Faedah Dan Masalah PAK Di Sekolah

1. Kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dalam bentuk talenta, karunia dan profesi. Maka, sekolah Kristen harus giat dalam upaya memperlengkapi anak didiknya dengan keterampilan-keterampilan vocational kerja. Di tengah-tengah minat masyarakat untuk mengembangkan sekolah umum, sekolah Kristen perlu tampil untuk meningkatkan sekolah-sekolah kejuruan yang berbobot, relevan dengan kebutuhan pasar kerja. 2. Wawasan baru bagi peserta didik, berkaitan dengan kemampuannya untuk secara efektif memanfaatkan waktu senggangnya leisure time demi kemuliaan Kristus. Untuk itulah, dalam sekolah Kristen perlu disajikan pengajaran humaniora, serta kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler yang mampu menumbuhkan kreativitas. 3. Pemahaman akan panggilan hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Karena itulah, sekolah Kristen tidak melepaskan diri dari pengajaran-pengajaran berwawasan kewarganegaraan. 4. Dorongan-dorongan guna memungkinkan anak didik menjadi warga gereja yang tangguh, serta memiliki pengetahuan akan identitas dan peranan gereja itu sendiri di dunia ini. Maka, kerjasama yang baik di antara sekolah dengan gereja perlu dibangkitkan. 5. Wawasan-wawasan yang berguna dalam mendorong anak didik menghadapi tantangan zaman, yang cenderung diwarnai oleh penyimpangan-penyimpangan alinasi dan keabnormalan. Sekolah Kristen harus mengajak peserta didik, dan keseluruhan pelaku pendidikan, untuk memahami dinamika perubahan zaman, bersikap kritis terhadap tren yang berkembang di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. 6. Bimbingan bagi anak didik sehingga dapat memiliki pandangan hidup holistik, integratif, yang dapat diandalkan dalam memainkan perannya bagi pembangunan dan pembaharuan transformasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan falsafah hidup negara kita, Pancasila, yang mengajak orang hidup dan berpikir secara utuh holistik. Dan memang, dalam terang iman Kristen, Allah-lah Sumber kehidupan; dan dalam perspektif-Nya hidup itu bersifat utuh, tiada pemisahan antara yang sakral dengan yang dunia. Pokok-pokok pikiran dari pandangan Holmes di atas, jelas begitu relevan dengan cita-cita pendidikan nasional di Tanah Air kita. Sekolah Kristen memang harus memiliki visi dan bergerak atas visi itu untuk membawa anak didik ke dalam kehidupan yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Di samping itu, lewat keseluruhan proses belajar-mengajar, anak didik dibantu untuk memiliki rasa percaya diri, kreatif, inovatif, terampil, dan bertanggung jawab. Maka, sekolah Kristen perlu lebih memberi perhatian bagi pendidikan atau latihan keterampilan kerja. Tepatnya, manusia Indonesia berkualitas yang perlu dikembangkan sekolah itu adalah: Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. UUSPN No. 21989

2522005: Faedah Dan Masalah PAK Di Sekolah

Pertama-tama kita akan mengemukakan beberapa aspek yang positif. Pengajaran agama di sekolah-sekolah tentu saja mempunyai manfaat besar seperti yang terjadi di negara kita Indonesia. 1. Dengan jalan ini gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda- pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK Pendidikan Agama Kristen yang diadakan gereja seperti dalam Sekolah Minggu atau katekisasi. Sekolah-sekolah umum itu merupakan lapangan penginjilan yang penting. 2. Anak-anak yang menerima PAK di sekolah akan merasa bahwa pendidikan umum dan agama itu bukanlah dua hal yang tak berhubungan, melainkan sebaliknya harus berjalan bersama-sama. PAK memiliki tempatnya di dalam lingkungan pendidikan umum. Tuhan Allah dan Gereja Kristen erat sangkut pautnya dengan kehidupan dan ilmu pengetahuan manusia umumnya. 3. Lagi pula jika gereja tak mampu membiayai pekerjaan Sekolah Minggu dan sekolah Kristen secara besar-besaran, maka PAK di sekolah-sekolah negeri itu banyak menolong gereja yang lemah secara keuangan tersebut. Di Amerika gereja-gereja tidak dapat mengajarkan agamanya masing-masing di sekolah-sekolah umum sehingga mereka perlu menanggung segala PAK itu sendiri, dan memikul beban yang berat berhubung dengan pembiayaan pekerjaan itu. 4. Dan akhirnya keuntungan yang didapat adalah bahwa dengan masuknya pengajaran agama dalam rencana pelajaran umum, maka agama itu dengan sendirinya mulai menempatkan dirinya sebagai suatu bagian mutlak dari kebudayaan segenap rakyat. Sekolah-sekolah bermaksud mendidik anak-anak supaya menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sekarang, pengajaran agama itu membantu negara dalam tugas ini, karena justru pengaruh agama Kristenlah yang paling besar sumbangannya untuk mencapai maksud tersebut. Akan tetapi di lain pihak, kita hendaknya juga tidak menutup mata akan masalah-masalah yang dihadapi oleh penyelenggaraan PAK di sekolah-sekolah negeri. 1. Adakalanya pengajaran agama itu dijadikan sebagai bagian yang resmi dari seluruh rencana pelajaran di sekolah-sekolah. Dalam hal ini semua murid diharuskan mengikuti pelajaran agama sama seperti mereka diwajibkan mengikuti mata pelajaran yang lain. Namun seperti yang kita ketahui bahwa orang muda jika diharuskan berbuat sesuatu, pasti mereka akan kurang menyukainya. Sayang sekali jika mereka dipaksa menerima PAK, karena mungkin segala usaha kita akan kurang berhasil. Mustahil kita menawan jiwa anak- anak dengan paksaan. Perlu sekali supaya mereka memeluk agama Kristen dengan sukarela, dan supaya mereka sendiri ingin mengikuti pelajaran-pelajaran itu. 2. Apabila PAK itu diberikan dalam suasana sekolah umum, besarnya nilai pokok-pokok agama yang diajarkan sama seperti pokok-pokok pelajaran lain yang ada dalam sekolah itu. Jika demikian, pengajaran kita kehilangan sifatnya yang istimewa. Pada hakekatnya pelajaran agama tidak boleh disamaratakan dengan pelajaran-pelajaran lain, karena isi dan maksudnya sangat berbeda. PAK adalah kepercayaan perseorangan dari tiap-tiap murid, jadi hendaknya jangan dibawakan seakan-akan bersifat ilmu pengetahuan saja. 3. Oleh sebab itu sebaiknya kita perlu waspada supaya jangan sampai hal tersebut menurunkan derajat dan mengubah wujud PAK. Dalam jam-jam pelajaran lainnya, barangkali guru-guru hanya dituntut untuk menyampaikan pengetahuan dan memberi pelbagai keterangan yang perlu dimengerti dan diingat oleh otak saja. Tetapi PAK bukan hanya mengajarkan pokok-pokok pelajaran untuk dipahami oleh sebatas akal para murid, tetapi yang terutama adalah untuk menyampaikan Injil Yesus Kristus tentang jalan keselamatan bagi manusia berdosa, supaya Injil itu disambut dan dialami oleh batin murid-murid. 4. Sangat boleh jadi murid-murid berpendapat bahwa PAK yang telah diterimanya di sekolah sudah cukup, sehingga tidak begitu perlu bagi mereka mengikuti pelajaran agama yang diselenggarakan gereja atau lewat cara lain, seperti di Sekolah Minggu dan di katekisasi. Padahal sebenarnya PAK di sekolah-sekolah negeri walaupun mempunyai manfaat yang besar namun tetap perlu ditambah dan digabung dengan PAK dalam lingkungan gereja sendiri. 5. Akhirnya, jangan lupa bahwa menerima bantuan dari negara selalu ada bahayanya. Gereja berdiri di dunia ini atas kehendak Tuhan, dan bukan oleh karena izin negara. Sebab itu gereja harus menjaga agar jangan PAK di sekolah-sekolah umum takluk kepada kuasa dan campur tangan negara. Isi dan suasananya harus ditentukan oleh gereja. Negara tidak boleh menetapkan rencana dan coraknya. Tidak jadi masalah jika pemerintah menawarkan bantuan berupa uang dan pertolongan lain, tetapi bantuan itu tak boleh menjadi suatu rantai halus yang mengikat dan memperbudak gereja. Guru- guru PAK seharusnya merasa dirinya orang bebas, yang hanya ditugaskan oleh gereja saja, meskipun gaji atau honorarium mereka dibiayai oleh negara. Masalah-Masalah Mengenai Pak Di Sekolah-Sekolah 1. Guru-guru Apakah oknum-oknum yang diutus oleh gereja ke sekolah-sekolah negeri untuk mengajarkan PAK itu sungguh-sungguh cakap sebagai guru? Dengan kata lain, apakah mereka pernah mempelajari asas- asas, cara-cara mengajar? Apakah mereka mempunyai kecakapan dan keahlian yang sederajat dengan guru-guru lain di sekolah-sekolah umum itu? Misalnya, apabila ia seorang pendeta, apakah ia telah mendapat pelajaran dalam Sekolah Teologianya mengenai teori dan praktek PAK itu? Atau jika gereja memakai guru-guru yang memang sudah bekerja sebagai guru biasa di lembaga-lembaga pendidikan, atau anggota- anggota jemaat yang bukan pendeta atau guru agama, apakah mereka benar-benar menjunjung dan mempraktekkan pengajaran agama itu di dalam hidupnya sendiri? Dan apakah mereka telah cukup menguasai dasar Alkitab dan kepercayaan Kristen yang hendak mereka ajarkan? Ingat, ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh guru-guru yang memberikan PAK atas nama gereja: mereka harus cakap mengajar, dan mereka haruslah seorang Kristen sejati yang menghormati serta melayani Tuhan dalam segenap hidupnya. Tuntutan dalam mengajarkan agama Kristen memang lebih berat dan lebih tinggi daripada mengajarkan bahasa Inggris. 2. Rencana Pelajaran Bahan-bahan apa saja yang perlu diajarkan dan bagaimanakah pembagiannya atas tahun- tahun pelajaran di sekolah-sekolah umum itu? PAK hendaknya jangan dirancang dengan sewenang-wenang. Harus ada peraturan dan ketertiban yang tidak kalah dengan rencana mata pelajaran lainnya. 3. Cara-cara Metode manakah yang harus dipakai dalam PAK di sekolah-sekolah? Sekarang kita sudah mengerti apa sifat khusus cara mengajar seperti ini, dan kita sudah tahu bahwa agama Kristen tak dapat diajarkan hanya dengan memakai metode menguraikan dan menerangkan saja, karena kepercayaan Kristen bukanlah suatu hal yang perlu dimengerti dengan akal melainkan suatu hubungan pribadi dengan Allah yang berhubungan dengan seluruh kehidupan kita. PAK juga diharapkan dapat membina persekutuan pribadi antara murid-murid dengan Tuhan Yesus, oleh sebab itu pengajaran agama seharusnya merangkum baik pengajaran ibadah bersama, persekutuan Kristen satu dengan yang lain, maupun kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama manusia. Justru karena itulah mengajarkan PAK di sekolah- sekolah umum menjadi tidak mudah, malah merupakan suatu masalah yang berat sebab tentu saja hampir mustahil mewujudkan segala cita-cita ke dalam jam pelajaran yang ada di sekolah saja. Keadaan dan peraturan sekolah-sekolah umum itu mau tidak mau mengikat dan merintangi kita. Kita terikat pada lamanya jam pelajaran di sekolah. Suasana sekolah umumnya memberi corak lain kepada jam pelajaran itu. Dalam lingkungan gereja sendiri kita tentu bebas terhadap soal metode itu dan suasananya lebih menyenangkan. Beberapa saran dan petunjuk menganjurkan bahwa sekurang-kurangnya kita harus berupaya untuk mengisi waktu yang pendek itu 40 atau 45 menit saja dengan sebaik mungkin. Hendaknya kita mulai dengan ibadah pendek berupa nyanyian rohani dan doa. Selanjutnya kita dapat memakai beberapa menit untuk mendengar hapalan murid-murid mengenai pokok-pokok pelajaran pada pelajaran yang lalu. Tetapi hendaknya bagian ini tidak terlalu bersifat sekolah melainkan supaya hapalan itu sedapat mungkin diberi arti rohani dan bersuasana ramah-tamah. Waktu yang sisa dapat dipakai untuk bercerita atau memulai pelajaran yang baru. Atau jika kita sudah menyuruh murid-murid untuk membaca satu pasal dari Alkitab atau buku pegangannya yang lain, kita dapat mengadakan tanya jawab tentang isi buku tersebut. Pada murid di sekolah lanjutan atas, kita dapat menggunakan metode diskusi. Penting sekali supaya tiap jam pelajaran mempunyai satu pokok tertentu yang terbatas dan bulat. Pada akhir jam itu ada baiknya jikalau dengan ringkas kita ikhtisarkan pula apa yang telah dibicarakan selama jam pelajaran itu. Tentu saja kita akan mengakhiri dengan doa pendek pula, supaya suasana ibadah tetap terpelihara. 4. PAK lain Sekali lagi kami hendak menitikberatkan perlunya menambahkan PAK lain pula di samping pengajaran yang diberikan dalam sekolah. Pengajaran agama di sekolah itu memang belum cukup, dan sebab itu gereja belum dapat dilepaskan dari tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan PAK yang lebih luas dan lebih mendalam lagi di dalam lingkungan dan suasananya sendiri.

2532005: Literatur Untuk Anak-Anak