Pemberian Uang Saku: Mencegah Anak Untuk Mencuri

milik saya. Jangan membiarkan anak sembarangan mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang milik teman, anak harus segera mengembalikannya. Menerapkan konsep yang benar harus disertai dengan teladan yang baik supaya anak tidak tamak terhadap hal apa pun sekalipun itu hal yang kecil atau sembarangan meminjam barang milik orang lain. Berikanlah penghargaan dan pujian bila mereka mampu mengurus atau mengatur barangnya sendiri. 6. Melakukan usaha secara bersama. Jika anak sendiri tidak berniat untuk membuang kebiasaan yang jelek, meskipun orang tua atau guru memaksa atau menekan mereka, hasilnya tetap akan sia-sia. Usahakanlah untuk bekerja sama dengan anak, menasihati dan menjelaskan sebab-akibat dari tindak mencuri, atau membantu mereka untuk mencari jalan ke luar yang bisa dilakukan, kemudian berdoalah bersama mereka agar bersandar pada anugerah Tuhan untuk hidup dalam kemenangan. 7. Mendidiknya dalam kebenaran. Bunyi perintah dalam Sepuluh Hukum Allah sangat jelas, Jangan mencuri Kel. 20:15. Hati nurani manusiapun berbicara bahwa mencuri itu dosa dan Allah akan menghukum dosa itu. Apabila anak itu dalam kelemahannya telah berbuat dosa, berikan pengertian bahwa ia tetap dikasihi, apalagi oleh Allah. Apabila sebagai orang dewasa dapat memaafkan mereka, maka Allah pun dapat mengampuni mereka. Pujilah Tuhan, seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, bahwa segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku Flp. 4:13. Setelah dibimbing, anak mungkin masih dapat lupa dan jatuh lagi, tetapi dengan seringnya diingatkan serta diawasi dan didoakan, tetap ada pengharapan bahwa Allah akan mengubah mereka dan mengenakan jubah yang baru kepada mereka sehingga buah kebenaran dihasilkan melalui dan di dalam hidup mereka.

1472003: Pemberian Uang Saku: Mencegah Anak Untuk Mencuri

Berikut ini adalah artikel yang perlu dibaca bukan hanya oleh orangtua saja tetapi juga oleh guru-guru Sekolah Minggu. Jika penyebab anak mencuri adalah karena masalah pemberian uang saku maka guru perlu bekerjasama dengan orangtua untuk menolong anak keluar dari masalah yang dihadapinya. Jika kita mendapati anak kita ternyata suka mencuri, jangan langsung menghukum mereka dengan keras. Ada baiknya kita selidiki terlebih dahulu penyebabnya mengapa dia suka mencuri. Nah, salah satu hasil penelitian kita mungkin adalah karena sang anak bermasalah dengan keuangan. Banyak orangtua yang tidak membiasakan memberikan uang saku secara teratur, mereka hanya memberikan uang kepada anak-anak secara tidak teratur dan tidak terencana, dan memberikannya hanya kalau diminta. Cara pemberian uang demikian tidak mengajarkan kepada mereka bagaimana mengelola uang. Jika setiap membutuhkan baru minta kepada orangtua, kemungkinan anak akan merasa ketakutan kalau-kalau orangtua mereka mungkin malah marah- marah, dan akhirnya mereka memutuskan untuk cari aman, yaitu dengan mencuri. Jika kita memberikan uang saku secara teratur maka masalah anak terhadap keungan, khususnya pencurian, mungkin dapat dicegah. Aturan pemberian uang saku yang ditetapkan oleh setiap orangtua mungkin berbeda. Ada yang memberikan uang saku sebagai upah untuk anak-anak karena telah menyelesaikan tugas di rumah dan tidak memberikan uang saku apabila anak-anak tidak menyelesaikan tugas tersebut. Tetapi banyak yang berpendapat kalau cara seperti itu hanya akan mendorong anak berbuat baik karena mengharapkan upah, bukan karena adanya kesadaran diri sendiri. Dan jika mereka malas menyelesaikan tugas di rumah, mungkin mereka akan terdorong untuk mencuri. Ada orangtua yang memberikan uang saku secara tetap dan teratur, mereka tidak menuntut syarat apa-apa dari anaknya. Tapi sistem ini bisa membuat anak malas tidak dapat mengajarkan kepada anak kaitan antara kerja dan upah. Rupanya pendekatan yang terbaik ialah kombinasi dari kedua cara itu. Berikan kepada anak sejumlah uang saku secara teratur dan jumlah itu harus diperhitungkan sesuai dengan berapa jumlah kebutuhan dasar mereka, ditambah lagi dengan sejumlah uang yang dapat mereka pakai sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Uang saku ini merupakan uang yang menjadi bagian anak itu dari penghasilan keluarga karena ia merupakan salah satu anggota keluarga. Selain pemberian uang saku yang teratur tersebut, si anak juga harus bertanggung jawab untuk melaksanakan beberapa tugas di rumah tangga tanpa diembel-embeli dengan upah. Jika ia tidak memenuhi kewajibannya tersebut, ia harus disiplin dengan cara lain, bukan dengan tidak memberikan uang saku. Sebagai penghasilan tambahan ia dapat diberi upah untuk pekerjaan lain di luar tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Pekerjaan lain itu adalah pekerjaan yang biasanya menggunakan jasa orang lain dan diupah, misalnya mencuci mobil atau membabat rumput. Penghasilan tambahan ini akan mengajarkan kepada anak tentang hubungan antara pekerjaan dan upah. Dan penghasilan yang diperolehnya dengan cara ini dapat dipergunakannya untuk hal-hal yang disenanginya dan bukan untuk kebutuhannya yang dasar. Selain sistem pemberian uang saku, tolonglah anak Anda agar dapat bertanggung jawab di dalam soal keuangannya. Ajarlah mereka untuk menyusun anggaran dari uang saku yang Anda berikan, doronglah mereka untuk menyisihkan satu jumlah tertentu untuk ditabung. Kadang-kadang ajaklah anak untuk ikut serta membicarakan masalah keuangan keluarga agar mereka sadar bahwa pendapatan rumah tangga itu terbatas. Kemungkinan besar jika masalah uang sakulah yang membuat anak Anda suka mencuri, pendekatan dalam paragraph di atas dapat dijadikan satu solusi untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Bagaimanapun cara Anda mengatur uang saku anak Anda, ingatlah pelajaran terbaik yang dapat dipelajari anak Anda tentang keuangan dan cara memperolehnya itu ialah teladan Anda. Ajarlah mereka untuk takut akan Tuhan dan perkuat pondasi rohani mereka. Inilah satu cara terpenting untuk menghindarkan mereka dari kebiasaan mencuri.

1482003: Anak Yang Penakut