Guru Sebagai Pendidik publikasi e-binaanak artikel e binaanak

Metode-metode mengajar yang bermakna selalu mulai dengan tujuan pelajaran, kerinduan guru untuk membagi-bagikan kebenaran Alkitab, dan kegiatan-kegiatan belajar yang bermakna untuk pelajar. Kelas-kelas Sekolah Minggu, sebagaimana orang-orang yang ada di dalamnya, adalah unik. Dengan demikian pendekatan-pendekatan mengajar kita akan berubah sesuai dengan umur kelas itu. Juga dalam kelas yang sama kita dapat menggunakan bermacam-macam pendekatan. Berusahalah memakai bermacam-macam pendekatan dalam pengajaran, tetapi pastikanlah bahwa pengajaran yang diberikan dalam kelas Saudara berhasil mengubah kehidupan pelajar. Jadi, jika tidak ada seseorang yang belajar sesuatu, maka tidak terjadi pengajaran Kristen. Para guru mengetahui bahwa kebenaran Alkitab berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri anggota-anggota kelas. Tetapi metode-metode kita harus cukup efektif untuk menawan perhatian mereka, dan berita kita dianggap sedemikian penting karena berhubungan dengan keperluan anggota-anggota kelas sehingga akan disambut oleh mereka dan akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri mereka sehingga murid-murid itu ingin menjadi seperti Kristus. Cara Yesus Pengajaran Alkitab abad ke-20 yang efektif bukanlah satu jiplakan dari tehnik-tehnik mengajar yang dipakai Yesus. Andaikata Yesus melaksanakan pelayanan-Nya di dunia dewasa ini, barangkali Dia akan menggunakan setiap metode mengajar yang mungkin: alat peraga modern proyektor, film, dan sebagainya; kelompok diskusi, drama, panel diskusi, dan bermacam- macam pendekatan mengajar-belajar lainnya. Cara mengajar-Nya bukan sekedar suatu tehnik mengajar melainkan penyataan kasih. Cara Yesus adalah lebih daripada satu daftar kegiatan untuk diterima atau ditolak. Akan tetapi, sesungguhnya Dia memanggil kita kepada satu jalan kehidupan, satu kehidupan yang tidak takut untuk mengatakan kepada pelajar, Mari, ikutlah menikmati penemuan-penemuan yang saya temukan mengenai anugerah Allah. Kehidupan itu ternyata dalam kegiatan-kegiatan yang bermakna untuk orang-orang lain -- mengasihi, membagi, dan melayani. Kita harus belajar mengasihi seseorang dalam kenyataan, bukan hanya dalam kata-kata yang muluk. Dan hal itu menuntut usaha dari kita. Kita harus belajar mengasihi Ali dan Rusmi yang ada di sekeliling kita, yang kaya dan yang miskin, yang berpendidikan dan yang kurang berpendidikan, yang penurut dan yang nakal, yang menerima pelajaran kita dan yang acuh tak acuh. Karena manusialah Kristus telah datang ke dalam dunia. Kecakapan dan kemauan kita untuk berhubungan dengan orang lain membuat perbedaan di antara pengajaran yang rutin dan pengajaran yang membawa orang kepada keselamatan. Mengajar Sekolah Minggu adalah sesuatu yang menyenangkan karena kita bekerja dengan manusia.

1822004: Guru Sebagai Pendidik

Adalah celaka jika kita mau mendirikan sekolah, yang lebih dahulu dipikirkan adalah gedungnya, tetapi kemudian tidak mempunyai guru atau dosen yang baik. Celakalah kalau sekolah mempunyai fasilitas yang terbaik, tetapi guru-gurunya bermutu rendah. Jadi yang terutama adalah kebutuhan akan guru-guru yang bermutu tinggi. Kalau tidak ada guru yang baik, jangan harap bisa mendirikan pendidikan yang baik. Ini hal yang utama. Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak dikuasai dan berada di bawah situasi. Ia dapat mencari posisi yang baik untuk mengajar dan selalu akan berada di atas situasi. Jika guru sibuk sendiri mengatur anak-anak untuk diam, maka akhirnya guru itu sendiri yang paling tidak bisa diam. Guru yang baik akan memberikan perintah ataupun mengajar tidak dengan suara keras, tetapi justru dengan wibawa yang lebih kuat dari suaranya. Pada saat mengajar, mata perlu bisa melihat seluruh pendengar, dan menggunakan sorotan mata untuk bisa menguasai setiap pendengar, sehingga jiwa-jiwa itu terpaku kepadanya. Banyak orang takut melihat mata saya, padahal saya orang biasa. Namun, pada saat saya naik ke mimbar, saya menguasai mereka dengan mata. Penguasaan mata mempunyai kekuatan yang jauh lebih berbicara dibandingkan dengan kalimat-kalimat yang disampaikan. Mata bisa berkuasa menembus jiwa orang. Ketika mendapat kesempatan untuk mengajar di sekolah, saya minta kepada kepala sekolah untuk mengajar kelas yang paling nakal. Saya mencoba menguasai kelas itu dan mencapai banyak kemajuan dan terus bertekad untuk maju. Alkitab mengajar kita untuk memiliki hati berani, yang sadar, dan yang penuh dengan kasih. Berani bukan untuk liar, dan penuh kasih bukan untuk banjir, tetapi berani yang diikat oleh kasih, dan kasih yang diikat oleh kesadaran. Terapkanlah teknik mengajar seperti ini dengan dilandasi satu kesadaran, yaitu Anda sedang berhadapan dengan jiwa-jiwa yang berpotensi untuk membangun atau merusak masyarakat, dan sekaligus menyadari betapa pentingnya jiwa anak- anak. Dengan kesadaran akan pentingnya hal ini, maka dengan sendirinya akan mengubah cara Saudara mengajar mereka. Ini yang disebut the existential encounter caused by the existential consciousness semacam kesadaran eksistensial yang mengakibatkan secara otomatis terjadi perubahan eksistensial dalam menghadapi anak-anak. Itu merupakan suatu hal yang tidak bisa diuraikan dengan kalimat, karena pengertiannya melebihi kalimat, yaitu berupa kesadaran akan nilai yang berbeda, dan kesadaran itu akan menanamkan konsep nilai yang baru. Dulu Saudara memandang mereka sebagai anak- anak nakal yang selalu akan mengganggu. Sekarang Saudara melihat mereka sebagai jiwa-jiwa berharga yang masih Tuhan percayakan untuk dididik. Perasaan dan kesadaran sedemikian pasti mengubah Saudara menjadi air hidup yang tidak akan pernah merasa kekeringan. Dari hidup Saudara akan mengalir cinta kasih yang tidak pernah habis, mengalir terus-menerus. Bukan hanya demikian, setiap kali Saudara melihat seorang anak, Saudara akan melihat satu oknum yang memiliki satu unsur yang disebut diri. Diri ini ada di dalam dia, seperti juga diri ini ada di dalam Saudara sendiri, sehingga mungkin bagi kita untuk mengasihi dirinya seperti Saudara mengasihi diri sendiri. Ini merupakan kontak antara pribadi dengan pribadi. Saya tidak ingin guru-guru sekolah hanya mengontak muridnya dengan peraturan- peraturan sekolah atau dengan pengajaran dan kurikulum sekolah. Saya lebih senang guru mempunyai kontak dengan muridnya berupa kontak dari jiwa ke jiwa, dari hati ke hati, dari pikiran ke pikiran, dan dari emosi ke emosi. Berarti terjalinnya suatu hubungan antara pribadi dengan pribadi. Kalau perasaan itu keluar dari oknum dan menuju kepada oknum, dimana oknum yang kedua mempunyai perasaan yang secara pribadi dan secara eksistensial telah dipengaruhi oleh oknum yang lain, maka ia akan berubah. Ini adalah rahasia kesuksesan seseorang. Orang lain tidak memandang Saudara di dalam jabatan sebagai guru atau kepala sekolah, atau yang lain, tetapi memandang Saudara sebagai pribadi. Biarlah Saudara tampil sebagai pribadi yang dihormati dan dikagumi oleh murid-murid, dimana kehadiran Saudara diharapkan untuk memberikan berkat dan kebenaran kepada mereka. Timbulnya perasaan seperti ini akan mengakibatkan pendidikan menjadi suatu aktivitas yang hidup, bukan aktivitas yang staffs. Kehadiran Saudara diharapkan akan membuat murid-murid menjadi senang, dan merupakan suatu berkat bagi mereka, bukan sebagai hal yang mengikat dan menakutkan. Mengapa ada orang yang baru berbicara dua menit, sudah terasa begitu lama dan mengantuk, dan mengapa ada orang yang sudah berbicara lebih dari satu jam, tetapi orang merasa begitu singkat? Ini bukan teknik berbicara semata, tetapi ini merupakan masalah person to person interest; person to person influence; dan person to person communication. Hal ini penting sekali. Jika tidak ada kontak dari pribadi ke pribadi dalam penginjilan pribadi, maka ketika diinjili, orang yang diinjili selalu merasa ingin lari. Jadilah seorang pribadi yang mengontak pribadi yang lainnya. Ini akan menjadikan Anda sebagai guru yang sukses. Jika pada suatu saat saya harus ceramah, namun saya tidak hadir, hanya mengirimkan kaset ceramah itu kepada Anda, apakah itu dapat dianggap sama dengan kehadiran saya? Saya rasa tidak. Jelas berbeda karena pribadi saya tidak hadir. Sekalipun sudah memiliki banyak pengetahuan akan pendidikan, jangan harap Saudara sudah langsung dapat menjadi guru. Mark Twain mengatakan jika seorang mempunyai bakat di dalam, tetapi tidak dapat menyatakan keluar, itu berarti ia belum ada bakat. Bakat itu harus bisa dikomunikasikan dari pribadi ke pribadi. Kalau itu tidak ada, berarti belum sukses.

1832004: Prinsip Dasar Untuk Membimbing Murid