Sensitivitas Etika Operasional Variabel

“Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 351 skenario sensitivitas etika Shaub 1989 yang terdiri dari kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi dan judgement akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Variabel sensitivitas etika Y diukur dengan menggunakan 4 indikator berupa kasus-kasus yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. Indikator sensitivitas etika dijabarkan dalam kasus 1 sd 4 pada lampiran kuesioner penelitian. Responden diarahkan untuk menilai tingkat indikasi pentingnya 4 kasus yang disajikan. Penilaian dimulai dari indikasi kasus sangat tidak penting STP 1, tidak penting TP 2, penting P 3, dan sangat penting SP 4. 3.3.2 Orientasi Etika Orientasi etika merupakan alternatif pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda. Orientasi etika diasumsikan dibentuk melalui pengalaman pribadi dan lingkungan budaya dengan menggunakan skala idealisme dan relativisme. Forsyth 1980 mengidentifikasi idealisme dan relativisme sebagai prediktor penting penilaian moral. Idealisme adalah sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Relativisme adalah sikap penolakan terhadap nilai- nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Irawati dan Supriyadi 2012 membuat pengukuran idealisme dengan mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Idealisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth 1981 yaitu memastikan hasil audit tidak merugikan pihak lain, toleransi terhadap suatu kerugian, evaluasi terhadap suatu tindakan, tindakan yang berkaitan dengan fisik dan psikologis, sikap profesional, introspeksi diri, penilaian moral, kesejahteraan, pengorbanan, dan penilaian suatu tindakan ideal. Variabel idealisme X 1 diukur dengan 10 pernyataan yang berkaitan dengan sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju STS 1, tidak setuju TS 2, setuju S 3, dan sangat setuju SS 4. Relativisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth 1981 yaitu pertimbangan kode etik, aturan etika audit pada berbagai situasi, subjektivitas, karakteristik prinsip-prinsip moral, penilaian etis terhadap suatu tindakan individu, prinsip-prinsip moral individu, pertimbangan moral, penetapan aturan etika, formulasi kebohongan, dan situasi yang mempengaruhi kebohongan. Variabel relativisme X 2 diukur dengan 10 pernyataan yang berkaitan dengan sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju STS 1, tidak setuju TS 2, setuju S 3, dan sangat setuju SS 4.

3.3.3 Pengalaman

Pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal Asana, 2013. Gusnardi 2003 mengukur pengalaman audit berdasarkan jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti oleh auditor. Variabel pengalaman X 3 diukur dengan menggunakan 4 indikator yang dikembangkan Gusnardi 2003. PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi B erkelanjutan” 352 Indikator pengalaman dijabarkan dalam poin kuesioner pengalaman yang terdiri dari jabatan auditor, lama bekerja, tingkat pendidikan, serta pelatihan audit yang pernah diikuti. a. Penilaian jabatan dimulai dari auditor junior yang diberi skor 1, auditor senior yang diberi skor 2, manajer yang diberi skor 3, dan pemilikpartner yang diberi skor 4. b. Penilaian lama bekerja dimulai dari 1- 2 tahun diberi skor 1, 3-4 tahun diberi skor 2, 5-6 tahun diberi skor 3, dan yang bekerja ≥ 7 tahun diberi skor 4. c. Penilaian tingkat pendidikan dimulai dari D3 diberi skor 1, S1 diberi skor 2, S2 diberi skor 3, dan S3 diberi skor 4. d. Penilaian pelatihan dimulai dari 1-2 kali diberi skor 1, 3-4 kali diberi skor 2, 5- 6 kali diberi skor γ, dan ≥ 7 kali diberi skor 4.

3.3.4 Komitmen

Aranya et al. 1981 mendefinisikan komitmen sebagai kepercayaan serta penerimaan tujuan nilai organisasi dan atau profesi dengan kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan atau profesi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan atau profesi. Komitmen profesional dan komitmen organisasional diindakasikan sebagai dua hal yang berbeda. Komitmen organisasional dan komitmen profesional dibedakan secara empiris dan diprediksi oleh variabel yang berbeda. Komitmen profesional dalam penelitian ini menggunakan modifikasi pengukuran Irawati dan Supriyadi 2012. Penilaian menggunakan lima pernyataan yang berkaitan dengan komitmen profesional yaitu keinginan, tanggungjawab, motivasi, kepedulian, dan kebanggaan pada profesi auditor. Variabel komitmen profesional X 4 diukur dengan 5 indikator yang dijabarkan menggunakan 5 pernyataan yang berkaitan dengan komitmen auditor terhadap profesinya sebagai auditor. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju STS 1, tidak setuju TS 2, setuju S 3, dan sangat setuju SS 4. Mowday et al., 1978 mengemukakan bahwa komitmen organisasi terbangun bila setiap individu mengembangkan tiga sikap dalam organisasi, yaitu identification, involvement, dan loyalty. Komitmen organisasional diukur dengan menggunakan empat indikator modifikasi Irawati dan Supriyadi 2012 terhadap pengukuran Mowday et al., 1978 yaitu keinginan kuat tetap sebagai anggota, keinginan berusaha keras, penerimaan nilai organisasional dan penerimaan tujuan organisasional. Variabel komitmen organisasional diukur dengan 4 indikator yang dijabarkan menggunakan 4 pernyataan yang berkaitan dengan komitmen auditor terhadap organisasi tempat ia bekerja, dalam hal ini Kantor Akuntan Publik. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju STS 1, tidak setuju TS 2, setuju S 3, dan sangat setuju SS 4. 3.4 ANALISIS DATA Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh orientasi etika, pengalaman dan komitemen terhadap sensitivitas etika auditor KAP di Tangerang dan Tangerang Selatan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science SPSS v. 23. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data primer dari penyebaran keusioner dengan sampel 6 KAP di Tangerang dan Tangerang Selatan tahun 2016.