Arti Penting Kebangkitan publikasi e-binaanak artikel e binaanak

Yesus tidak menyerah kalah oleh sinisme, cemooh, dan hujatan. Ia tegar dan konsisten. Pilihan- Nya tidak berubah karena jalan kematian mesti ditempuh supaya manusia mengalami perspektif masa depan. Kematian Yesus adalah kematian yang real dan faktual, bukan maya atau hanya ada dalam dunia ide. Ia merasakan kesepian dan kesendirian ketika berhadapan dengan kematian, sehingga kemanusiaan- Nya mengaduh: Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Matius 27:46. Kematian Yesus menginspirasikan beberapa hal kepada kita yang tengah menghidupi kekinian dunia. Pertama, Yesus mengajarkan bahwa keberpihakan terhadap manusia dan komitmen untuk memberi perspektif masa depan baru bagi manusia adalah segala-galanya. Keberpihakan dan komitmen itu tidak berhenti pada slogan, jargon, dan program, tetapi sesuatu yang real dan operasional, sesuatu yang bersifat action, walaupun untuk mewujudkannya kita mesti menderita, kehilangan segala-galanya, bahkan kehilangan diri sendiri. Kedua, Yesus tidak sekadar menjadi guru yang menunjukkan dan mengajarkan sesuatu, tetapi sekaligus menjalani dan mempraktikkan apa yang Ia ajarkan itu. Tidak ada ambivalensi dan dikotomi antara perkataan dan tindakan Yesus; keduanya bersifat integral dan menyatu. Apa yang Ia ajarkan, itu juga yang Ia lakukan. Ketiga, peristiwa Jumat Agung menginspirasikan kepada kita betapa Yesus sangat memperhatikan seluruh umat manusia tanpa mempertimbangkan siapa manusia itu. Yesus benar- benar mempraktikkan sikap hidup inklusif di tengah-tengah pelayanan-Nya. Kematian-Nya di kayu salib ditujukan bagi semua umat manusia, bukan hanya untuk sekelompok orang. Sikap inklusif seperti ini harus menjadi nada dasar serta gaya hidup gereja-gereja bahkan masyarakat dan bangsa di dalam masyarakat majemuk Indonesia. Dalam semangat inklusif itulah kita berjuang terus membangun rumah besar Indonesia yang di dalamnya semua orang dari berbagai suku, agama, etnik, dan golongan dapat tinggal bersama dengan penuh persaudaraan dan saling menghargai, tanpa rasa takut, curiga, dan waswas. Keagungan Jumat Agung terletak pada kemauan dan kemampuan kita sebagai umat kristiani Indonesia untuk meneladani kerelaan Yesus dalam mereguk anggur penderitaan, bukan untuk kepentingan diri sendiri maupun golongankelompok, tetapi untuk orang lain, untuk sesama manusia. Keagungan Jumat Agung akan banyak tergantung pada kesediaan kita sebagai warga gereja untuk mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa dengan penuh ketaatan kepada Yesus Kristus yang tersalib itu. Jumat Agung dan Paskah adalah tanda solidaritas serta pengorbanan Allah bagi pemulihan harkat-martabat manusia. Gereja yang ber-Paskah adalah gereja dan kekristenan yang menyatakan solidaritasnya bagi masyarakat dan bangsa yang tengah menapaki jalan penderitaan. Bukan Gereja yang teralienasi dari degup pergumulan bangsanya, gereja yang introvert dan menghabiskan waktu dan energi untuk kepentingan diri sendiri.

2772006: Arti Penting Kebangkitan

Dari empat agama besar yang didasarkan pada kepribadian pendirinya, hanya agama Kristen yang menyatakan kubur kosong bagi pendirinya. Iman Kristen tidak mungkin muncul bila kebangkitan tidak terjadi. Murid-murid-Nya hanya akan menjadi simbol kekalahan dan kehancuran. Mereka mungkin akan mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka. Mungkin peristiwa penyaliban hanya akan melenyapkan harapan akan Mesias. Salib akan kelihatan menyedihkan dan memalukan sebagai akhir karir Yesus. Kekristenan mula-mula sangat bergantung kepada kepercayaan murid- murid-Nya bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dari kematian. Mengapa kebangkitan Yesus Kristus disebut sebagai bukti bahwa diri- Nya adalah Anak Allah? 1. Dia bangkit dengan kuasa-Nya sendiri. Dia mempunyai kuasa untuk memberikan nyawa- Nya dan untuk mengambilnya kembali Yohanes 10:18. Ini tidak bertentangan dengan pasal lain yang menyatakan bahwa Yesus dibangkitkan oleh kuasa Bapa, karena Bapa dan Anak bekerja bersama-sama, seperti halnya penciptaan, tiga pribadi Allah, yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus bekerja sama secara harmonis. 2. Secara jelas Yesus telah menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah. Kebangkitan-Nya dari kematian merupakan materaipersetujuan dari Allah Bapa akan kebenaran penyataan- Nya. Jika Allah tidak menyetujui penyataan Yesus sebagai Anak-Nya, Allah tidak akan membangkitkan Yesus dari kematian. Kenyataannya Allah membangkitkan Yesus dari kematian. Allah Bapa seolah mengatakan, Engkaulah Anak-Ku, hari ini Aku menegaskan sejelas-jelasnya. 3. Khotbah Petrus saat hari Pentakosta juga didasarkan kepada kebangkitan Kristus Kisah Para Rasul 2:14-40. Kebangkitan tidak hanya sebatas tema karena khotbah itu menekankan pentingnya kebangkitan. Kalau ajaran kebangkitan dihilangkan, semua ajaran kekristenan juga akan hilang. Kebangkitan merupakan: 1. penjelasan kematian Yesus, 2. penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama tentang Mesias, 3. sumber kesaksian murid-murid, 4. alasan pencurahan Roh Kudus, dan 5. penegasan posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja. Tanpa kebangkitan, posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja tidak akan terjelaskan. Tanpa kebangkitan, pencurahan Roh Kudus akan meninggalkan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Tanpa kebangkitan, sumber kesaksian murid-murid hilang. Kebangkitan adalah penggenapan dari nubuat mengenai Mesias yang akan bangkit di dalam Mazmur 16:10, tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Hal ini menjelaskan alasan mengapa khotbah pertama kekristenan didasarkan kepada Yesus yang telah bangkit. Perjanjian Baru menggaungkan fakta kebangkitan Yesus. Kitab-kitab Injil mencatat pernyataan Yesus bahwa Ia akan dikhianati, dibunuh, dan bangkit lagi. Mereka menyaksikan bahwa kubur- Nya telah kosong dan Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya seperti yang telah Ia katakan. Kisah Para Rasul mencatat kebangkitan Kristus sebagai fakta dan menjadikannya pusat pengajaran. Surat-surat dalam Perjanjian Baru dan Kitab Wahyu menjadi tak berarti tanpa kebangkitan Yesus. Kebangkitan diterima baik oleh: 1. keempat Injil yang terpisah, 2. sejarah kekristenan mula-mula Kisah Para Rasul, dan 3. surat-surat yang ditulis oleh Paulus, Petrus, Yohanes, Yudas, termasuk surat kepada orang Ibrani. Ada banyak kesaksian yang dapat dipercaya dan Perjanjian Baru merangkum kesaksian tersebut. Dengan demikian, kebangkitan Kristus menjadi fakta obyektif yang dapat dipercaya. Sejak awal, kekristenan mula-mula telah bersama-sama memberikan kesaksian mengenai kebangkitan Kristus. Ini merupakan dasar pengajaran dan iman gereja yang telah masuk ke dalam literatur Perjanjian Baru. Jika semua pasal yang berhubungan dengan kebangkitan dihilangkan, kita hanya akan mendapatkan Perjanjian Baru yang kacau dan tidak dapat dijelaskan. Kebangkitan telah merasuk ke dalam kehidupan orang Kristen mula-mula. Hal ini muncul dalam banyak hal seperti, lukisan-lukisan dinding, himne, dan menjadi tema yang kuat dalam penulisan-penulisan pembelaan iman Kristen pada empat abad pertama. Jika kebangkitan bukan peristiwa sejarah, kuasa kematian tidak akan kalah. Kematian Kristus pun menjadi tidak berarti sehingga umat yang percaya kepada-Nya akan tetap mati dalam dosa. Keadaan seseorang tidak akan berbeda dengan saat sebelum ia mendengar nama- Nya. Memang sulit untuk menggambarkan depresi hebat yang dialami para murid sebagai akibat dari penyaliban Yesus. Mereka tidak memiliki konsep bahwa kebangkitan lebih berarti daripada kematian. Mereka berpikir bahwa Mesias akan memerintah selamanya Yohanes 12:34. Namun, para murid tidak mungkin mempercayai Yesus tanpa mempercayai kebangkitan-Nya dari kematian. Kebangkitan telah mengubah bencana menjadi kemenangan. Lewat kebangkitan-Nya, dengan tegas Yesus dinyatakan sebagai Mesias. Dengan demikian, oleh kebangkitan maka makna penyaliban sebagai cara mati yang memalukan telah berubah menjadi kematian yang berperan dalam penyelamatan umat manusia. Tanpa kebangkitan, kematian Yesus hanya menjadi kutukan Tuhan. Tetapi lewat kebangkitanlah, kematian Yesus sekarang dapat dilihat sebagai suatu peristiwa yang menandakan bahwa pengampunan dosa umat manusia sudah terjadi. Tanpa kebangkitan, kekristenan tidak pernah terjadi karena para murid hanya melihat Yesus sebagai guru yang baik dan tidak akan pernah percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Kebangkitan menjadi fakta yang penting karena menggenapkan keselamatan kita. Yesus datang untuk menyelamatkan kita dari dosa sehingga kita pun selamat dari kematian. Kebangkitan juga membuat perbedaan yang tajam antara Yesus dengan semua pendiri agama. Tulang-tulang dari semua pendiri agama, selain Yesus, masih berada di bumi, tetapi kubur Yesus kosong. Kebangkitan telah memberi dampak yang besar. Hidup menjadi penuh harapan; kehidupan lebih berkuasa daripada kematian; kehidupan pada akhirnya menang. Tuhan telah menyentuh kita di sini. Ia telah mengalahkan kematian, musuh terakhir kita. Kebangkitan telah mengubah hidup para murid sebelum dan sesudah kebangkitan. Sebelum melihat kebangkitan, mereka lari dan menyangkal Gurunya. Mereka berkumpul dan bersembunyi dalam ketakutan dan kebingungan. Setelah melihat kebangkitan, mereka diubahkan menjadi rasul yang berani dan percaya diri, menjadi penginjil yang mempengaruhi dunia, bersedia mati sebagai martir dan bersukacita sebagai utusan Kristus. Yesus telah bangkit dan mengalahkan kuasa kematian. Jika engkau mau percaya kepada Yesus, kematian bukan hal yang menakutkan karena kebangkitan maupun hidup yang kekal akan Saudara terima. Maukah Saudara?

2782006: Guru Sebagai Pendidik