Komisaris Independen Komite Audit

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 88 H2 : Ukuran komite audit independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.2.3 Dewan Komisaris

Menurut Bank Indonesia 2006 dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur perusahaan. Dewan komisaris memegang peranan penting dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang: Komite Audit; Komite Pemantau Risiko; Komite Remunerasi dan Nominasi. Kedudukan dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara. Pada umumnya dewan komisaris memiliki tugas dan wewenang antara lain: a. Melakukan pengawasan atas jalannya usaha PT dan memberikan nasihat kepada direktur. b. Dalam melakukan tugas, dewan komisaris harus sesuai dengan kepentingan PT dan maksud serta tujuan PT. c. Kewenangan khusus dewan komisaris, bahwa dewan komisaris dapat diamanatkan dalam anggaran dasar untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu direktur, apabila direktur berhalangan atau dalam keadaan tertentu. Agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, menurut pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia KNKG, 2006; 13 Ukuran dewan Komisaris adalah menghitung presentase jumlah total dari anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan sampel. Ujiyanto, 2007. Rumus menghitung ukuran dewan komisaris: UDK = DK internal + DK eksternal Keterangan: UDK : Jumlah total anggota dewan komisaris DK internal : Anggota dewan komisaris internal DK eksternal : Anggota dewan komisaris eksternal Hipotesis penelitian ini adalah : H3 : Dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.2.4 Kepemilikan Manajerial

Kesempatan memiliki saham perusahaan oleh manajer dapat dijadikan salah satu cara untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan. Manajer yang sekaligus pemegang saham diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan. Jika nilai perusahaan meningkat, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat juga. Michelle F.W dan Ch. Rusiti Stulz 1988 dalam Chen et al. 2003 menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer pada level tinggi, manajer cenderung mengamankan entrenched posisinya yang mengakibatkan nilai perusahaan turun. Kepemilikan manjerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola Boediono, 2005. Rumus menghitung kepemilikan manajerial: = �� � Keterangan: KM : Kepemilikan manajerial “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berk elanjutan” 89 SM : Total saham yang dimiliki oleh manajemen SB : Jumlah saham yang perusahaan yang dikelola Hipotesis penelitian ini adalah: H4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2.2.5 Dewan Direksi Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance dalam Pedoman Umum good corporate governance 2006; 17 dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Dalam penelitian Amyulianthy 2012, didapatkan hasil bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan ukuran dewan direksi dapat meningkatkan network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumberdaya. Rumus menghitung ukuran dewan direksi adalah: UDD = DD internal + DD eksternal Keterangan: UDD : Jumlah total anggota dewan direksi DD internal : Anggota dewan direksi internal DD eksternal : Anggota dewan direksi eksternal Hipotesis penelitian ini adalah: H5 : Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.2.6 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor atas kondisi keuangan perusahaan. Nilai perusahaan terlihat dari maksimalisasi kekayaan pemegang saham yang tercermin dalam memaksimumkan harga saham perusahaan. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti perusahaan juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Michelle F.W dan Ch. Rusiti Bagi perusahaan yang go public, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan Brealey Myers, 1991. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh investor Wahyudi, 2005. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya pada kinerja perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan Sujoko dan Soebiantoro, 2007. Penelitian ini mencoba meneliti nilai perusahaan dengan pendekatan nilai perusahaan dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Walaupun sebenarnya ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan. Alasan memilih rasio Tobin’q dalam penelitian ini untuk mengukur nilai perusahaan adalah karena penghitungan rasio Tobin’s Q lebih rasional mengingat unsur-unsur kewajiban juga dimasukkan sebagai dasar penghitungan. Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman