Pemeriksaan Kognisi Fungsional Pemeriksaan kognisi sederhana: Diagnosis Banding Pemeriksaan Penunjang • Untuk pemantauan progresitas dan derajat keparahan demensia Tatalaksana A. Terapi Farmakologi Terapi Farmakologi Penguat Kognisi

138 DEMENSIA Kode ICD X : F03

1. Pengertian

Demensia adalah sindrom penurunan fungsi intelektual dibanding sebelumnya yang cukup berat sehingga mengganggu aktivitas sosial dan professional yang tercermin dalam aktivitas hidup keseharian, biasanya ditemukan juga perubahan perilaku dan tidak disebabkan oleh delirium maupun gangguan psikiatri mayor

2. Anamnesis

Anamnesis neurobehavior dari informan mencakup awitan, pola perubahan domain kognisi dan non kognisi serta perjalanan penyakit penting untuk menentukan ada tidaknya demensia. Riwayat medis umum, neurologi, psikiatri, obat-obatan dan riwayat keluarga perlu untuk menentukan penyakit yang mendasari atau kondisi medis yang berkaitan dengan demensia.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik umum Pemeriksaan neurologis

4. Pemeriksaan Kognisi Fungsional Pemeriksaan kognisi sederhana:

AD8-INA Mini Mental State Examination MMSE Clock Drawing Test CDT Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia MoCA-INA Pemeriksaan kognisi lengkap: Consortioum to Establish A Registry for Alzheimer’s Disease CERAD Pemeriksaan Aktivitas Fungsional ADLIADL Katz atau Lawton

5. Kriteria Diagnosis Berdasarkan rekomendasi the National Institute on Aging and the

Alzheimer’s Disease Association workgroup tahun 2011, diagnosis ditegakkan bila ditemukan gejala kognisi dan perilaku neuropsikiatrik yang: 1. Mengganggu kemampuan fungsional di pekerjaan atau aktivitas keseharian; dan 2. Merupakan penurunan dari tingkat fungsi dan performa sebelumnya; dan 3. Tidak dapat disebabkan oleh delirium atau gangguan psikiatri mayor; 4. Gangguan kognisi dideteksi dan didiagnosis melalui kombinasi dari 1 pengambilan riwayat penyakit dari pasien dan informan yang mengetahui kondisi pasien dan 2 pemeriksaan objektif kognisi baik berupa pemeriksaan status mental bedside maupun berupa tes neuropsikologi. Tes 139 neuropsikologi lengkap diperlukan ketika riwayat penyakit rutin dan pemeriksaan status mental bedside tidak dapat memberikan diagnosis yang meyakinkan. 5. Gangguan kognisi dan perilaku mencakup minimum dua dari domain- domain berikut: a. Gangguan kemampuan untuk mendapatkan dan mengingat informasi baru. Gejala meliputi pertanyaan dan percakapan diulang- ulang, salah meletakkan barang milik pribadi, melupakan kejadian atau janji, sesat di jalan yang telah dikenal baik sebelumnya. b. Gangguan logika dan penanganan tugas kompleks, pengambilan keputusan yang buruk. Gejala berupa gangguan mengerti risiko keselamatan, tidak dapat mengatur keuangan, kemampuan pengambilan keputusan yang buruk, tidak mampu merencanakan aktivitas kompleks dan berurutan.

c. Gangguan kemampuan

visuospasial. Gejala meliputi ketidakmampuan mengenali wjah atau objek keseharian dalam pandangan langsung walaupun penglihatan normal, ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu prosedur sederhana atau berpakaian.

d. Gangguan fungsi berbahasa berbicara, membaca dan menulis.

Gejala meliputi kesulitan memikirkan kata yang dipakai sehari-hari saat berbicara dan keraguan dalam berbicara, mengeja dan menulis.

e. Gangguan kepribadian, perilaku atau penampilan. Gejala meliputi

fluktuasi mood yang tidak khas seperti agitasi, gangguan motivasi, inisiatif, apati, kehilangan dorongan berbuat, menarik diri dari interaksi, berkurangnya minat terhadap aktivitas sebelumnya, kehilangan empati, perilaku kompulsif atau obsesif, perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat.

6. Diagnosis Banding

• Delirium • Depresi

7. Pemeriksaan Penunjang • Untuk pemantauan progresitas dan derajat keparahan demensia

 Mini Mental State Examination MMSE  Clinical Dementia Rating CDR  Global Deterioration Scale • Untuk mendeteksi adanya gejala non kognisi  Geriatric Depression Scale GDS  Neuropsychiatric Inventory NPI • Pemeriksaan Laboratorium untuk komorbiditas  Tes hematologi rutin Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Hitung jenis, Laju Endap Darah 140  Tes biokimia meliputi elektrolit, glukosa, fungsi renal dan hepar  Tes fungsi tiroid  Kadar serum vitamin B12 • Neuroimaging  Structural Imaging: CT Scan dan MRI  Functional Imaging: MRS, PET, dan SPECT • Pemeriksaan Tambahan  Pemeriksaan EEG, cairan otak, tes TPHAVDRL, HIV atas indikasi klinis

8. Tatalaksana A. Terapi Farmakologi

• Harus sejalan dengan intervensi psikososial untuk memperbaiki kognisi, fungsi dan perilaku. • Harus dinilai secara berkala setiap 3 bulan meliputi fungsi kognisi, fungsi secara global dan perilaku • Evaluasi harus melibatkan penilaian keluarga

1. Terapi Farmakologi Penguat Kognisi

Demensia Alzheimer ringan dan sedang Penyekat Kolinesterase o Donepezil. Dosis awal 1x 2,5 - 5 mg, naikkan setiap 4-8 minggu sampai mencapai 1x 10 mg o Rivastigmin patch. Dosis awal patch 4,6mg24jam naikkan hingga 9,5mg24jam setelah 4 minggu • Galantamin. Dosis awal 2x4mg, naikkan setelah 4 minggu 2x8 mg tablet atau 1x16 mg PR capsul • Efek samping: mual, muntah, diare dan bradikardi pernah dilaporkan Alternatif terapi o Ekstrak Ginkgo Biloba 761 EGB761. Dosis 2x120mg. Demensia Alzheimer sedang dan berat o Donepezil. o Antagonis reseptor MNDA Memantin. Dosis awal: 1x5 mg, naikkan 5 mg tiap minggu sampai dosis 2x10mg Demensia Vaskuler o Penyekat Kolinesterase. o Kontrol faktor risiko vaskuler Demensia Lewy Body o Penyekat Kolinesterase terutama Rivastigmin 141 Demensia Frontotemporal o Tidak dianjurkan Penyekat Kolinesterase o Tidak dianjurkan Memantine

2. Terapi Farmakologi Gejala Non-Kognisi a. Agitasi, agresi dan psikotik