumbang mendominasi sumber keuangan partai politik, baik sumbangan dari perseorangan maupun sumbangan dari badan usaha. Idealnya, besaran dari ketiga komponen tersebut memiliki prosentase yang seimbang.

B. Fundraising sebagai Sumber Pendanaan yang Potensial Bagi

Partai Politik Di era modern dengan kesadaran demokrasi yang tinggi dapat dimanfaatkan dengan menggandeng masyarakat dalam kegiatan penggalangan dana fundraising. Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut, yang dalam hal ini adalah partai politik. Fundraising adalah peristiwa atau kampanye yang tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan uang untuk suatu tujuan. Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut. 202 Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun badan hukum. 201 Kemitraan bagi Pembaharuan Taa Pemerintahan, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktik, Jakarta:Kemitraan bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan, 2011, hlm. 34-35. 202 Hendra Sutisna, Fundraising Database, Jakarta, Piramedia, 2006, hlm. 11. 1331 Fundraising juga dapat diartikan sebagai sebuah proses dalam mempengaruhi masyarakat, baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada suatu organisasi. 203 Kata mempengaruhi masyarakat mengandung banyak makna: Pertama, dalam kalimat diatas mempengaruhi bisa diartikan memberitahukan kepada mayarakat tentang seluk-beluk keberadaan organisasi yakni dalam hal ini adalah partai politik. Kedua, mempengaruhi dapat juga bermakna mengingatkan dan menyadarkan. Artinya mengingatkan kepada masyarakat, mengenai pentingnya peranan partai politik dalam sistem demokrasi Indonesia. Kesadaran yang seperti ini diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat dengan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh partai politik. Ketiga, mempengaruhi dalam arti mendorong masyarakat, lembaga dan individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa materi maupun non materi kepada partai politik. 204 Gambaran-gambaran yang diberikan inilah yang diharapkan bisa mempengaruhi masyarakat sehingga mereka bersedia memberikan sebagian sumbangan baik berupa uang, barang atau jasa yang dimilikinya kepada partai politik. 205 Dalam fundraising, selalu ada proses mempengaruhi. Proses ini meliputi kegiatan memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu atau mengiming-iming, termasuk juga melakukan penguatan stressing, jika hal tersebut memungkinkan atau diperbolehkan. Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran dan kepedulian. Fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun perusahaan agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi atau lembaga. Kata mempengaruhi mengandung makna sebagai proses mempengaruhi masyarakat. Mempengaruhi juga dapat diterjemahkan sebagai merayu, memberikan gambaran tentang bagaimana proses kerja, program, dan kegiatan, sehingga menyentuh dasar-dasar nurani seseorang. Gambaran-gambaran yang diberikan inilah yang diharapkan bisa mempengaruhi masyarakat, sehingga mereka bersedia memberikan sebagian dana yang dimilikinya sebagai sumbangan dana, kepada organisasi atau lembaga yang telah merayunya. Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini adalah suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat. Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua 203 Dewi Mayang Sari, Kajian Strategi Fundraising BAZIS DKI Jakarta Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS, Jakarta: skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2013, hlm. 31. 204 Dewi Mayang Sari, Ibid, hal. 32. 205 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat, Yogyakarta, Sukses, 2009, hlm. 12.