Perlunya Evaluasi publikasi e-binaanak artikel e binaanak

berjangka panjang adalah mencegah timbulnya sikap agresif dimasa yang akan datang. Apapun yang dipilih untuk menyalurkan dorongan agresifnya ini, tetap berarti bahwa dorongan agresif itu sendiri harus disalurkan dengan sebaik-baiknya. Perbuatan orangtua untuk setiap kali menyuruh diam anak-anak yang sedang bertengkar, atau menghukum anak setiap kali habis berkelahi dengan temannya adalah kurang bijaksana. Bagaimana baiknya cara penyaluran yang dilakukan melalui kegiatan bermain, berolah raga atau berdiskusi, namun tetap saja hal itu tidak dapat menghabiskan energi yang mendorong perbuatan agresif. Orangtua dianjurkan untuk tetap menerima dan memberi kesempatan pada anak untuk menyalurkan perasaan marahnya, selama penyalurannya tidak melampaui batas. Tentu saja orangtua tidak boleh mendiamkan anaknya yang memukul temannya hanya untuk melampiaskan kemarahan. Penyaluran rasa marah dengan cara verbal, misalnya dengan berteriak atau memaki-maki, tentu masih dapat diterima. Asalkan ungkapan rasa marah tersebut tidak ditujukan untuk sengaja menyakiti perasaan orang lain. Sebagai kesimpulan, jelaslah, bahwa agresi itu sebenarnya sangat perlu untuk kelangsungan hidup dan penjagaan atau penyelamatan diri sendiri. Dan juga mendorong seseorang untuk tumbuh dan berkembang. Namun juga perlu diingat, agresi ini akan bersifat destruktif jika digunakan untuk kebencian, merampas harta orang lain, menyerang orang lain atau diri sendiri Self-Punishment.

1512003: Perlunya Evaluasi

Seseorang dengan hati-hati mempelajari semua cek yang dibatalkan dan membandingkannya dengan potongan-potongan ceknya. Dia sedang melakukan evaluasi. Sebuah perusahaan bisnis tutup selama dua hari untuk melakukan inventarisasi. Perusahaan ini juga sedang melakukan evaluasi. Seorang guru membuat rata-rata nilai dalam buku nilainya dan akhirnya menetapkan nilai untuk setiap muridnya. Dia sedang melakukan evaluasi. Seorang pelatih mengawasi para pemainnya berlatih ketika dia membuat daftar para pemain. Dia pun sedang mengevaluasi. Proses evaluasi berlangsung hampir secara terus- menerus dan bentuknya beraneka macam. Kita tidak hanya mengevaluasi hal-hal fisik yang bisa dihitung, ditimbang atau diukur tetapi kita juga sering mengevaluasi kegiatan mental. Setiap kuis atau ujian akhir adalah suatu bentuk evaluasi untuk murid dan juga guru. Sebagai orang Kristen kita juga harus terlibat dalam berbagai jenis evaluasi rohani. Rasul Paulus menuliskan Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. 1Korintus 11:38 Yohanes telah memikirkan bentuk evaluasi lain ketika dia menulis, Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. 1Yohanes 4:1 Mengapa Perlu Evaluasi? 1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai. Suatu program pendidikan Kristen yang efektif harus mempunyai tujuan atau sasaran. Tujuannya mungkin terlalu umum atau cukup terperinci, atau mungkin untuk jangka panjang atau untuk jangka pendek. Tujuan yang mungkin berhubungan dengan hal-hal yang dapat diukur seperti jumlah kehadiran atau jumlah persembahan, atau yang berhubungan dengan pertumbuhan rohani para murid -- suatu hal yang lebih sulit untuk diukur. Namun, tujuan-tujuan ini hanya sedikit manfaatnya jika tidak ada ketetapan- ketetapan yang dibuat sebagai patokan untuk melihat apakah tujuan-tujuan yang dibuat sesuai dengan ketetapan tersebut. Jika tujuan-tujuan yang jelas belum terbentuk, kita tidak mempunyai dasar untuk mengevaluasi kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. Karena itu, tujuan sebaiknya dibuat dengan lebih spesifik sehingga dapat siap diukur kapan pun juga. 2. Untuk membantu dalam membuat tujuan-tujuan baru. Tujuan adalah seperti penunjuk-penunjuk jarak yang ada di sepanjang jalan. Jarak-jarak itu harus dicapai dan kemudian dilalui karena telah ada penunjuk-penunjuk jarak baru di depannya. Misalnya tujuan yang ditetapkan adalah jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu. Jika tujuan tersebut telah dicapai maka tujuan yang baru harus di buat. Namun jika tujuan tersebut tidak tercapai dan jumlah anak yang hadir berada jauh di bawah tujuan, maka hal ini kemungkinan menunjukkan bahwa tujuan itu terlalu tinggi untuk direalisasikan. Tujuan tersebut perlu di kaji ulang. Karena alasan ini, tujuan-tujuan harus dibuat dengan lebih spesifik dan dapat diukur kapan pun juga. 3. Untuk membantu mengetahui tingkat efisiensi setiap pribadi. Sekolah Minggu atau pun program pendidikan gereja lainnya tidaklah lebih kuat dari para pemimpinnya. Para pemimpin terbaik yang ada harus terlibat dalam setiap kegiatan. Untuk memastikan bahwa pemimpin yang terbaiklah yang terlibat, kita harus mengevaluasi mereka dan sekaligus pemimpin alternatif penggantinya. Orang yang paling trampil yang kita miliki biasanya sibuk dan terlibat secara aktif dalam program pendidikan Kristen. Itulah sebabnya kita mengevaluasi kemampuan seseorang sebelum kita memberikan suatu tugas kepadanya. Proses evaluasi ini terus berlangsung sejak dia menerima dan melaksanakan tugas tersebut. 4. Untuk menemukan kelemahan-kelemahan. Kegunaan yang paling jelas dari evaluasi adalah untuk melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi. Kegagalan untuk mencapai tujuan merupakan hal yang biasa dialami setiap orang, tetapi juga penting untuk mengetahui mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Misalnya kita telah menentukan tujuan yang ingin dicapai untuk hari Minggu, tetapi kita gagal mencapai tujuan tersebut. Jika ada hujan lebat di malam sebelumnya dan terjadi banjir, kita dapat cepat menerima bila tujuan tersebut tidak tercapai. Namun berbeda halnya jika saat itu cuaca bagus dan tidak ada konflik lain yang mungkin bisa menghambat tercapainya tujuan tersebut. Jika demikian, kita perlu meneliti lebih dalam untuk menemukan alasan- alasan sehingga kita gagal mencapai tujuan tersebut. Pada saat kita bisa menemukan alasan yang menyebabkan kegagalan tersebut, maka kita akan dapat mengambil tindakan yang tepat agar tidak melakukan kegagalan-kegagalan yang sama di masa mendatang. 5. Untuk menemukan kelebihan. Walaupun kita pada umumnya cenderung memikirkan aspek-aspek negatif dari evaluasi, namun aspek-aspek positif dari evaluasi juga sama penting untuk dipikirkan. Ketika suatu program berhasil dilaksanakan, kita perlu memperhatikan fakta dari kedua aspek tersebut. Kita perlu tahu mengapa program itu bisa berhasil sehingga kita bisa menggunakan ide- idenya untuk membantu dalam menyukseskan program-program di masa mendatang. Alasan-alasan berhasilnya suatu program biasanya tidak selalu tampak jelas, jadi kita harus berusaha untuk untuk menemukannya. 6. Untuk menstimulasi pertumbuhan dan pembelajaran. Kebanyakan dari kita bekerja lebih baik jika kita mengetahui untuk apa kita bekerja. Kita juga akan bekerja lebih baik ketika mengetahui seberapa baiknya kita bekerja untuk mencapai tujuan- tujuan yang telah kita tetapkan. Contohnya, murid yang lamban mungkin perlu dimotivasi untuk belajar lebih keras lagi melalui nilai rendah yang diterimanya dalam ujian. Evaluasi ini memberikan dasar baginya untuk mengetahui apa yang diharapkan oleh guru darinya dan seberapa baik ia mengukur besarnya harapan- harapan itu. Namun dalam cara yang sama, nilai tinggi dapat membuat seorang anak belajar lebih keras lagi untuk mempertahankan nilainya. Demikian pula ketika seseorang mengevaluasi kehidupan doanya atau pelayanannya, dia mungkin terstimulasi untuk berusaha meningkatkannya.

1512003: Alasan Evaluasi Belajar