Metode Mengajar Yesus Dia menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

dibayar untuk memerdekakan seorang hamba, sehingga dengan kalimat lain, ayat tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut, Aku telah datang bukannya untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Ku untuk memerdekakan hamba-hamba. Di kayu salib, Yesus telah membayar tebusan yang memerdekakan kita dari perhambaan dosa, dan dengan demikian kita telah dipindahkan menjadi abdi dari pada Dia yang telah menjadi Tuan kita yang baru. Di sini kita harus berhenti sebentar untuk menanyakan diri kita sendiri, Saya ini, hamba siapakah? Apakah saya mengakui Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuan saya? Dapatkah saya berkata, ´Saya bukan lagi milik saya, saya adalah milik Dia´? Di Jepang, gagasan tuan beserta para abdi yang setia sampai mati, kita jumpai berulang-ulang dalam sejarah dan literatur. Menjadi orang Kristen berarti mengakui Yesus sebagai Tuan yang berdaulat atas hidup dan diri kita, sebagai Raja di raja dan Tuan atas segala tuan, dan menganggap diri sendiri selanjutnya sebagai milik yang sudah dibeli, hamba dari pada Dia.

2052004: Metode Mengajar Yesus

Dalam mengajar, Yesus menggunakan beberapa metode dan tidak terikat pada satu metode saja. Dia beralih dengan sangat lembut dari yang dikenal ke yang tidak dikenal; dari yang sederhana ke hal-hal yang rumit; dari hal-hal yang konkret ke hal-hal yang abstrak. Suatu kebebasan yang sesungguhnya, muncul dalam kemampuan metodologisnya dan dengan objektivitas yang cukup jelas. Dia bukanlah seorang penghibur melainkan seorang pendidik. Dia menginginkan lebih dari perhatian yang besar; Dia menjanjikan untuk mengubah hidup. Tak seorang pun bisa menuduh Yesus memotong filosofi pendidikan. Dia memahami bahwa semua pembelajaran melibatkan suatu proses. Dia tidak hanya tahu apa yang akan diajarkan- Nya, tetapi Ia juga mengerti apa yang diajarkan-Nya. Belajar lebih dari sekedar mendengarkan; mengajar lebih dari sekedar mengatakan. Bagaimanakah Yesus bisa menjadi begitu efektif tanpa menggunakan bel atau pun jadwal, sebuah ruang kelas yang bagus, dan sebuah OHP atau layar? Berikut ini beberapa kunci keefektivitasan-Nya. Ajaran Yesus memiliki sifat bisa dibedakan dan dipindahkandisalurkan. Ajaran Yesus Itu Kreatif Tidak ada pola pengajaran yang sama dengan pola pengajaran Yesus. Sangat sulit untuk menemukan bahwa Yesus menggunakan hal yang sama dalam cara yang sama. Seseorang membaca Kitab Suci dengan harapan untuk menemukan apa yang selanjutnya akan dilakukan dan dikatakan oleh Yesus. Kita melihat kekreativitasan-Nya seperti berikut ini:

1. Dia menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

Cara ini merupakan inti dari metode pengajaran-Nya. Empat Injil menuliskan lebih dari seratus pertanyaan berbeda yang digunakan. Beberapa dari pertanyaan-Nya dilontarkan secara langsung dan dengan sederhana memberikan informasi yang penting, beberapa penjelasan dari ketidakpastian yang dipikirkan oleh pendengar- Nya, dan ekspresi yang muncul atas iman mereka. Misalnya, Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya? Matius 9:28 Robert Stein, dalam bukunya yang berjudul The Method and Message of Jesus Teaching, mengatakan bahwa: Dia menggunakan pertanyaan dalam berbagai variasi dan dalam berbagai situasi. Salah satu cara yang digunakan Yesus dalam menggunakan pertanyaan adalah dengan menggambarkan jawaban yang benar bagi pendengar-Nya. Dengan menggambarkan jawaban yang benar kepada murid-murid-Nya, maka jawaban tersebut akan lebih menyakinkan dan selalu mereka ingat daripada hanya diucapkan oleh Yesus. Inti dari keseluruhan penginjilan-Nya terpusat pada peristiwa di Kaisarea, Filipi dimana Yesus menanyai murid-murid-Nya: Kata orang, siapakah Aku ini? Jawab mereka: Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi. Ia bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? Maka jawab Petrus: Engkau adalah Mesias Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam- imam kepala dan ahli- ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Markus 8:27-32 Seringkali, pertanyaan yang dilontarkan-Nya secara langsung mengharuskan pendengar-Nya membandingkan, memeriksa, mengingat, dan mengevaluasi. Pertanyaan-pertanyaan hipotesa memberikan suasana solusi bagi pendengar-Nya. Seperti yang tertera pada Matius 21:31, Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? atau seperti yang terdapat di Lukas 10:36, Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? Yesus dikenal mahir dalam menangani pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada-Nya, bahkan ketika mereka ingin menjebak-Nya. Di dalam Markus 12:13-34, Yesus mendiskusikan tiga hal: a. Pajak kepada Kaisar b. Pernikahan pada Kebangkitan hidup c. Hukum yang Terutama Setiap pertanyaan sangatlah berbeda dan pendengar-Nya sangat puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan, sehingga mereka tidak lagi memiliki pertanyaan yang akan ditanyakan pada waktu itu.

2. Dia menggunakan perumpamaan.