Diagnosis Banding Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana

178 ENSEFALITIS TOXOPLASMA Kode ICD X : B58.2

1. Pengertian Ensefalitis toxoplasma adalah penyakit perdangan pada jaringan otak

yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Penyakit ini muncul akibat terjadinya reaktivasi kista laten di jaringan. Infeksi primer umumnya menyerang otak atau dapat berupa peyakit sistemik.

2. Anamnesis

Demam, sakit kepala, defisit neurologik fokal hemiparesis, paresis saraf kranial dan kesadaran menurun merupakan manifestasi klinis utama. Gejala lain adalah kejang, ataksia, afasia, parkinsonisme, chorea-athetosis dan gangguan lapangan pandang. Faktor Risiko HIV +

3. Pemeriksaan Fisik

Defisit neurologik fokal hemiparesis, paresis saraf kranial dan kesadaran menurun merupakan

4. Kriteria Diagnosis

Diagnosis definitif ensefalitis toksoplasma hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histologis biopsi jaringan otak. Sedangkan diagnosis presumtif ensefalitis toksoplasma dapat dibuat berdasarkan respon terhadap terapi empirik anti-toksoplasma secara klinis dan imajing. Secara praktis semua ODHA dengan lesi massa intrakranial dengan gejala neurologik yang progresif dapat diberikan terapi empirik anti-toksoplasma selama 2 minggu, walaupun serologinya negatif atau lesinya tunggal. Bila tidak terdapat perbaikan klinis maupun radiologik setelah terapi empirik, barulah dianjurkan untuk biopsi. Syarat pemberian terapi empirik anti- toksoplasma yaitu: • Pasien HIV positif • Terdapat gejala neurologis fokal yang progresif • Terdapat lesi fokal pada pemeriksaan imajing Tidak disarankan utk memberikan terapi empirik anti toksoplasma bila : • CD4 200 selmm3. • IgG antitoksoplasma -. • Telah menerima terapi profilaksis adekuat dengan cotrimoxazole.

5. Diagnosis Banding

179 1. Progressive multifocal leukoencephalopathy PML; perjalanan penyakitnya kronik dengan gambaran imajing lesi fokal yang tidak menyangat kontras dan tanpa efek massa. 2. Infeksi TBC pada sistik saraf pusat harus dipertimbangkan bila terdapat bukti infeksi TBC ditempat lain. 3. Limfoma sistim saraf pusat berada pada urutan kedua setelah ensefalitis toksoplasma sebagai penyebab lesi massa intrakranial pada ODHA, keduanya dapat memberikan gambaran imajing yang serupa. Pada MRI lesi tunggal dengan penyangatan kontras yang homogen lebih menyokong pada diagnosis limfoma. Pemeriksaan SPECT , PET dan MRS dapat membedakan lesi ET atau limfoma sistim saraf pusat.

6. Pemeriksaan Penunjang

• CT Brain atau MRI Brain dengan kontras • Lab: DPL HbLeuHtPlt, GDA, SGOT, SGPT, Alb, ClNaK, UrCr, analisa cairan serebro spinal, faal hemostasis, kultur+ resistensi aerob anaerob, pemeriksaanserologisToxoplasma gondii, ELISA, Western Blot analysis, IFA, RIPA, lymphosit cell CD4 dan CD8, viral load. • EKG Thorax PAAP

7. Tatalaksana

• Terapi empirik Standar terapi ensefalitis toksoplasma ET adalah kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin. Namun karena di Indonesia sulfadiazin tidak tersedia, kombinasi pilihan yaitu pirimetamin dan klindamisin, dengan dosis: − Fase akut 4-6 minggu: • Pirimetamin loading 200 mg, lalu dilanjutkan, jika BB 50 kg: 2x25 mg per hari per oral dan jika BB 50 kg: 3x25 mg per hari per oral • Klindamisin 4x600 mg − Fase rumatan: • Pirimetamin dan klindamisin dengan dosis ½ dari dosis fase akut atau menggunakan kotrimoksazol 2x480 mg. • Fase rumatan diteruskan hingga pasien mencapai nilai CD4 200 • Antiedema: − Walaupun masih diperdebatkan steroid dapat digunakan dalam waktu singkat pada terapi fase akut, terutama bila dijumpai efek massa yang signifikan. − Manitol sesuai indikasi. Respon klinik terhadap terapi empirik anti-toksoplasma biasanya terlihat dalam 7 hari. Respon radiologik berupa berkurangnya ukuran lesi dan dan penyangatan kontras mulai terlihat pada minggu ke-2. 180

8. Edukasi