Pendidikan Kristen Di Sekolah Kristen

Unsur keempat yakni pelayanan nyata, berfokus pada kewajiban tiap pribadi orang percaya untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan imannya. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara. Ia dapat berbicara mengenai imannya, mengajar, melakukan kunjungan, melayani sebagai diaken, membantu dalam bidang administrasi gereja lokal, melatih orang lain, menunjukkan keramahan dan kasih bagi mereka yang sedang sakit dalam perkumpulan, doa atau memimpin pelajaran Alkitab. Pelayanan macam ini tidak hanya memungkinkan untuk dilakukan oleh beberapa orang saja, namun juga oleh berbagai kelompok umur, anak-anak, pemuda, dan orang dewasa juga dapat dilibatkan. Selain empat unsur di atas, satu aspek penting lagi yang perlu ada dalam program pendidikan Kristen di gereja adalah PENGINJILAN. Penginjilan atau pemaparan tentang Injil adalah tujuan utama dalam pendidikan Kristen sebagaimana diperintahkan oleh Alkitab. Hal ini tidak dimasukkan sebagai salah satu bagian dari keempat unsur sebelumnya, namun meresap kedalamnya. Pengarahan, penyembahan, persekutuan dan pelayanan nyata, semuanya dapat dipakai oleh gereja sebagai alat penginjilan untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Sebagai contoh, dalam sebuah kegiatan camp yang meliputi empat unsur tersebut, seorang murid SMU dapat menerima Yesus sebagai Juruselamatnya lewat berbagai macam aktivitas. Dia mungkin dapat mendengar dan menanggapinya ketika mendengar khotbah pengarahan, ketika malam perenungan api unggun penyembahan, atau lewat bimbingan rekan sekamarnya persekutuan, pelayanan nyata. Gereja lokal harus bertanya pada diri sendiri, apakah orang-orang yang terlibat dalam berbagai program dan pelayanan kita benar-benar menampakkan pernyataan bahwa Kristus adalah Juruselamat sehingga mereka yang belum bertobat dapat dan akan menanggapinya? Apakah ada penekanan akan keselamatan dalam pertumbuhan dan pelayanan? Penilaian yang dilakukan secara berhati-hati terhadap program- program pendidikan Kristen bagi kelompok umur tertentu mungkin akan menunjukkan adanya penekanan berlebihan atau yang kurang atas salah satu dari keempat unsur di atas. Tiap departemen harus bekerja secara baik untuk membuat daftar urutan semua rencana program yang akan dilakukan selama setahun Sekolah Minggu, program Minggu malam, camp, sekolah Alkitab liburan, persekutuan kelompok mingguan dan mengetahui unsur mana yang memerlukan penekanan khusus dalam setiap detail program. Ketika sebuah departemen mampu mengembangkan daftar urutan tersebut, pertanyaan selanjutnya yang perlu ditanyakan adalah: Unsur mana yang paling sering ditekankan? Unsur mana yang seringkali hilang atau kurang mendapat cukup penekanan? tAry

2522005: Pendidikan Kristen Di Sekolah Kristen

Sebelum kita membicarakan apa yang menjadi tugas dan panggilan sekolah Kristen, adalah tepat jika terlebih dahulu kita lihat secara sepintas arti dari pendidikan Kristen itu sendiri. Karena, bagaimanapun, sekolah Kristen merupakan bagian dari pendidikan Kristen. Lagipula, sekolah Kristen memang pertama harus kita pahami sebagai sekolah school di mana di dalamnya terdapat kegiatan belajar-mengajar, kurikulum, administrasi, interaksi dan komunikasi serta tata tertib dan disiplin. Namun, dengan adanya sebutan Kristen, maka sekolah yang bersangkutan tentu mempunyai napas, warna atau setidaknya cita-cita tertentu, yang landasannya adalah iman Kristen. Jika kita ingin mendefinisikan pendidikan Kristen, setidaknya faktor-faktor seperti tujuan apa, konteks di mana, pelaku siapa, metode bagaimana, materi apa dan waktu kapan, harus tersirat di dalamnya. Dengan begitu, untuk tiap konteks dan tujuan tertentu, pengertian tentang pendidikan Kristen perlu dijelaskan secara spesifik. Sebagai titik tolak pemahaman, berikut ini dapat kita lihat definisi pendidikan Kristen, sebagaimana dirumuskan oleh Robert W. Pazmino dalam bukunya Foundational Issues in Christian Education 1988. Pendidikan Kristen merupakan upaya ilahi dan manusiawi dilakukan secara bersahaja dan berkesinambungan, untuk memberikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan, sensitivitas, tingkah laku yang konsisten dengan iman Kristen. Pendidikan mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok dan struktur oleh kuasa Roh Kudus, sehingga bersesuaian dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Suci, terutama dalam Kristus Yesus,serta diwujudkan oleh upaya itu. hal. 81 Definisi di atas berbunyi begitu umum, dan dapat diimplikasikan ke dalam berbagai konteks pendidikan, yakni di dalam rumah tangga, di sekolah, di gereja dan di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan selalu merupakan usaha yang bersahaja dan sadar tujuan, memiliki standar otoritas, memakai manusia sebagai media alat, memiliki bahan content yang bersesuaian dengan tujuan, serta membutuhkan penjelasan waktu. Di samping itu, pendidikan Kristen tidak saja berupaya mengalihkan nilai-nilai dasar, doktrin atau ajaran; ia juga berusaha mengalihkan perlengkapan-perlengkapan yang sangat dibutuhkan oleh konteks di mana anak didik berada. Individu-individu diperlengkapi sedemikian rupa, sehingga dalam bimbingan Allah mampu menjadi saluran berkat bagi orang lain, dalam rangka pembaharuan keluarga, gereja dan masyarakatnya. Tugas Sekolah Kristen Dalam relasinya sebagai rekan sekerja dengan keluarga dan gereja, sekolah mengemban beberapa tugas yang harus dipikul. Namun, kita harus sadar pula bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh sekolah bagi kepentingan anak didik. Artinya, sekolah mempunyai keterbatasan. Sekolah bukan segala-galanya bagi peningkatan kualitas hidup anak didik. Sekolah bukan institusi yang sempurna, serba bisa, atau serba dapat. Sayang sekali, banyak orang termasuk kalangan gereja berpandangan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab dalam memperlengkapi anak bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Jika sekolah menghadapi masalah atau kurang mampu menghasilkan anak didik berkualitas sesuai keinginan masyarakat, maka masyarakat menjadikan sekolah sebagai kambing hitam. Masyarakat lupa akan fungsi mendasar dari orang tua atau keluarga anak didik. Sekarang, mari kita kaitkan dengan tugas sekolah Kristen. Meminjam dan mengembangkan beberapa pokok pikiran Arthur F. Holmes dalam bukunya The Idea of Christian College 1975, hal. 105-116, untuk zaman sekarang, sekolah Kristen terpanggil untuk memperlengkapi anak didik dalam segi-segi berikut ini. 1. Kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dalam bentuk talenta, karunia dan profesi. Maka, sekolah Kristen harus giat dalam upaya memperlengkapi anak didiknya dengan keterampilan-keterampilan vocational kerja. Di tengah-tengah minat masyarakat untuk mengembangkan sekolah umum, sekolah Kristen perlu tampil untuk meningkatkan sekolah-sekolah kejuruan yang berbobot, relevan dengan kebutuhan pasar kerja. 2. Wawasan baru bagi peserta didik, berkaitan dengan kemampuannya untuk secara efektif memanfaatkan waktu senggangnya leisure time demi kemuliaan Kristus. Untuk itulah, dalam sekolah Kristen perlu disajikan pengajaran humaniora, serta kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler yang mampu menumbuhkan kreativitas. 3. Pemahaman akan panggilan hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Karena itulah, sekolah Kristen tidak melepaskan diri dari pengajaran-pengajaran berwawasan kewarganegaraan. 4. Dorongan-dorongan guna memungkinkan anak didik menjadi warga gereja yang tangguh, serta memiliki pengetahuan akan identitas dan peranan gereja itu sendiri di dunia ini. Maka, kerjasama yang baik di antara sekolah dengan gereja perlu dibangkitkan. 5. Wawasan-wawasan yang berguna dalam mendorong anak didik menghadapi tantangan zaman, yang cenderung diwarnai oleh penyimpangan-penyimpangan alinasi dan keabnormalan. Sekolah Kristen harus mengajak peserta didik, dan keseluruhan pelaku pendidikan, untuk memahami dinamika perubahan zaman, bersikap kritis terhadap tren yang berkembang di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. 6. Bimbingan bagi anak didik sehingga dapat memiliki pandangan hidup holistik, integratif, yang dapat diandalkan dalam memainkan perannya bagi pembangunan dan pembaharuan transformasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan falsafah hidup negara kita, Pancasila, yang mengajak orang hidup dan berpikir secara utuh holistik. Dan memang, dalam terang iman Kristen, Allah-lah Sumber kehidupan; dan dalam perspektif-Nya hidup itu bersifat utuh, tiada pemisahan antara yang sakral dengan yang dunia. Pokok-pokok pikiran dari pandangan Holmes di atas, jelas begitu relevan dengan cita-cita pendidikan nasional di Tanah Air kita. Sekolah Kristen memang harus memiliki visi dan bergerak atas visi itu untuk membawa anak didik ke dalam kehidupan yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Di samping itu, lewat keseluruhan proses belajar-mengajar, anak didik dibantu untuk memiliki rasa percaya diri, kreatif, inovatif, terampil, dan bertanggung jawab. Maka, sekolah Kristen perlu lebih memberi perhatian bagi pendidikan atau latihan keterampilan kerja. Tepatnya, manusia Indonesia berkualitas yang perlu dikembangkan sekolah itu adalah: Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. UUSPN No. 21989

2522005: Faedah Dan Masalah PAK Di Sekolah