Perdarahan epidural akut EDH Perdarahan subdural akut SDH Lesi parenkim traumatik Lesi massa fossa posterior Edukasi Prognosis

299

1. Perdarahan epidural akut EDH

• Volume perdarahan 30 cc dengan nilai GCS berapapun juga • Volume perdarahan 30 cc atau ketebalan 15mm atau midline shift 5mm atau GCS 8 bisa dilakukan terapi non-operatif • Pasien dengan EDH akut atau GCS9 atau pupil anisokor sebaiknya dilakukan operasi secepat mungkin

2. Perdarahan subdural akut SDH

• SDH dengan ketebalan 10mm atau midline shift 5mm harus dievakuasi dengan nilai GCS berapapun juga. • SDH dengan ketebalan 10mm atau midline shift 5mm harus dievakuasi jika GCS turun 2 poin dari waktu cedera sampai masuk rumah sakit, fungsi pupil abnormal atau TIK 20 mmHg

3. Lesi parenkim traumatik

Dilakukan evakuasi pada pasien dengan GCS 6-8 dengan volume lesi frontal atau temporal 20cc dengan midline shift 5mm atau volume lesi apapun 50cc

4. Lesi massa fossa posterior

Dilakukan evakuasi lesi pada pasien dengan massa yang sudah memberikan manifestasi pada CT scan distorsi dari ventrikel 4, penyempitan sisterna ambiens atau hidrosefalus obstruktif atau pasien sudah menunjukkan disfungsi neurologis atau perburukan 5.Fraktur tertekan depressed cranial fractures • Fraktur tertekan yang tebalnya melebihi ketebalan tengkorak harus dioperasi untuk mencegah infeksi • Kriteria non-operatif: fraktur tertekan terbuka tanpa penetrasi ke dura, perdarahan intraparenkim, depresi 1 cm, keterlibatan sinus frontal, deformitas, infeksi luka, pneumosefalus atau kontaminasi luka terbuka.

7. Edukasi

Penatalaksanaan anak dengan cedera kepala sangat memerlukan dukungan orang tua, karena itu orang tua juga perlu mendapatkan informasi mengenai diagnosis, program terapi, dan kemungkinan hasil yang dapat dicapai.

8. Prognosis

Berhubungan dengan jenis dan keparahan cedera pada kepala serta keterlibatan organ lain yang mengikutinya. Studi terbaru menunjukkan bahwa pasien anak-anak setelah cedera kepala ringan dapat mengalami masalah memori, psikomotor dan bahasa sampai 1 tahun setelah cedera. 300 9. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer • Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Tatalaksana ABC Resusitasi awal  rujuk • PPK 2 RS tipe B dan C : Talaksana medis dan bedah sesuai dengan ketersediaan fasilitas • PPK 3 RS tipe A: Talaksana medis dan bedah koomprehensif 10. Kepustakaan 1. Yokobori S, Bullock MR. Pathobiology of Primary Traumatic Brain Injury. In: Zasler ND, Katz DI, Zafonte RD, editors. Brain Injury Medicine, Principles and Practice second edition. New York: Demos Medical; 2012. p. 137-45. 2. Kochanek PM, Clark RSB, Jenkins LW. Pathobiology of Secondary Brain Injury. In: Zasler ND, Katz DI, Zafonte RD, editors. Brain Injury Medicine Principles and Practice second edition. New York: Demos Medical; 2012. p. 148-58. 3. Buku Ajar neurologi Anak Pokdi Neuropediatri PerdossiJakarta:.2015 4. Friess SH, Helfaer MA, Raghupathi R, Huh JW. An evidence-based approach to severe traumatic brain injury in children. Pediatric Emergency Medicine Practice 2007;412:1-5. 5. Law A, Settle F. Head injury management of pediatric. Starship Childrens Healt Clinical Guidline. 2008; 11-22 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015 301 TUMOR OTAK PADA ANAK Tumor otak pada anak sebagian besar merupakan tumor primer, sangat jarang ditemukan tumor metastasis dari tempat lain. Berdasarkan letak tumor otak pada anak dibagi menjadi : Tumor supratentorial cortical low-grade glioma, cortical high-grade glioma, craniopharyngioma, diencephalic low-grade glioma Tumor infra tentorial meduloblastoma, cerebellar astrocytoma, ependymoma, brainstem glioma, rhabdoid tumor Klasifikasi tumor otak menurut ICD X lebih banyak didasarkan pada letak tumor, bukan pada jenis tumor. MEDULOBLASTOMA Kode ICD X : C71

1. Pengertian