PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG TATA LAKSANA

238 terjadi dalam keadaan sadar dan terjaga. Saat sedang tidur penderita sering melontarkan tungkai atau bangkit dari tidur. Gejala tersebut memberat pada sore dan malam hari. Dampak terhadap kualitas hidup, 30 menit to get to sleep, terjaga lebih tiga kali tiap malam sehingga menimbulkan gangguan energi, penurunan libido dan depresi. Dampak terhadap kehidupan sosial pada pekerjaan, ketidak nyamanan duduk selama perjamuan, peningkatan tekanan darah dan penyakit jantung, gangguan nutrisi sepanjang sore malam hari sehingga menimbulkan gangguan tidur.

4. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pemeriksaan fisik umum dan neurologis untuk menyingkirkan adanya gangguan vaskuler, neuropati, kram dan gangguan tiroid

5. KRITERIA DIAGNOSIS

Menurut Internasional Restless legs Syndrome Study Grup IRLSSG kunci diagnosis RLS ada 4 kriteria : 1. Dorongan yang tidak tertahankan untuk menggerakan tungkai yang diakibatkan disestesia 2. Disestesia mulai atau diperberat saat istirahat tidak aktif seperti duduk atau berbaring 3. Disestesia hilang sementara dengan gerakan, baik parsial atau total seperti berjalan atau peregangan 4. Disestesia mulai atau tambah berat pada sore hari atau malam Ada kriteria tambahan yang mendukung diagnosis RLS ialah adanya riwayat keluarga, respon terhadap dopamin dan adanya periodic limbs movement PLM saat tidur.

6. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding RLS dengan : • Gerakan anggota badan berulang pada orang normal • Kram atau spasme otot tungkai 239 • Klaudikasio intermitten atau neuropatik perifer • Gerak involunter tungkai • Sindrome kaki terbakar • Penyakit vaskuler perifer DVT • Akatisia dan atropati serta fasikulasi

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium patologi klinik : darah rutin, serum feritin , asam folat , gula darah, LFT , fungsi renal, tiroid, urine dan elektrolit. Pemeriksaan elektro neuro miografi • Pencitraan : CT – Scan , MRI, PET SPECT • Polisomnografi untuk menegakkan PLMD

8. TATA LAKSANA

Tujuan penatalaksanaan RLS adalah pengobatan simpotmatik untuk RLS primer dan pengobatan kuratif untuk RLS sekunder dengan tujuan utama menghilangkan gejala. Terapi Non Farmakologik meliputi ‐ Aktivitas mental permainan dan fisik peregrangan ‐ Penghentian kebiasaan merokok , kopi, alkohol dan obat pemicu RLSanti histamin, neuroleptik dan anti depresan ‐ Sleep hygene ‐ Terapi stimulasi dan perilaku latihan serta nutrisi ‐ Subtitusi preparat besi Terapi Farmakologik dapat berupa : benzodiasepin, opioid potensi rendah, levodopa dan agonis dopamin. Pada RLS intermitten dapat digunakan levodopa carbidopa, agonis dopamin , opioid potensi rendah kodein dan tramadol, hipnotik-sedatif klonazepam ,triamzolam dan zolpidem. Pada RLS harian seperti RLS intermintten, dapat ditambah gabapentin atau agen dopamin lain. Pada RLS refrakter dapat menggunakan agonis dopamin lain , obat anti konvulsan dan ajuvan obat 240 sekunder seperti gabapentin dan sedatif nipnotik. Dapat ditambah opioid potensi tinggi seperti metadon.

9. KOMPLIKASI TERAPI