Melayani Gereja publikasi e-binaanak artikel e binaanak

Diberitakan seorang pengacara yang terkenal - yang tentunya merupakan seorang yang ahli dalam menggunakan kata-kata yang meyakinkan - memiliki satu ciri khas yaitu kemampuannya untuk diam seribu bahasa. Banyak yang dicapainya di dalam ruang pengadilan, baik dengan jalan mendengar maupun dengan jalan berbicara. Hal yang sama seharusnya juga dapat dikatakan mengenai guru-guru Sekolah Minggu. Belajar mendengarkan tidaklah mudah bagi guru yang terbiasa mengajar dengan cara komunikasi satu arah. Untuk mengetahui saat-saat yang tepat kapan ia harus menjadi pendengar dan kapan harus menjadi pembicara, diperlukan kecakapan yang cukup banyak. Anak-anak mempunyai pertanyaan yang harus dijawab. Anak-anak juga perlu mengungkapkan isi hatinya. Seringkali pikiran mereka tidak ada hubungannya dengan isi pelajaran, tetapi pikiran- pikiran itu pun harus didengarkan. Untuk menjadi pendengar yang baik, kita harus menaruh perhatian penuh kepada perkataan si pembicara. Pikiran orang dewasa seringkali melayang ke dunianya sendiri sewaktu mendengarkan anak-anak kecil. Apa yang didengarnya itu masuk ke telinga kanan dan ke luar dari telinga kiri. Tetapi pendengar yang baik memperlakukan ucapan- ucapan si pembicara itu sebagai pikiran yang paling penting untuk saat itu. Dunianya dapat menunggu. Ia mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk mendorong pembicara menambah seluk-beluk lainnya. Seorang guru harus melatih dirinya sendiri untuk menunjukkan perhatian yang murni terhadap apa yang dikatakan muridnya. Usaha yang penuh kesadaran harus dilakukan, terutama bagi guru- guru yang sebelumnya tidak mementingkan pendapat anak-anak. Pada saatnya guru akan mengembangkan rasa peka tidak saja terhadap kepentingan anak-anak, tetapi juga keperluan mereka. Jadi, dengan mendengar ia lebih mampu untuk memenuhi keperluan-keperluan ini. Bahan pelajarannya dapat mulai disusun dengan mencerminkan pengalamannya sendiri atau pengalaman orang lain yang dapat membimbing anak-anak dalam masa kesukarannya. Setelah Anda sebagai seorang guru mulai dikenal sebagai pendengar yang baik, ia tidak hanya akan mendengarkan murid-muridnya di kelas. Anak-anak bahkan akan mencurahkan isi hati mereka di luar kelas juga, dalam kegiatan lain di gereja, atau dalam rumah. Pendengar yang baik merupakan teman yang paling baik. Kemampuan mendengarkan tidaklah datang secara otomatis. Kita semua mempunyai sifat mementingkan diri sendiri yang selalu menimbulkan kesan agar orang lain selalu harus mendengarkan perkataan Anda. Tetapi guru yang telah melatih telinga dan hatinya untuk mendengarkan orang lain adalah guru yang akan berhasil membawa murid-muridnya ke dalam persekutuan dengan Dia yang telinga-Nya tidak pernah tertutup terhadap seruan anak-anak-Nya.

2672006: Melayani Gereja

Gereja mengalami banyak kesulitan ketika memanggil orang-orang agar melayani, karena gereja tidak pernah membedakan antara kegiatan gerejawi dengan pekerjaan gereja. Ada dua gereja -- gereja yang berkumpul dan gereja yang menyebar. Kegiatan gerejawi terjadi di gedung gereja dengan keterlibatan 10 - 20 anggota gereja. Sedangkan pekerjaan gereja berlangsung sepanjang minggu, di mana saja anggota gereja berada. Pada waktu seseorang bertanya kepada kami di mana gereja kami, kami mengatakan bahwa pada jam 11, hari Minggu pagi, gereja kami di Fourth and Main. Tetapi pada jam 11, hari Senin pagi, gereja kami berada di kantor-kantor, di sekolah, di rumah, dan di pabrik-pabrik. Pekerjaan gereja adalah untuk semua orang beriman, sepanjang waktu. Orang mengira bahwa melayani Tuhan harus berlangsung di bangunan gereja. Padahal kita juga bisa melayani Tuhan di rumah kita dan di tempat di mana kita bekerja. Untuk menerima orang bekerja secara sukarela di gereja, kita perlu mengadakan penangguhan atas tiga perkara. Pertama, kita perlu berhenti menyampaikan pengumuman yang meminta orang-orang untuk terlibat. Kami mohon kedatangan Saudara-saudara pada hari Selasa depan; kami akan mengadakan kunjungan. Hari Selasa yang lalu tidak seorang pun yang muncul, jadi kiranya Saudara bersedia menolong kami. Jika kita melakukan hal itu, hari Selasa berikut tidak akan ada seorang pun yang muncul kecuali dua orang yang belum pernah boleh kita utus untuk melakukan kunjungan. Kesan yang ditimbulkan bila kita meminta secara umum adalah bahwa Allah itu miskin. Kedua, kita hendaknya melarang pelimpahan tugas pada saat-saat terakhir. Pemimpin Sekolah Minggu menyelinap masuk ke kelas orang dewasa, menepuk bahu seseorang yang duduk di ujung bangku dan memberinya tugas untuk mengajar kelas remaja. Dari tindakan itu orang akan berpikir bahwa agar tidak dijadikan guru Sekolah Minggu lebih baik mereka tidak duduk di ujung bangku. Ketiga, kita hendaknya membuang cara-cara paksaan. Kita berkata kepada seseorang, Kami telah mencari-cari di seluruh gereja, dan kami tidak bisa mendapatkan seorang pun untuk mengajar di kelas remaja ini. Kami telah kehilangan tujuh guru dalam delapan bulan terakhir ini, dan kami susah. Akhirnya kami mendapatkan nama Anda. Bersediakah Anda mengambil tugas ini? Orang itu berkata, Wah, saya sibuk, dan kita jawab, Ini tidak akan banyak menyita waktu Anda, dan kami sangat membutuhkan pertolongan Anda. Bagaimana cara kita mendapatkan seseorang menentukan bagaimana dia akan melayani. Kita memerlukan suatu panitia penempatan tenaga yang tugas utamanya adalah mencari orang yang cocok untuk tugasnya. Panitia ini membuat janji untuk berbicara dengan orang itu dan mengatakan kepadanya secara jelas apa yang tercakup dalam tugas itu serta latihan dan perlengkapan apa yang akan diberikan oleh gereja. Panitia ini kemudian meminta orang tersebut untuk mendoakan rencana itu. Meminta orang itu untuk berdoa tidak hanya merupakan suatu muslihat rohani. Seorang hendaknya tidak berkata ya kepada gereja sebelum ia berkata ya kepada Tuhan. Demikian pula ia hendaknya tidak mengatakan tidak kepada gereja sebelum ia mengatakan tidak kepada Tuhan. Gereja kami mempunyai motto: Kami mengharapkan banyak dari Anda, dan Anda dapat mengharapkan banyak dari kami. Dengan kata lain, ada beberapa standar tertentu bagi para guru, bagi orang-orang yang bertugas mengadakan kunjungan, dan bagi para diaken. Kami tidak pernah meminta seseorang untuk menolong kami tanpa memberi dia latihan yang baik. Sebagai hasilnya, para pembantu kami melakukan pekerjaan dengan baik, dan mereka senang memberikan dengan sukarela waktu dan bakat mereka untuk gereja. Dalam pelayanan gereja di penghujung abad keduapuluh ini, Injil memang tidak kehilangan kuasanya, namun di banyak gereja, Injil kehilangan pendengarnya. Satu penyebabnya adalah cara kita dalam mengadakan penginjilan yang lebih mementingkan program dan bangunan. Kita berkata, Sebagai orang-orang berdosa yang beruntung, marilah kita datang ke gereja. Selamat datang. Tidak ada ayat di dalam Alkitab yang menyuruh orang yang sesat agar pergi ke gereja. Tetapi ada banyak ayat yang menyuruh orang percaya untuk pergi ke dunia yang sesat. Kita harus memusatkan perhatian pada penginjilan yang berhubungan dengan gaya hidup yang di dalamnya kita membangun hubungan dengan orang-orang yang tersesat di sekitar kita, di masyarakat kita, di kantor, di klub tenis, atau di sekolah. Dengan mengenal orang-orang yang sering kita lihat, kita memperoleh kesempatan untuk didengar. Kita saling menceritakan tentang berbagai peristiwa sosial, tentang atletik, tentang konser, dan tentang alat penyejuk ruangan kantor, dan kita memakai dasar yang umum ini sebagai batu loncatan untuk membawa mereka kepada Kristus. Gereja-gereja seharusnya mempunyai program dalam memenuhi kebutuhan setiap kelompok usia, dari yang termuda sampai yang tertua. Apakah kita memusatkan perhatian pada keluarga dengan orang tua tunggal, pada keluarga yang terdiri dari orang tua tiri dan anak- anak tiri, dan pada orang dewasa yang tidak menikah? Perhatikan juga kepentingan orang-orang lanjut usia yang merupakan golongan penduduk yang paling cepat bertambah. Adakan pelayanan kepada lembaga-lembaga duniawi melalui orang-orang yang berprofesi dan para pengusaha, kepada orang cacat, dan kepada para narapidana. Pendek kata, gereja harus menjadi peka terhadap masyarakat. Gereja harus meninggikan antena untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dalam masyarakat, siapa orang-orang yang menderita, dan apa yang dapat dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat itu. 2672006: Bagaimana Seorang Guru Sekolah Minggu Mengasihi Gereja?