Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana Terapi Akut :

16 Catatan; Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Episodik: 1. Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster. 2. Paling sedikit dua periode klaster yang berlangsung 7–365 hari dan dipisahkan oleh periode remisi bebas nyeri 1 bulan. Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Kronis: A. Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster. B. Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa periode remisi atau dengan periode remisi yang berlangsung kurang dari 1 bulan.

5. Diagnosis Banding

1. Migren 2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler, adenoma kelenjar pituitari, aneurisma arteri karotis. 3. Neuralgia trigeminus 4. Temporal arteritis

6. Pemeriksaan Penunjang

CT Scan atau MRI Kepala + kontras atas indikasi bila didapatkan defisit neurologi, atau bila diterapi belum membaik selama 3 bulan serta keluhan makin memberat.

7. Tatalaksana Terapi Akut :

• Inhalasi oksigen masker muka: oksigen 100 7 litermenit selama 15 menit level of evidence A • Dihidroergotamin DHE 0,5 – 1,5 mg i.v. akan mengurangi nyeri dalam 10 menit; pemberian i.m. dan nasal lebih lama. • Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg, akan mengurangi nyeri dalam waktu 5-15 menit; dapat diulang setelah 24 jam. Kontraindikasi: penyakit jantung iskemik, hipertensi tidak terkontrol. Sumatriptan nasal spray 20 mg kurang efektif dibanding subkutan. Efek samping: pusing, letih, parestesia, kelemahan di muka. A • Zolmitriptan 5 mg atau 10 mg per oral. B • Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4. B • Indometasin rectal suppositoria. • Opioids rektal, Stadol nasal spray hindari pemakaian jangka lama. • Ergotamine aerosol 0,36 – 1,08 mg 1 – 3 inhalasi efektif 80. • Gabapentin atau Topiramat. Supresi Periodik Klaster • Prednison 40–75 mghari untuk 3 hari  reduksi dosis dengan interval tiap 3 hari  tappering off dalam 11 hari  jika nyeri kepala klaster muncul lagi  stabilisasi dosis. • Ergotamine tartrate tab 1 mg  dosis: 1–2 tab ½–1 jam sebelum prediksi serangan Efektif pada 1–2 periode klaster pertama 17 • Dihidroergotamin; Injeksi 1 mg i.m.  2 kalihari ½–1 jam sebelum prediksi serangan • Capsaicin o Suspensi capsaicin intranasal; 2 tetes di 2 nostril  sensasi burning rhinorrhoea  diulang tiap hari untuk 5 hari serangan nyeri kepala klaster: reduksi 67. o Perlu evaluasi lanjut • Methysergide 1. Aman bila durasi periode klaster 3 bulan 2. Efek samping: fibrosis 3. Dosis: 1–2 mg, 2–3 kali hari • Chlorpromazine: 75–700 mghari Farmakologi Profilaksis • Verapamil pilihan pertama 120–160 mg t.i.d-q.i.d, selain itu bisa juga dengan Nimodipin 240 mghari atau Nifedipin 40-120 mghari A. • Steroid 80–90 efektif untuk prevensi serangan, tidak boleh diberikan dalam waktu lama. 50–75 mg setiap pagi dikurangi 10 pada hari ketiga A. • Lithium 300 – 1500 mghari rata-rata 600 – 900 mg. Level B • Methysergide 4 – 10 mghari. Level B • Divalproat Sodium. Level B • Neuroleptik Chlorpromazine. • Clonidin transdermal atau oral. • Ergotamin tartrat 2 mg 2 – 3 kali per hari, 2 mg oral atau 1 mg rektal 2 jam sebelum serangan terutama malam hari., dihydroergotamin, sumatriptan atau triptan lainnya. Level B • Indometasin 150 mghari. Catatan: − Terapi pilihan pertama: prednison 60–80 mghari selama 7–14 hari dan verapamil 240 mghari. Jika gagal: Methysergide 2 mg t.i.d 1–2 bulan jangan diberikan dengan obat lain, kecuali hydrocodon bitartrat Vicodin. − Jika tidak efektif: o Lithium atau asam valproat atau keduanya dapat dipakai bersama dengan verapamil. o Untuk pasien yang dirawat inap karena nyeri kepala klaster intractable: dihidroergotamin i.v. setiap 8 jam, juga diberikan sedatif. Pengobatan bedah untuk nyeri kepala klaster kronis Jika pengobatan konservatif dan preventif gagal, bisa dipertimbangkan untuk dilakukan “histamine desensitization” atau tindakan operasi. Indikasi operasi: 1. Nyeri kepala tipe kronis tanpa remisi nyeri selama satu tahun. 2. Terbatas nyeri unilateral. 18 3. Stabil secara fisiologik, sehat secara mental dan medik. Berbagai tindakan pembedahan: − Neurektomi oksipital − Pemotongandekompresi n.intermedius − Pemotongandekompresi n. petrosus superfisialis major − Thermokoagulasi ganglion gasseri ganglio-rhizolysis − Radiofrequency terhadap lesi − Dekompresi saraf trigeminus − Injeksi gliserol pada ganglion gasseri − Sphenopalatine ganglionectomy conventional surgery − Section of the trigeminal nerve efek samping: anestesi kornea.

8. Edukasi