RISIKO OPERASIONAL OPERATIONAL RISK

BNI฀•฀Laporan฀Tahunan฀2010 463 are in Indonesian language. PT BANK NEGARA INDONESIA PERSERO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT BANK NEGARA INDONESIA PERSERO Tbk AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009 Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated 176 43. RISIKO OPERASIONAL 43. OPERATIONAL RISK Dalam rangka menerapkan manajemen risiko operasional, BNI mengacu kepada kerangka Basel Accord II, Ketentuan Bank Indonesia serta International Best Practices. Pengelolaan risiko operasional meliputi proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko operasional. Salah satu perangkat yang digunakan untuk melakukan pengelolaan risiko operasional di BNI adalah PERISKOP Perangkat Risiko Operasional. PERISKOP terdiri dari 3 tiga modul utama, yaitu: In order to implement operational risk management, BNI made reference to Basel Accord II, Bank Indonesia Regulations and International Best Practices. Operational risk management encompasses the identification, measurement, monitoring and operational control processes. One of the tools used to perform risk management at BNI is PERISKOP Perangkat Risiko Operasional. Periskop consists of 3 three main modules:  Modul Self Assessment, merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya risiko operasional di suatu unit. Metode ini terdiri dari serangkaian kegiatan yang dilakukan sendiri self assessment oleh setiap unit pemilik risiko risk owner dalam mengidentifikasi, menilai, mengontrol dan memantau risiko operasional yang terjadi di unitnya. Modul self assessment wajib diisi oleh segenap unit setiap tiga bulan sekali, dengan melakukan pengukuran terhadap frekuensi dan dampak setiap risk issue di unitnya, mencari penyebab risiko tersebut timbul.  Self Assessment Module, is a methodology to detect the possibility that an operational risk has occurred. This method is a self- assessment process conducted by every risk owner in identifying, assessing, controlling and monitoring operational risk in each unit. The module should be filed by all units, once every three months; by conducting an assessment of the existing risk issue frequency and impacts; and finding solutions to mitigate emerging operational risks.  Loss Event Database, merupakan sarana yang digunakan untuk mencatat setiap peristiwa risiko operasional yang menimbulkan dampak finansial secara langsung. Setiap kali unit pemilik risiko risk owner mengalami kerugian risiko operasional yang menimbulkan dampak finansial, maka unit tersebut harus melakukan input dalam modul Loss Event Data tersebut. Dari modul ini akan diketahui tipe risiko yang terjadi, penyebab kejadian tersebut, lokasi lini bisnis tempat terjadinya risiko serta besarnya amount risiko yang terjadi atau kewajiban hukum yang terjadi serta recovery-nya bila ada. Sarana ini sangat penting untuk memonitor profil risiko operasional secara teratur, serta data yang diperoleh merupakan input data utama bila bank akan mengaplikasikan pendekatan maju advance dalam pengukuran kecukupan modal minimumnya.  Loss Event Database, is an infrastructure to identify and record every operational risk that cause direct financial impact. Each time the risk owner unit experienced financial loss from operational risk, the unit should conduct an input into Lost Event Database module. The module will generate information such as type of risk, cause of risk, location where the risk emerge and the amount of risk happen or legal obligation and the recovery if any. This infrastructure is very important to monitor operational risk exposure and profile in an orderly manner, and also the data gathered will become the main input when the Bank applies advance approach to measure its minimum capital adequacy ratio.  Key Risk Indicator, merupakan serangkaian parameter yang ditetapkan untuk mengidentifikasi potensi kerugian risiko operasional yang utamadominan sebelum peristiwa risiko operasional tersebut terjadi, dan perangkat tersebut akan memberikan warningalert jika nilainya sudah di luar range threshold yang ditetapkan sebelumnya.  Key Risk Indicators, is a series of parameters established to identify potential loss from operational risk before it happens, and the module will give a warningalert when the exposure exceeds a predetermined rangethreshold. BNI฀•฀2010฀Annual฀Report 464 are in Indonesian language. PT BANK NEGARA INDONESIA PERSERO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT BANK NEGARA INDONESIA PERSERO Tbk AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009 Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated 177 43. RISIKO OPERASIONAL lanjutan 43. OPERATIONAL RISK continued