Kepustakaan Pengertian Anamnesis Pemeriksaan Fisik Kriteria Diagnosis

205

8. Edukasi

Peran keluarga pada pasien dengan risiko terjadinya tetanus adalah memotivasi untuk dilakukan vaksisnasi dan penyuntikan ATS.

9. Prognosis

Tetanus dapat menimbulkan kematian dan gangguan fungsi tubuh, namun apabila diobati dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan baik. Tetanus biasanya tidak terjadi berulang, kecuali terinfeksi kembali oleh C. tetani.

10. Kewenangan berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan • Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Tetanus ditangani pertama kali di faskes primer, dirujuk bila : o Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama. o Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan. o Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis neurologi. • PPK 2 RS tipe B dan C : Manajemen komprehensif sesuai dengan fasilitas yang tersedia, rujuk ke PPK 3 jika fasilitas tidak memadai • PPK 3 RS tipe A : Manajemen komprehensif

11. Kepustakaan

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015 206 MULTIPEL SKLEROSIS Kode ICD X : G35

1. Pengertian

Multipel Sklerosis MS merupakan penyakit demielinisasi pada sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh proses autoimun.

2. Anamnesis

Pola gejala MS yang tersering adalah pola remisi eksaserbasi. Pada pola ini gejala klinis akan muncul dan memberat pada fase eksaserbasi dan setelah kurun waktu tertentu gejala tersebut akan membaik remisi. Serangan atau relaps atau eksaserbasi adalah suatu gejala klinis neurologis yang dapat berlangsung saat ini atau pernah dialami sebelumnya yang mencerminkan inflamasi demielinisasi akut pada sistem saraf pusat tanpa disertai demam atau tanda infeksi dengan durasi minimal 24 jam. Episode pertama dari manifestasi klinis demielinisasi disebut Clinically Isolated Syndrome CIS. Manifestasi CIS yang perlu dicurigai sebagai MS meliputi:  Menurunnya ketajaman penglihatan pada satu mata yang dapat disertai dengan nyeri pergerakan mata  Pandangan ganda  Gangguan sensorik atau kelemahan  Gangguan keseimbangan

3. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dan neurologis ditemukan:  Penurunan ketajaman penglihatan dan nyeri pergerakan mata  Gangguan sensorik atau kelemahan  Gangguan keseimbangan  Lhermitte sign positif

4. Kriteria Diagnosis

Kriteria McDonald 2010: a. ≥ 2 serangan; terdapat ≥ 2 lesi atau 1 lesi dengan riwayat serangan sebelumnya b. ≥ 2 serangan; terdapat bukti klinis 1 lesi. Data tambahan yang diperlukan adalah DIS Dissemination in Space, yaitu pada gambaran MRI didapatkan ≥ 1 lesi pada minimal 2 dari 4 area tipikal MS, yaitu Periventrikuler, Jukstakortikal, Infratentorial, dan Medula Spinalis. c. 1 serangan, terdapat bukti klinis ≥ 2 lesi. Data tambahan yang diperlukan adalah DIT Dissemination in Time, yaitu terdapatnya lesi lain yang asimptomatik yang menyangat atau tidak menyangat kontras. Atau Adanya lesi baru pada T2 atau yang menyangat yang dilakukan pada saat follow up, tanpa melihat waktu pelaksanaan MRI sebelumnya. 207 d. 1 serangan, terdapat bukti klinis untuk 1 lesi CIS. Data tambahan yang dibutuhkan adalah DIS dan DIT. e. Gejala neurologis progresif yang menyerupai MS Primary Progressive MS. Adanya progresivitas penyakit dala 1 tahun terakhir. Ditambah 2 dari 3 kriteria:  DIS pada otak ≥ 1, berdasarkan potongan T2 minimal 1 area khas MS Periventrikular, Jukstakortikal, atau infratentorial  Terdapat DIS pada Medula Spinalis ≥ 2  Terdapat hasil positif pada cairan serebrospinal oligoclonal band OCB danatau peningkatan IgG f. Tetapi apabila pada pemeriksaan MRI kepala tidak ditemukan kelainan yang sesuai MS, maka diagnosis MS perlu dipertimbangkan kembali. 5. Diagnosis Banding • Vaskular: Cerebral autosomal dominant arteriopathy with subcortical infarcts and leukoencephalopathy CADASIL, Cerebral vasculitis, Infark Lakunar • Infeksi: Tuberkulosis, HIV, Sistiserkosis, Sifilis • Trauma • Autoimun: Neuromyelitis Optica NMO, Acute disseminated encephalomyelitis ADEM, Systemic Lupus Erythematosus SLE, Sjogren Syndrome SS, Sarcoidosis • MetabolikToksik: defisiensi vitamin B12, Central Pontine Myelinolysis CPM • Idopatikgenetik: Degenerasi spinoserebelar, Friedreich Ataxia, Arnold- Chiari Malformation • Neoplasma: CNS lymphoma, glioma, Paraneoplastic encephalomyelitis, Metastatic cord compression • Psikiatri: Reaksi konversi

6. Pemeriksaan Penunjang