Membimbing Para Pelajar Dalam Beribadah Di Sekolah Minggu

Karena kemiskinan kita itulah, Kristus menjadi miskin. Dan ketika Dia menjadi miskin itulah, kata Paulus, itulah Natal Agar kita menyadari kembali tentang kemiskinan kita. Tetapi, bukankah persiapan-persiapan Natal yang kita selenggarakan, betapa acap, justru menunjukkan hal yang sebaliknya? Tidak menunjukkan keprihatinan dan kemiskinan kita, tetapi kelimpahan dan kekayaan kita? Tidakkah pesta-pesta Natal kita paling sedikit ingin memperlihatkan semua kehebatan yang dapat kita usahakan? Tentu saja Bukan karena kita tidak tahu akan kemiskinan kita, melainkan karena kita berusaha untuk tidak mau tahu. Sama seperti seorang berwajah buruk, tetapi menjadi marah besar ketika melihat wajahnya melalui sebuah cermin. Ia membanting cermin itu, supaya dapat terus hidup dalam khayalannya. Ia tidak mau menerima kenyataan dirinya yang telanjang. Oleh karena itulah, kita juga sering berusaha untuk menyulap Natal. Dari sebuah pesta yang miskin dan sederhana, menjadi pesta yang mewah melimpah-ruah. Cermin itu kita pecahkan, supaya kita dapat terus hidup dalam khayal kita yang indah. Sebab itu, tidak cukup mengembalikan arti Natal hanya dengan sekadar melarang orang berpesta-pesta. Karena pesta-pesta itu hanya lahir sebagai akibat, bukan sebagai penyebab. Soal yang paling utama adalah apakah kita mau menerima kenyataan, betapa miskinnya kita? Tetapi di lain pihak memang benar bahwa Natal adalah juga ketika Kristus memproklamirkan, bahwa kita semua kini menjadi kaya di dalam Dia. Meskipun demikian, kenyataan ini juga tidak dapat memaafkan pemborosan pesta-pesta Natal kita Karena kalau Dia mengatakan bahwa kita kaya di dalam Dia, maka kekayaan kita tidak terletak pada kemampuan kita mengumpulkan dana. Tidak juga terletak pada kesanggupan kita mengorganisir pesta-pesta yang meriah. Tidak juga terletak pada kemampuan kita mengerahkan massa dan semua persiapan pesta Natal yang kita lakukan. Sebab betapa sering Natal itu hanyalah pesta di antara kita sendiri, pesta yang kita adakan tanpa Dia Natal memang menyajikan sebuah kesukaan yang abadi, bila kita menemukan diri kita kembali. Dan kita pun menjadi kaya di dalam Dia. Namun betapa sia-sianya pesta-pesta itu sekiranya kita hanya melanjutkan khayal kita yang indah, dan terus hidup tanpa Kristus

2102005: Membimbing Para Pelajar Dalam Beribadah Di Sekolah Minggu

Mengajak anak-anak untuk datang dan beribadah ke SM ternyata memerlukan campur tangan dan keterlibatan yang dalam dari guru-guru SM. Mereka tidak akan pernah mengerti mengapa mereka harus datang ke SM jika guru SM tidak pernah membimbing mereka mengenai hal tersebut. Bagaimana cara kita membimbing mereka? Sebelumnya, para guru harus mengetahui terlebih dahulu mengenai arti pentingnya ibadah SM itu sendiri. Setelah itu, barulah kita tularkan hal itu kepada anak-anak SM kita. Apakah Ibadah Itu? Apa yang Saudara lakukan pada waktu Saudara beribadah? Apa yang dapat terjadi dengan Saudara ketika beribadah? Bagaimana Saudara mengetahui bahwa Saudara menjalankan ibadah? Gagasan dasar tentang ibadah terkandung dalam arti kata itu sendiri. Ibadah berarti perbuatan, dan sebagainya untuk menyatakan bakti kepada Tuhan. Dan bakti ialah perbuatan yang menyatakan hormat, tunduk, kasih, setia, dan sebagainya. Wahyu 4:11 mengatakan, Ya Tuhan, dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian, dan hormat dan kuasa; ... Ibadah mencakup juga pengucapan syukur atas apa yang dilakukan Allah, kebaikan dan berkat-Nya; dan ibadah meliputi pujian karena sifat-sifat-Nya. Ibadah juga diuraikan sebagai: pertemuan pribadi dengan Allah, puncak pengalaman rohaniah, pengungkapan jiwa. Beribadah kepada Allah menolong kita menggenapi rencana-Nya bagi kita. Kita diciptakan untuk beribadah kepada-Nya dan menikmati persekutuan dengan-Nya untuk selama-lamanya. Ingat dan catatlah definisi ibadah ini di dalam catatan pribadi Anda: Ingin mengenal Allah lebih baik Menyadari kekudusan dan kebesaran-Nya Meminta Dia untuk membimbing kita Berdoa dan memuji Dia dengan sepenuh hati kita Mencari kehendak-Nya Menghormati nama-Nya Mentaati perintah-Nya Ibadah adalah suatu pengalaman yang rapuh. Dengan mudah dapat rusak oleh gangguan. Masalah kedisiplinan dapat menghalangi semangat ibadah, demikian juga lingkungan yang kurang baik dan kurang cocok. Ibadah lebih sering timbul karena melihat teladan orang daripada karena mendengar ajarannya. Karenanya, tingkah laku pemimpin sangat penting. Pemimpin yang tidak mempunyai persiapan dan kurangnya organisasi dapat menghalangi ibadah. Ibadah yang tidak terjalin bersama pengajaran dapat menjadi tidak berarti juga. Kita melakukan kekeliruan yang menyedihkan bila menuangkan pengetahuan ke dalam benak si anak dan tidak memberikan sesuatu yang menarik hatinya. Kapan, Di Mana, Dan Mengapa Harus Beribadah Kebaktian pagi atau petang hari tidak pernah dimaksudkan untuk mengajar anak-anak dan para remaja mengenai bagaimana beribadah atau mengikutsertakan mereka dalam pengalaman ibadah yang agak lama. Acara pembukaan Sekolah Minggu seringkali tidak memberikan kesempatan untuk ibadah yang berarti kepada anak-anak. Kebaktian anak-anak menyediakan kesempatan yang baik untuk mendidik anak-anak beribadah. Akan tetapi, tidak semua anak menghadiri kebaktian tersebut. Ada keluarga yang tidak tinggal untuk ibadah pagi. Banyak gereja yang tidak mengadakan kebaktian anak-anak. Pemecahan yang terbaik adalah menyediakan waktu untuk ibadah sebagai bagian dari jam pelajaran Sekolah Minggu. Dengan cara ini, ibadah dapat disesuaikan dengan keperluan dan kesanggupan tingkat umur anak. Seringkali, kebaktian ini sajalah yang dihadiri oleh kebanyakan pelajar itu. Itulah kesempatan mereka satu-satunya untuk mendapatkan pengalaman ibadah. Di Sekolah Minggu, pengalaman ibadah dapat didasarkan pada pelajaran yang diberikan. Seringkali, ada baiknya untuk menutup jam pelajaran Sekolah Minggu dengan memberi kesempatan beribadah. Dengan cara ini, maka kebaktian itu dapat berlandaskan kebenaran utama seperti pelajarannya sehingga pengetahuan otak dapat dijadikan pengetahuan hati dengan menanamkannya di dalam perasaan dan kehendak. Misalnya, pada saat pelajaran, kita mengajarkan rencana keselamatan sehingga seluruh kelas mengerti apa yang telah dilakukan Allah bagi mereka dan apa yang harus mereka kerjakan. Dalam kebaktian ibadah, mereka ditantang untuk membuat keputusan menerima keselamatan ini. Tujuan untuk melibatkan para pelajar dalam ibadah di Sekolah Minggu ialah: 1. Mendidik mereka untuk beribadah. Sedikit sekali anak-anak yang pernah diajar untuk beribadah. Ada yang telah mempelajari sikap badan ketika beribadah tanpa mengerti kuasa dan tujuan ibadah. Aktivitas ibadah menyediakan pendidikan ini. Di sini kita dapat membangun landasan bagi keikutsertaan yang lebih berarti dalam kebaktian ibadah yang lain. 2. Melibatkan para pelajar dalam perencanaan dan penyajian. Ibadah bukan suatu cabang olahraga yang bisa ditonton. Apabila para pelajar diikutsertakan dalam ibadah, barulah mereka bisa menghargainya dengan sepenuhnya. 3. Menjadikan ibadah suatu pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat. Para pelajar memerlukan pengalaman ibadah yang disesuaikan menurut kebutuhan, minat, dan kesanggupan tingkat usia mereka. 4. Menyediakan ajaran Alkitabiah tambahan. Kebenaran-kebenaran yang diajarkan dalam kelas dapat ditekankan kembali dalam pengalaman ibadah. Ajaran Alkitab di Sekolah Minggu disesuaikan dengan tingkat usia pelajar, mengapa tidak membuat demikian juga dengan aktivitas ibadah kita? Dalam kebaktian ibadah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat tingkat usia, maka pikiran para pelajar dapat diangkat sampai ke segi pandangan Allah, hati mereka dirayu untuk membalas kasih-Nya yang besar, dan kemauan mereka ditantang membuat keputusan untuk menerima Dia. Bagaimana Beribadah Setiap tingkatan umur memberikan kesempatan yang unik yang memimpin kepada ibadah. 1. Pra Sekolah Kelas Bayi dan Kelas Kanak-kanak sangat peka terhadap suasana rohaniah. Mereka dapat dipimpin ke arah ibadah melalui perasaan kagum dan takjub. Manfaatkanlah pengalaman ibadah yang timbul dengan spontan. Rancangkanlah saat-saat ibadah yang singkat dan sering selama jam Sekolah Minggu atau jam kebaktian anak-anak. 2. Pratama dan Madya Pikatlah hati anak-anak pratama melalui rasa terpesonanya dengan Allah, surga, dan kegemarannya akan hal-hal yang luar biasa. Anak-anak madya dapat dipikat melalui pendiriannya yang tinggi dan kegemarannya akan perbuatan kepahlawanan. Tolonglah mereka untuk mengerti bahwa Allah itu kudus, tetapi juga penuh kasih. 3. Remaja Para remaja bergumul dengan masalah gambaran tentang dirinya sendiri dan soal penerimaan di kalangannya. Dalam ibadah, mereka dapat belajar bahwa Allah menerima mereka sebagaimana mereka adanya dan menghargai kasih dan ibadah mereka. Kaum muda yang lebih tua terlibat dalam membuat keputusan hidup yang penting. Mereka dapat dipimpin untuk menemukan kehendak Allah melalui pengalaman ibadah secara berkelompok atau secara perorangan. Unsur-Unsur Ibadah Ada empat unsur dasar yang terlibat dalam ibadah, yaitu nyanyian, doa, nas Alkitab, dan penatalayanan. Unsur-unsur ini perlu digabungkan di dalam suatu pengalaman ibadah yang memenuhi tiga patokan ini: program yang dipersatukan, program yang beraneka ragam, program yang disesuaikan dengan tingkat usia. Langkah-langkah yang tercakup dalam membangun suatu kebaktian ibadah adalah: 1. Susunlah program itu di sekeliling suatu tema pokok. 2. Pilihlah satu tujuan yang menuntun ke klimaks perasaan dan keputusan. 3. Rencanakan untuk memenuhi keperluan dan minat khusus dari para peserta. 4. Pilihlah bahan yang disesuaikan dengan tiap tingkat umur. 5. Jalinlah pengajaran dan tanggapan kepada kebenaran. 6. Ciptakan suasana pengharapan. 7. Pakailah bahan yang sudah lazim dengan cara-cara yang beraneka ragam. 8. Pakailah sedikit-dikitnya satu unsur baru di dalam setiap kebaktian ibadah. 9. Rencanakan bersama dengan para pelajar, rencanakan untuk mengikutsertakan mereka. 10. Usahakan program itu agar luwes dan informal, tetapi teratur. 11. Bergantunglah kepada Roh Tuhan, mintalah pimpinan-Nya.

2112005: Ibadah Keluarga