Natal: Gembala Di Padang

Rex, enam tahun, datang memakai jubah mandi saya dan membawa batang pengepel. Ia duduk di kursi piano, menatap lampu senter itu. Nancy, sepuluh tahun, memakai kerudung dari seprai di kepalanya, berdiri di belakang Rex dan memulai sandiwara itu, katanya, Saya Maria dan dia Yusuf. Biasanya Yusuf berdiri dan Maria duduk. Tetapi kalau Maria duduk akan kelihatan lebih tinggi daripada Yusuf yang berdiri, karena itu kami pikir lebih baik begini saja. Lalu Trudy, empat tahun, berlari masuk. Ia tidak pernah bisa berjalan pelan. Ia memegang sarung bantal. Ia mengembangkan kedua tangannya lebar-lebar dan hanya berkata, Saya seorang malaikat. Kemudian muncul Anne, delapan tahun. Saya langsung tahu ia berperan sebagai orang majus. Ia berjalan pelan-pelan seolah-olah sedang menunggang seekor unta ia memakai sepatu hak tinggi kepunyaan ibunya. Dan ia dihiasi dengan segala perhiasan yang ada. Di atas sebuah bantal ia membawa tiga macam barang, pastilah emas, kemenyan, dan mur. Berkali-kali ia berlutut ke arah lampu senter itu, kepada Maria, Yusuf, malaikat, dan saya, lalu berkata, Saya adalah ketiga orang majus. Saya membawa hadiah-hadiah yang berharga: emas, keadaan, dan lumpur. Dan pertunjukan itu sudah usai. Saya tidak tertawa. Saya berdoa. Benar juga apa yang dikatakan Anne Kita menyambut hari Natal dengan beban kemewahan emas -- dengan hadiah-hadiah yang berlebihan dan pohon yang gemerlapan. Dalam keadaan seperti itu, yang dibentuk oleh waktu, tempat, dan kebiasaan, kita tidak dapat melakukan apa-apa. Dan keadaan itu, apabila kita merenungkannya, seperti lumpur. Saya menatap wajah cerah anak-anak saya, sebagai seorang penonton yang menghargai mereka dan ingat bahwa Yesus Kristus sudah memperlihatkan kepada kita bagaimana hal-hal ini dapat diubah. Yesus Kristus datang ke dunia ini supaya dengan kedatangan-Nya Ia dapat memberi berkat yang kekal. Ia menerima keadaan yang tidak sempurna dan mengecewakan, dan lahir dalam keadaan itu supaya dapat menanamkan hal-hal yang ilahi. Bagi Anda dan saya, mungkin lumpur itu merupakan sesuatu yang tersembunyi yang harus disapu dan dibersihkan, tetapi bagi anak-anak, mereka dapat belajar dari situ untuk membentuk kehidupan mereka. Di tengah-tengah acara yang gemerlapan, kebiasaan, dan hal-hal yang duniawi, anak-anak melihat dengan jelas kasih yang ada di dalam diri mereka yang berusaha keras untuk mereka ungkapkan.

2602005: Natal: Gembala Di Padang

Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Lukas 2:8 Di daerah Israel Palestina, ke mana pun kita pergi akan selalu menjumpai gembala-gembala. Mereka biasanya mengenakan jubah kulit, sebuah tongkat selalu melekat ditangannya dan seringkali juga dijumpai mereka sedang memanggul anak domba yang terluka di pundaknya. Yesus seringkali digambarkan di lukisan ataupun kartu pos sebagai seorang gembala dengan tongkat ditangan dan memanggul anak domba dipundaknya. Sepanjang Alkitab kata gembala hampir selalu ditemui, misalnya kisah Abraham dengan kawanan ternaknya, Daud dalam salah satu Mazmurnya yang terkenal juga mengatakan Tuhan adalah gembalaku. Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Mazmur 23 Tetapi sesungguhnya, di dalam kehidupan sehari-hari, seorang gembala umumnya adalah seorang yang miskin. Masyarakat marjinal yang terbelakang, yang mengais hidupnya hari demi hari dan selalu siap sedia menghadapi bahaya baik itu serangan alam, binatang buas, atau pun manusia. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Baca: Lukas 2:2- 11 Inilah pemberitahuan pertama akan kelahiran Yesus, dan berita kesukaan besar ini disampaikan kepada gembala. Bukannya raja, bukan nabi, ataupun orang-orang besar lainnya. Tetapi justru kepada gembala, si orang kebanyakan, orang-orang miskin yang bekerja siang dan malam hanya untuk hasil yang bahkan belum tentu cukup untuk makan sehari itu saja. Dan diperlukan malaikat untuk memberi kabar kepada orang-orang seperti ini. Tetapi, Yesus pun berulang kali mengumpamakan diri-Nya sebagai seorang gembala. Akulah gembala yang baik demikian katanya. Seorang gembala lebih banyak hidup di alam luas daripada di dalam rumah. Seorang gembala juga lebih banyak hidup bersama kawanan binatang daripada bersama manusia. Dan seorang gembala bersedia mengorbankan dirinya demi kawanan ternaknya. Bilamana ada binatang buas yang mengancam, maka gembala akan mempertaruhkan nyawanya untuk mengusir binatang buas itu demi keselamatan domba-dombanya. Gembala juga akan menuntun domba-dombanya ke arah rerumputan hijau segar dengan air tenang. Dari fakta ini, tentu merupakan hal yang pantas dan wajar bila gembala-gembala inilah yang menjadi orang-orang pertama yang mendapat kabar kesukaan. Ada dua arti dalam pemilihan gembala-gembala ini. PERTAMA, kedatangan Yesus adalah untuk orang-orang yang berjuang demi kehidupan. Orang-orang marjinal yang memerlukan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. KEDUA, Juruselamat yang datang ini adalah gembala, bukannya panglima perang seperti yang selalu diharapkan orang-orang Israel pada waktu itu. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Lukas 2:12 Di daerah perbukitan Betlehem terdapat banyak gua. Di dalam gua-gua inilah biasanya para gembala bersama ternaknya berteduh. Di dalam gua kandang tempat ternak ini biasanya juga tersedia sebuah palungan, terbuat dari tanah liat atau barangkali terbuat dari sebuah batu yang utuh. Dan tentu saja dingin, sehingga biarpun Maria menutupi bayi Yesus dengan lampin tetap saja kedinginan itu terasa menusuk tulang. Di dalam berbagai cerita tradisional digambarkan ada seekor sapi dan seekor keledai yang meniupkan napas hangat mereka untuk menghangatkan sang bayi. Ada banyak cerita seperti ini, betapa sang sapi dan sang keledai berbahagia sekali karena mereka mengenal pencipta mereka. Dalam berbagai lukisan yang menggambarkan suasana di kandang tempat kelahiran Yesus itu, seringkali tampak gambar sapi dan keledai yang melongokkan kepalanya ke dalam palungan untuk meniupkan napas hangat dan menghangatkan bayi Yesus. Pada abad kedua St. Justin Martyr berhasil mengidentifikasi gua kandang tempat Yesus dilahirkan. Kaisar Constantine, Kaisar Romawi pertama yang beragama Kristen yang kemudian menjadikan Kristen sebagai agama negara, lalu membangun Church of The Nativity, Gereja Kelahiran Yesus Kristus, pada tahun 333 Masehi. Pada awal abad keenam gereja itu hancur, dan dibangun kembali dengan bentuk yang sekarang ini tahun 527-565 Masehi pada masa pemerintahan Kaisar Justinian. Di dalam gereja tersebut ada sebuah palungan yang diyakini dulu digunakan untuk menempatkan bayi Yesus. Sedang tempat Yesus dilahirkan ditandai dengan gambar bintang pada sebuah batu marble. Dan ketika para gembala melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Lukas 2:17-19

2602005: Natal: Menghargai Natal Di Dalam Hati Kita