7
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan neurologis normal. Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan
sebab-sebab sekunder, yang memerlukan pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda
4. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam tidak diobati atau
tidak berhasil diobati. C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
1. Lokasi unilateral 2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat 4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari
aktivitas fisik rutin seperti berjalan atau naik tangga. D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Nausea dan atau muntah 2.
Fotofobia dan fonofobia E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan
transient ischemic attack harus dieksklusi
5. Diagnosis Banding
• Tension Type Headache • Nyeri kepala klaster
• Nyeri kepala servikogenik
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll atas indikasi, untuk menyingkirkan penyebab sekunder
b. CT scan kepala MRI kepala untuk menyingkirkan penyebab sekunder Neuroimaging diindikasikan pada :
• Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup penderita. • Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren.
• Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
• Sakit kepala yang progresif atau persisten.
• Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren tanpa aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
• Defisit neurologis yang persisten. • Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan
gejala-gejala neurologis yang kontralateral. • Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
• Gejala klinis yang tidak biasa.
8
7. Tatalaksana A. Terapi abortif migrain:
a. Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi non steroid OAINS
b. Abortif spesifik : triptan, dihidroergotamin, ergotamin, diberikan jika analgetik atau OAINS tidak ada respon.
Risiko medication overuse headache MOH harus dijelaskan ke pasien, ketika memulai terapi migrain akut
• Analgetik dan OAINS
a. Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam Level of evidence : A. b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam A.
c. Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi migrain akut
ringan sampai sedang B.
d. Kalium diklofenak powder 50 -100 mg per hari dosis tunggal. • Antimuntah
a. Antimuntah oral atau per rektal dapat digunakan untuk mengurangi gejala mual dan muntah dan meningkatkan pengosongan lambung
B
b. Metokloperamid 10mg atau donperidone 10mg oral dan 30mg rektal.
• Triptan a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat jika serangan
sebelumnya belum dapat dikendalikan dengan analgesik sederhana A.
b. Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau Rizatriptan 10 mg A.
• Ergotamin
Ergotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut A. B. Terapi profilaksi migrain:
• Prinsip umum : o Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau maksimum
untuk meminimalkan efek samping. o Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis titrasi.
o Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi komorbid pasien.
o Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan secara bertahap.
• Beta bloker o Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini pertama
A.
o Timolol 10-15 mg dua kalihari, dan metropolol 45- 200 mghari,
dapat sebagai obat profilaksi alternatif A
• Antiepilepsi o Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain
episodik dan
kronik A.
o Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain
episodik A.
• Antidepresi
o Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain B.
9 • Obat antiinflamasi non steroid
Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari B 8. Edukasi
1. Terapi komprehensif migrain mencakup terapi akut dan profilaksi, menejemen faktor pencetus dan gaya hidup melalui strategi self-
management. 2. Self-management, pasien berperan aktif dalam menejemen migrainnya.
o Self-monitoring untuk mengidentifikasi faktor2 yang mempengaruhi migrainnya.
o Mengelola faktor pencetus secara efektif. o Pacing activity untuk menghindari pencetus migrain.
o Menghindari gaya hidup yang memperburuk migrain. o Teknik relaksasi.
o Mempertahankan sleep hygiene yang baik. o Mampu mengelola stres.
o Cognitive restructuring untuk menghindari berfikir negatif. o Communication skills untuk berbicara efektif tentang nyeri pada
keluarga. 3. Menggunakan obat akut atau profilaksi secara wajar.
9. Prognosis
Ad vitam : bonam Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : bonam
10. Kewenangan berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan • Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PPK 1
o Tatalaksana oleh dokter di layanan primer o Rujuk ke Spesialis Saraf bila migren terus berlanjut atau migren tidak
hilang dengan pengobatan analgesik non-spesifik.
• PPK 2 RS tipe B dan C :
o Rujukan kasus migrain yang persisten dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik non-spesifik.
o Pengobatan migren dengan obat-obatan spesifik dan profilaksis.
• PPK 3 RS tipe A :
o Rujukan kasus migrain yang persisten dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik non-spesifik maupun spesifik, serta dicurigai
terdapat kelainan struktural di otak o Kemungkinan terjadi migren komplikasi
o Memerlukan pemeriksaan MRI dan diagnostik penunjang lain
10
11. Kepustakaan