Yesus selalu mengundang pendengar untuk menangkap inti pengajaran-Nya. Daya Tarik Bercerita

4. Yesus mengetahui dan memenuhi kerinduan para pendengar-Nya.

Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai dalam kisah Luk. 18:9-14 dan mengecap orang Farisi sebagai orang yang menganggap diri sendiri benar dan memandang rendah orang lain. Yesus tahu kerinduan hati umat untuk mendengar bahwa siapa yang datang kepada Tuhan dengan hati yang bertobat akan memperoleh belas kasihan dan pengampunan, sedangkan mereka yang hanya mencari popularitas diri tidak akan dipedulikan Tuhan.

5. Yesus tidak menjelaskan setiap detail cerita.

Dalam sebuah perumpamaan, Yesus menyampaikan cerita tentang seorang yang dirampok oleh para penyamun ketika sedang dalam perjalanan dari Yerusalem menuju Yerikho Luk. 10:30- 37. Di sana, Yesus tidak menjelaskan mengapa orang itu berjalan sendirian, atau apa urusannya di Yerikho. Dia juga tidak merinci luka-luka orang tersebut dan apa yang dilakukan orang Samaria di jalan tersebut. Saat bercerita dengan anak, jangan terlalu detail bercerita karena akan mengaburkan tujuan yang sedang kita rumuskan dan membuat anak kehilangan minat dan semangat sebelum cerita selesai.

6. Yesus menggunakan seminim mungkin kata-kata untuk memberikan dampak yang maksimal.

Sesudah mendengarkan pertengkaran di antara para murid tentang siapa yang terbesar di antara mereka, Yesus mengumpulkan mereka dan menjernihkan pemahaman mereka Mrk. 10:42-45. Karena itu, sadarilah banyaknya kata yang Anda gunakan. Gunakanlah bahasa yang semenarik mungkin dalam bercerita dan bersikaplah selektif dalam pemilihan kata-kata.

7. Yesus melibatkan pendengar-Nya dalam cerita.

Seorang ahli Taurat yang ditanyai Yesus Luk. 10:25-37 menjadi begitu terlibat dalam cerita tentang seorang yang dirampok oleh para penyamun. Dia menjadi begitu terpesona dengan pertolongan yang diberikan oleh seorang yang baik hati, tanpa menyadari bahwa dialah yang dimaksudkan sebagai seorang musuh. Tanpa kehilangan waktu, tiba-tiba Yesus masuk dengan pertanyaan yang mematikan, Siapa di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? Kata-kata Yesus ini bisa saja membuat orang marah karena merasa bahwa dirinya dibodohi, disindir, atau diolok-olok dengan tajam. Tetapi Yesus tidak melakukan hal itu. Yang Dia lakukan adalah mengatakan poin yang utama pikiran-Nya dengan cerita yang paling efisien terhadap seseorang yang benar-benar buta akan kebenaran. Seperti Yesus, kita bisa membuat cerita kita menjadi menarik dan memikat sehingga anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan dengan tokoh cerita. Dan ini akan membantu mereka untuk mengakui kebenaran yang ingin kita sampaikan.

8. Yesus selalu mengundang pendengar untuk menangkap inti pengajaran-Nya.

Setelah menyatakan diri-Nya sebagai Cahaya Dunia, Yesus mengundang para pendengar untuk memberikan respons. Markus 4:21-23 mengatakan, Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa memunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar Memang Yesus tidak selalu meminta respons dari pendengar-Nya dan demikian juga kita. Tetapi sesekali, dalam waktu-waktu tertentu, anak-anak perlu diminta untuk memberikan respons agar kesetiaan dan pemahaman mereka dapat berkembang.

3482007: Daya Tarik Bercerita

Bila seseorang berkata: Saya mau bercerita kepadamu atau Pada zaman dahulu, kita langsung merasa tertarik, ada sesuatu yang menarik perhatian kita. Bila kata-kata ini diungkapkan dalam acara formal, kita melihat orang-orang menjadi santai dan kita bisa merasakan adanya suatu harapan. Seperti yang dikatakan oleh J.R.R. Tolkien, bahwa suatu cerita bisa ... membuat anak atau orang yang mendengarnya ... menahan nafas, jantungnya berdebar- debar .... Ini memang benar, tetapi mengapa? Bagaimana kita bisa menjelaskan respons ini? Cerita merupakan bahasa Injil Meskipun hampir semua kitab di Alkitab, mulai dari Kejadian sampai Wahyu, diisi dengan narasi dan cerita, Yesuslah yang menjadikan bentuk narasi dan cerita itu menjadi sempurna. Melalui gambaran yang jelas mengenai biji, mutiara, dan pekerja yang malas, Yesus membantu kita membayangkan kerajaan Allah. Melalui perumpamaan anak yang hilang dan hamba yang tidak jujur, Ia mengundang kita untuk menggambarkan orang tua yang mulia dan yang penuh kasih. Sebenarnya tidak ada perkataan Yesus yang berbentuk pelajaran, sebaliknya setiap kata yang ada dalam Injil disampaikan dalam bentuk metafora ungkapan, perumpamaan, atau peribahasa. Selanjutnya, dalam cerita itu, kita menjadi lebih dekat dengan bahasa Injil daripada literatur atau bentuk-bentuk komunikasi oral lainnya. Diceritakan bahwa kita tahu Allah terlibat dalam dunia kita dan dalam pertobatan kita. Orang-orang Kristen mendapatkan daya tarik dari cerita karena cerita merupakan bahasa pertobatan, bahasa kasih Allah, bahasa Yesus. Bahkan mungkin benar seperti yang telah dikatakan Elie Wiesel, Allah menciptakan manusia karena Ia senang bercerita. Cerita merupakan bahasa yang hidup Sayang, sebagian besar cerita yang kita dengar terasa membosankan dan tidak berguna, sebaliknya membuat cerita adalah hal yang paling menyenangkan. Di gereja, kita mendengarkan pelajaran-pelajaran yang pada umumnya bersifat abstrak. Khotbah-khotbah yang penuh dengan ide-ide, ruang-ruang kelas yang disesuaikan dengan konsepnya, demikian pula dengan pemimpin-pemimpin gereja, orang awam, maupun pendeta tampaknya terpikat dengan doktrin dan pikiran-pikiran yang jauh dari kehidupan kita. Sallie TeSelle menulis bahwa di mana ... teologi menjadi terlalu abstrak, konseptual, dan sistematik, maka teologi itu memisahkan pikiran dan hidup, kepercayaan dan praktik, kata-kata dan perwujudannya, menjadikannya lebih sulit, bila tidak, tidak mungkin bagi kita untuk percaya pada hati kita apa yang kita akui melalui bibir kita. Ada jarak antara pendengar dan bahasa abstrak yang tidak terdapat dalam dunia cerita. Hidup kita merupakan suatu cerita, dan tentu saja setiap cerita yang baik adalah cerita tentang kita. Hidup digambar dalam cerita itu karena dengan sedikit usaha saja kita bisa menempatkan diri kita di tengah-tengah drama itu. Tidak seperti pemikiran yang abstrak, cerita merupakan bahasa yang hidup. Cerita itu nyata. Cerita itu konkret. Cerita itu dibuat dari bahan yang sama yang membentuk hidup kita. Meskipun kita berjuang mendapatkan arti dari suatu pemikiran yang abstrak, kita memahami ceritanya. Sebagai suatu jenis bahasa gambar, cerita membantu kita melihat, membantu kita memahami, bahkan saat kita tidak ingin melihat. Melalui perumpamaan pula, Yesus menjelaskan konsep yang salah dari musuh-musuh-Nya. Melalui cerita dan perumpamaan para nabi, para ahli mata Israel meluruskan kerusakan pandangan umat Allah ini, membantu mereka melihat hubungan antara iman dan keadilan. Nathan, salah satu dokter itu, adalah penasihat pribadi Raja Daud. Pada saat Batsyeba, istri Uria, hamil karena perbuatannya bersama dengan Daud, Raja menyuruh Uria kembali pulang dari medan pertempuran untuk menjeguk istrinya. Uria menolak menikmati kenyamanan yang ia dapatkan di rumahnya pada saat pasukannya masih berjuang di medan perang. Uria menolak untuk tidur dengan istrinya. Dalam keputusasaannya, Daud mengembalikan Uria ke medan perang dan menempatkannya di barisan terdepan dengan harapan ia akan mati. Setelah masa berkabung selesai, Daud menikahi Batsyeba yang telah menjadi janda. Segera setelah Batsyeba melahirkan anaknya, Nathan secara tak terduga muncul di istana. Ia adalah seorang dokter yang menjadikan seisi rumah itu bertobat. Aku ingin bercerita kepadamu, katanya. Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; si miskin tidak memunyai apa- apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya. Pada suatu waktu, orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu. Daud menjadi marah. Demi Tuhan yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. Nathan menunjuk kepada Daud dan berkata, Kamulah orang itu Meskipun Daud adalah seorang yang besar dan baik hati, dan juga seorang raja yang baik, hari itu ia belajar tentang kekuatan yang besar dalam menipu diri. Ia telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa raja adalah kebal hukum. Nathan mengeluarkan dia dari ilusinya dan membantunya untuk melihat kenyataan. Dia melakukanya dengan menggunakan sebuah cerita. Cerita memberi sukacita Mungkin daya tarik yang paling besar dan yang paling jelas terlihat dalam bercerita adalah bahwa bercerita itu pada umumnya merupakan pengalaman yang menyenangkan. Hampir semua cerita yang disampaikan dengan baik akan membuat pendengarnya senang. Apakah ini karena kebanyakan cerita berakhir dengan kehidupan orang yang bahagia selamanya? Apakah ini karena seperti yang telah dikatakan oleh J.R.R Tolkien, bahwa cerita dan dongeng pada umumnya menyangkali kekalahan universal dan memberi kita kebahagiaan tertinggi yang palsu? Apakah ini karena cerita yang baik membiarkan kita menggunakan kekuatan fantasi kekanak- kanakan kita dan menjauhi dunia di mana kita hidup sekarang ini? Apakah ini karena cerita berhubungan dengan misteri dan kekaguman sesaat di mana orang-orang praktikal mengaguminya dengan menyingkirkan alasan yang ada. Putri hidup kembali karena untuk pertama kalinya dicium oleh kekasihnya; pekerja yang dibayar pada petang hari menerima upah yang sama dengan mereka yang bekerja sepanjang hari dan seorang penjahit yang kurus. Ada karunia yang aneh dan ajaib yang bekerja dalam dunia cerita, dan karunia ini bahkan cukup memberi alasan untuk berharap bagi alasan orang yang paling tidak menyukai cerita sekalipun. Mungkin, semua alasan itu karena kita memandangnya sebagai seni dalam bercerita. Pada saat kita mendengar suatu cerita dan kita memahami cerita itu, cerita itu menjadi menyenangkan bagi kita; menimbulkan pengharapan. Dalam dunia yang dibuat gelap oleh karena ketakutan, mungkin cukup beralasan bila kita mulai berbicara melalui cerita. tRatri 3482007: Mengapa Bercerita Itu Penting?