Makna Natal Yang Sebenarnya

Tujuan Allah kita adalah untuk membawa orang lain dari tempat asal mereka ke tempat mereka yang seharusnya. Percakapan Yesus dengan wanita Samaria itu adalah suatu pelajaran tentang keahlian Yesus yang tak tertandingi Yohanes 4. Yesus menghancurkan semua rintangan yang ada -- budaya, ras, jenis kelamin, dan agama -- dan mengubah dia wanita Samaria menjadi seorang penginjil di lingkungannya. Itulah perubahan. Tetapi, bagaimana perubahan yang radikal ini bisa terjadi? Becky Pippert secara tajam mengamati: Wanita Samaria itu telah memiliki lima suami dan saat itu, ia tinggal dengan suami keenamnya. Para murid memandangnya dan merasa, Wanita itu? Menjadi orang Kristen? Tidak bisa, mengapa hanya melihat gaya hidupnya saja Tetapi Yesus melihatnya dan membuat kesimpulan yang sebaliknya. Apa yang dilihat Yesus dalam ketakutannya untuk berharap kepada pria, bukan hanya sekedar rasa kehilangan. Bukanlah kebutuhan manusiawinya untuk mendapatkan kelembutan yang menyentuh- Nya tetapi bagaimana ia mencari untuk mendapatkan yang ia perlukan. Bahkan, Yesus melihat bahwa kebutuhannya menandakan kehausannya akan Tuhan. Dia ingin mengatakan kepada murid-murid, Lihatlah apa yang ia perbuat untuk Tuhan. Lihatlah betapa kerasnya ia berusaha untuk mendapatkan hal yang benar pada semua tempat yang salah. Pippert, p. 119 Ini adalah hasil dari melihat orang lain dengan pandangan mata secara radikal Yohanes 4:34- 35. Dia menantang orang Farisi, Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan Matius 9:13. Yesus tidak pernah memaksakan keputusan- keputusan tetapi Ia mendorong orang lain untuk membuat keputusan. Dengan sabar, Ia mulai memperlajari pengalaman murid-murid-Nya dan mereka yang bergaul dengan-Nya. Melalui Allah, kita belajar bahwa pengajaran yang baik itu meliputi menolong murid untuk bertanggung jawab atas pemikiran dan hidupnya. Dia selamanya akan mendorong dan memampukan orang lain untuk membuat keputusan terbaik yang mungkin bisa dilakukan. Membimbing orang lain dalam nama Yesus adalah suatu hak yang besar dan suatu tanggung jawab yang harus diemban; menyesatkan seseorang adalah hal yang dibenci-Nya Matius 18:6. Jadi, sudah siapkah Anda untuk mengajar seperti Yesus?

2072004: Makna Natal Yang Sebenarnya

Kembali bulan ini, sekali lagi kita akan merayakan Natal. Apakah Anda telah jenuh merayakannya? Saya percaya masih belum, bukan? Akankah kita menemukan makna Natal yang sebenarnya dalam perayaan kali ini? Bagaimana agar kita dapat merayakan Natal dengan lebih bermakna? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu kita jawab dengan tegas, karena saat ini makna Natal sudah sangat dikaburkan oleh sekularisme. Natal tidak lagi menjadi milik umat Kristen semata- mata, Natal telah menjadi milik dunia Oleh karena itu, kita perlu menemukan makna Natal yang sebenarnya, bagaikan menemukan kembali bayi Yesus di tengah tumpukan 1001 macam hadiah Natal Setelah hampir 2000 tahun, maka kesyahduan malam Natal telah diganti dengan hiruk pikuknya Christmas Sale dan pesta pora sambil bermabuk-mabukan, hingga mengakibatkan tidak sedikit korban drunk- driver. Lagu Silent Night, Holy Night telah dicampur dengan Jingle Bells dan White Christmas-nya Bing Crosby. Kandang sederhana di Betlehem telah dicampur dengan Christmas Holiday Show di hotel-hotel mewah Las Vegas serta Caribbean Holiday Cruise. Para gembala serta malaikat telah dicampur dengan Power Ranger serta berbagai mainan plastik dan battery lainnya. Yusuf dan Maria telah dicampur dengan Santa Claus berikut sekarung kadonya untuk anak-anak yang baik. Hingga mereka tidak tahu lagi apakah yang punya Natal itu si kakek gendut berjanggut dan berbaju merah atau Kristus Sang Penebus umat manusia dan dunia yang berdosa ini Di manakah kita dapat menemukan makna Natal yang sebenarnya? Jelas bukan di mall-mall, di tempat-tempat pesta, atau di tempat-tempat liburan lainnya. Kita dapat menemukan makna Natal yang sebenarnya hanya dengan meneliti sumber berita Natal itu sendiri, yaitu Firman Allah. Dalam Injil Lukas 2:11, para malaikat memberitakan: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Jadi jelas sekali Natal adalah hari kelahiran Juruselamat, bukan Santa Claus Oleh karena itu, dengan cara apa pun atau bagaimanapun kita merayakan Natal apabila Kristus belum menjadi Juruselamat kita, maka Natal itu tidak bermakna sama sekali. Sebaliknya, apabila Kristus telah benar-benar menjadi Juruselamat kita, meskipun dengan sangat sederhana kita merayakan Natal, maka Natal itu sungguh-sungguh bermakna. Natal akan lebih bermakna lagi apabila semua dana, daya, akal, dan usaha yang kita miliki dapat kita salurkan untuk mengabarkan berita Natal yang sejati kepada orang-orang yang belum memahami makna Natal yang sebenarnya. Semoga dalam merayakan Natal kali ini, Anda akan sungguh-sungguh menikmati makna Natal yang sebenarnya. Amin.

2082004: Sederhana Namun Tak Ternilai