Mengasah Kemampuan Bercerita Seperti Yesus Bercerita Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan inti pewartaan-Nya.

Selanjutnya Apa? Ketika seorang anak sudah mengenal konsep dosa dan keberadaan Tuhan, dia harus dikenalkan kepada Individu yang menebus dosanya -- Yesus. Setiap anak harus diberitahu hal-hal berikut ini. 1. Dia harus membuat suatu keputusan penting -- meminta Yesus mengampuni dosanya dan untuk hidup dalam hatinya. 2. Yesus yang mati untuk kita di kayu saliblah yang memungkinkan kita dapat memeroleh keselamatan. Dia menanggung hukuman yang sebenarnya pantas untuk kita tanggung karena dosa kita. 3. Untuk bisa memunyai hati yang baru dan bersih, setiap orang harus menerima Yesus dan lahir baru. 4. Menerima Yesus akan memungkinkan kita untuk tinggal di surga ketika kita mati nanti. Mungkin tidak ada alat yang lebih baik untuk mendukung keputusan yang akan anak ambil untuk menerima Yesus selain pengalaman Anda sendiri ketika menerima Yesus. Bercerita kepada anak-anak Anda secara terbuka dan jujur tentang bagaimana Anda mengenal Yesus akan meninggalkan kesan mendalam dalam hati anak-anak Anda. Dalam bukunya yang sangat bagus, How to Succeed in Winning Children to Christ, pendiri Mailbox Club, George Eager, menulis, Saya yakin bahwa ada ribuan orang yang dapat dan akan memenangkan anak-anak bagi Kristus, seandainya ada seseorang yang mau memberitahu orang-orang itu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Ketika Anda memikirkan anak-anak dalam hidup Anda, pertimbangkan masa depan cerah yang dapat mereka alami bersama Kristus dalam hati mereka. Sebenarnya, tidak ada tawaran yang lebih indah yang diterima seorang anak selain undangan untuk memulai sebuah hubungan dengan Tuhan kita, Yesus Kristus. tDian

3472007: Mengasah Kemampuan Bercerita Seperti Yesus Bercerita

Diringkas oleh: Kristina Dwi Lestari Seorang penutur cerita yang baik tentu terlihat dari seni yang mereka miliki dalam berbicara. Sebagai penutur cerita, Yesus menunjukkan hal tersebut. Berdasarkan cerita yang terdapat dalam Injil, kapan pun Yesus bercerita, ada banyak orang yang mendengarkan dengan saksama dan berbondong-bondong mengikuti Dia hanya untuk mendengarkan cerita-Nya. Seni bercerita-Nya yang menarik terlihat dari bakat-Nya sejak kecil. Dia terus mengasah kemampuan dengan sering mengamati orang dengan teliti dan saksama secara luar-dalam, terlebih dalam komunitas masyarakat Yahudi yang kebudayaannya kaya dan subur. Melalui cerita-cerita-Nya, Yesus juga menunjukkan betapa ia memahami perasaan orang pada saat mereka bergelut mengatasi suka duka hidup setiap hari. Cerita-cerita-Nya di satu pihak sering membuat senang orang kebanyakan, tetapi di lain pihak membuat sakit hati mereka yang mencoba mencari penghormatan atas diri mereka sendiri. Dengan kata lain, Yesus dapat menciptakan gambaran di dalam pikiran para pendengar-Nya. Dia mampu berpikir cepat dan menjawab berbagai pertanyaan, baik secara humor maupun secara kritis. Cara Yesus Bercerita

1. Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan inti pewartaan-Nya.

Yesus sering menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang menyiratkan makna lain dalam cerita-Nya. Terkadang maksud-Nya sangat jelas bagi pendengar, namun sering juga membuat orang tidak paham dengan maksud-Nya. Hal ini dilakukan karena Dia tidak mau ditangkap sebelum menyelesaikan tugas pengutusan-Nya. Selain itu, Dia juga tahu bahwa masyarakat belum siap menerima seluruh kebenaran yang diwartakan-Nya. Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya. Dalam banyak perumpamaan semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri Mrk. 4:30-34 . Maksud Yesus adalah bahwa kerajaan Allah yang diwartakan-Nya itu kelihatan sangat kecil, tidak berarti, dan ditolak oleh mereka yang ingin mencari hal-hal yang besar. Tetapi dalam benih yang kecil ini Kerajaan Allah akan tumbuh dan berkembang dengan segala kebesaran dan kekuasaannya. Yesus menggunakan objek yang sederhana, konkret, dan umum untuk menjelaskan maksud pewartaan-Nya. Yesus juga sering menggunakan objek konkret dan situasi yang sudah biasa untuk memperjelas inti pewartaan-Nya. Yesus mengisahkan tiga cerita dengan menggunakan objek situasi yang sudah umum untuk membandingkan kasih Allah yang tidak terbatas dengan orang Farisi yang ingin menjadi kelompok eksklusif. a. Seorang gembala yang baik. Seorang gembala yang baik akan mengutamakan keselamatan dombanya yang tersesat. Dia akan meninggalkan domba-domba yang lain dan pergi mencari yang tersesat tadi sampai menemukannya. Setelah kembali, dia akan mengadakan pesta bersama teman- temannya untuk merayakan ditemukannya kembali dombanya yang hilang tadi. Secara tajam Yesus memperlihatkan hal ini, Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan Luk 15:7 . b. Seorang wanita kehilangan sebuah dirham. Para pendengar pada zaman Yesus tahu bahwa dirham itu sangat berharga. Situasi ini sudah biasa bagi mereka. Kebanyakan rumah mereka yang tidak berjendela dan tidak berlantai semen membuat mereka kesulitan untuk menemukan dirham yang begitu kecil. Ketika wanita itu menemukan dirham yang hilang tersebut, ia lalu mengadakan pesta. Yesus mengatakan pikiran--Nya sebagai berikut, Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat Luk 15:10 . c. Pembagian harta warisan orang tua. Setiap orang tahu hukum harta warisan terdapat dalam Ulangan 21:17 dan hal itu sering menyebabkan perselisihan dalam keluarga Luk. 12:13 . Hukum yang ada menyatakan bahwa dalam kondisi tertentu ketika ayah masih hidup, dia bisa memberikan dua pertiga bagian warisan kepada putranya yang sulung dengan catatan anak itu harus menghidupi ayahnya tersebut sampai akhir hayatnya. Sebaliknya, jika putra bungsu meminta bagian warisannya sebelum si ayah meninggal dunia, maka hal itu tidak akan dikabulkan. Ketika Yesus menyelesaikan cerita-Nya yang ketiga, Dia tidak perlu mengatakan pikiran-Nya. Para pendengar kiranya sudah paham akan maksud yang ada di balik cerita tersebut. Dalam bercerita, kita perlu menggunakan objek yang sudah lazim di kalangan anak-anak, termasuk mempergunakan latar belakang budaya kita agar anak-anak lebih terbantu untuk memahami kebenaran. Misalnya tentang: menjadi bagian keluarga; kehidupan rumah tangga; relasi dengan orang lain; binatang kesayangan dan hewan-hewan yang lain; peristiwa yang terjadi setiap hari; kegiatan rutin; perasaan-perasaan cinta, benci, takut, dan cemburu; kemarahan, kesedihan, kabaikan, penghianatan; lingkungan sekitar rumah; lingkungan sekolah; kejadian-kejadian lucu; waktu-waktu khusus dan perayaan-perayaan. Yesus biasanya hanya berfokus pada satu pokok pikiran saja. Yesus tidak merumitkan cerita-Nya dengan tiga atau lebih pokok pikiran. Satu pokok pikiran sudah cukup bagi pendengar agar mereka mudah mengingatnya, seperti terlihat dalam cerita tentang orang yang bijaksana dan orang yang bodoh. Pikiran utama Yesus adalah orang yang mendengar kata-kata Yesus dan melaksanakannya ibarat membangun hidupnya di atas wadah yang kokoh dan orang yang tidak mendengarkan dan melaksanakan kata-kata Yesus ibarat membangun hidupnya di atas pasir, dengan konsekuensi yang sudah diketahui pendengar-Nya.

4. Yesus mengetahui dan memenuhi kerinduan para pendengar-Nya.