KOMPLIKASI TERAPI EDUKASI PROGNOSIS KEWENANGAN BERDASAR TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN

240 sekunder seperti gabapentin dan sedatif nipnotik. Dapat ditambah opioid potensi tinggi seperti metadon.

9. KOMPLIKASI TERAPI

Peningkatan dosis lepodova dapat menimbulkan komplikasi rebound, gejala muncul kembali pada larut malam atau pagi akibat kadar obat yang menurun. Komplikasi lain adalah adanya augmentation. Augmentation terdiri dari : 1.Terjadi suatu peningkatan gejala RLS setelah respon awal yang normal akibat respon paradoks. 2.Kemajuan gejala dalam waktu antara 4 atau 2 jam. 3.Pemendekan jarak onset gejala dan saat istirahat 4.Penyebaran kebagian badan lain yang sebelumnya tidak terkena 5.Peningkatan gejala-gejala PLM dan pemendekan durasi bebas gejala Pengobatan Augmentation adalah seperti RLS refrakter. Sindrom kaki resahgelisah dapat membuat insomnia akibat disestesi

10. EDUKASI

Oleh karena gejala dan tanda RLS sering tidak berdiagnosis dan kurang dimengerti maka edukasi ditujukan terhadap penegakkan diagnosis seperti 4 kriteria pokok dan 3 kriteria tambahan. Waktu kejadian dicatat dan dilaporkan dalam anamnesis Edukasi terhadap macam terapi dan jenis obat yang digunakan serta terapi non farmakologi. Edukasi terhadap tentang prognosis RLS bahwa gangguan disestesia berlangsung seumur hidup dan berkembang dengan tambahnya usia. Edukasi terhadap dampak sosial dan pekerjaan dalam masyarakat dan sosialisasikan bahwa obat untuk disestesia cukup tersedia untuk menghilangkan gejala. 241

11. PROGNOSIS

RLS primer dialami seumur hidup dan gejala makin memburuk dengan bertambahnya umur dan lebih lambat pada RLS primer. Tingkat prognosis ad vitam, ad sanam dan ad fungsionam adalah dubiah ad bonam.

12. KEWENANGAN BERDASAR TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN

1. Fasilitas pelayanan kesehatan primer Ada dugaan penyakit RLS. dapat membedakan RLS primer atau sekunder dengan pemeriksaan lab PK dan ada riwayat keluarga, dirujuk ke spesialis saraf untuk terapi selanjutnya 2. Fasilitas pelayanan kesehatan ke 2 RS type B dan C dapat dilakukan terapi non farmakologik dan terapi farmakologik. Dilakukan pemeriksaan Head CT Scan untuk menegakkan diagnosis RLS sekunder. 3. Fasilitas pelayanan kesehatan ke 3 RS type A dilakukan pemeriksaan MRI pada RLS sekunder, bila ada defisit neurologi fokal. Juga dilakukan pemeriksaan Lab PK dan Elektroneuromiografi. Dilakukan tatalaksana medis yang lebih tuntas baik terapi non farmakologik dan farmakologik. KEPUSTAKAAN : 1. Amin Husni,Thamrin Syamsudin, Subagya dkk, 2013 Panduan Tatalaksana Penyakit Parkinson dan Gangguan Gerak Lain, Kelompok Studi Gangguan Gerak, PERDOSSI Jakarta pp : 140-152. 2. Allen RP, Montplaisir J, Ulfber J. 2003 , Rest Less Legs New insight , Rafael bokforlag, Boeringer Ingelheim GmbH, Rocheter USA, 03-10:PP 1-93 3. Bochfahrer MJ, Hening WA, Kushide CA, 2007 RestLess Legs Syndrome copy with your Sleepless Night, Amercan Academy of Neurology , Montreal USA. 4. Marconi M, Ferini Strambi L Review Parmakological of Restless Legs Syndrome. Clinical Medicine : therapeutic , 2009 ; 1:1179-1188. 5. Natarajan R, Review of Periodik Limb Movement and Restless Legs Syndrome. J. of Post Graduate Medicine , 2010 ;56 2:157-162 242 6. Trenkwalder C, Hogl B, Winkelmann J. Recent Advances in The Diagnosis Genetic and Treatment of Restless Legs Syndrome.J. Neuronal , 2009; 256:539-553 7. Sommer DB, Stacy M. Epidemiology and Pahtophysiology of Restless Legs Syndrome. US Neurological Disease ,2007:69-72 8. Hugl B, Paulus W, Trend Walder C, Claren Boch P. Resless Legs Syndrome Diagnostic Asesment and advantages and Risk of Dopamigenic Treatment. J. Neuronal,2006: 253,Suppl 4: 14-22-IV-28 9. Melino G, Serafin A, Robius F, Valente M, Galgi GL, Restless Legs Syndrome, Differential diagnosis and management with rotigitine neurophychiatric disease and treatment ;2009 5 67-80 10. Picchietti D, Winkelman JW, Review Restless Legs Syndrome, Periodic Limb Movement in Sleep and Depression SLEEP ,2005; 287.891-298 11. Lee Ya, Safranek S, Kalsberg G. What drugs are effective for Periodic Limb Movement Disorders. The Journal of Family Practice ,2012 ;Vol.b15 ,296-298 243 Hemifacial Spasme 1. Pengertian Suatu kelainan neuromuskular yang ditandai dengan adanya kedutan twitching atau kontraksi spasm otot-otot wajah pada satu sisi, terjadi akibat penekanan atau iritasi dari saraf facialis saraf ke VII oleh pembuluh darah disekitarnya. Penekanan ini yang menyebabkan saraf facialis tidak bekerja secara normal, yang menyebabkan kontraksi otot-otot wajah tidak bisa dikendalikan.

2. Anamnesis