Saran dan Implikasi KESIMPULAN DAN SARAN

PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuang an, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 256 Between Budgetary Participation and slack. The Accounting Review, 68,400- 410. Elias, R. Z. 2002. Determinants of earnings management ethics among accountants. Journal of Business Ethics , 401, 33. Eisenhardt, K. M. 1989. Agency theory: An assessment and review. The Academy of Management Review , 141, 57- 74. Forsyth, D. R. 1980. A taxonomy of ethical ideologies. Journal of Personality and Social Psychology, 391, 175-184. .199β. Judging the morality of business practices: The influence of personal moral philosophies. Journal of Business Ethics, 115-6, 461- 470. Greenfield, A. C., Norman, C.S., and Wier, B. β008. The effect of ethical orientation and professional commitment on earnings management behavior. Journal of Business Ethics, 8γγ, 419-4γ4. Hannan, R. L. β005. The combined effect of wages and firm profit on employee effort. The Accounting Review. 801, 167- 189. Hartmann, F. G. H., and Maas, V. S. β010. Why business unit controllers create budget slack: Involvement in management, social pressure, and machiavellianism. Behavioral Research in Accounting, βββ, β7-49. Jensen, M. C., and Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics. γ4, γ05-γ60. Kartiwa, H. A. β004. Proses Penyusunan Anggaran APBD dan Arah Kebijakan Umum, Makalah. Sukabumi, 8 Desember β004. Kohlmeyer, J. M., and Hunton, J. E. 2004. Budgetary slack creation and task performance: Comparing individuals to collective units. Advances in Accounting Behavioral Research, 7, 97-122. Lindquist, T. M. 1995. Fairness as an antecedent to participative budgeting: Examining the effects of distributive justice, procedural justice and referent cognitions on satisfaction and performance. Journal of Management Accounting Research, 7, 1ββ-147. Luo, Y. β00β. Corruption and Organization in Asian Management Systems.Asia Pacific Journal of Management, 19, 405-4ββ. Luft, J. L. 1997. Fairness, ethics and the effect of management accounting on transaction costs. Journal of Management Accounting Research, 199-β16. Mahmudi, 2003. New Public Management NPM; Pendekatan Baru Manajemen Sektor Publik. Sinergi. Kajian Bisnis dan Manajemen, 6 1 , 69-79. “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 257 Merchant, K. A. 1985. Budgeting and the propensity to ceate budgetary slack. Accounting, Organizations and Society, 102, 201-210. . 1995. Ethical issues related to “results-oriented” management control systems, in Ethical Issues in Accounting: Proceedings of the Professionalism and Ethics Seminar . Professionalism and Ethics Committee of the American Accounting Association. St. Charles, IL, June 2 –4, 1995. Merchant, K. A., and Manzoni, J. F. 1989. The achievability of budget targets in profit centers: a feld study. The Accounting Review, 64, 5γ9–558. Pillay, S., dan Kluvers, R. β014.An Institutional Theory Perspective on Corruption : The Case of a Developing Democracy. Financial Accountability and Management γ01 :95-119. Shaub, M. K., Finn, D. W., and Munter, P. 199γ. The effects of auditors’ ethical orientation on commitment and ethical sensitivity. Behavioral Research in Accounting, 5, 145- 169. Sprinkle, G. B. β00γ. Perspectives on experimental research in managerial accounting. Accounting, Organizations and Society, β87-γ18. Stevens, D. E. β00β. The effects of reputation and ethics on budgetary slack. Journal of Management Accounting Research, 14, 15γ-171. Suartana, I. W. 2010. Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementas i. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Waller, W. S. 1988. Slack in participative budgeting: The joint effect of a truth-inducing pay scheme and risk preferences, Accounting, Organizations and Society, 131, 87-98. Webb, R. A. 2002. The impact of reputation and variance investigations on the creation of budget slack. Accounting, Organizations and Society, 27, 361 –378. Young, S. M. 1985. Participative budgeting: the effects of risk- aversion and symmetric information on budgetary slack. Journal of Accounting Research, βγ, 8β9–84β. Young, S. M., Fisher, J. G., and Lindquist, T. M. 199γ. The effects of intergroup competition and intragroup cooperation on slack and output in a manufacturing setting. The Accounting Review, 68, 466– 481. PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi B erkelanjutan” 258 ANALISIS PEMBANGUNAN REGIONAL MELALUI INTEGRASI SEKTOR EKONOMI PRIMER, INDUSTRI DAN KEUANGAN STUDI KASUS DI JAWA BARAT MELALUI INPUT-OUTPUT ANALYSIS Fryanto Anugrah Rhamdhani , Billi Arifauzan, Wahyu Ramadhan Pendidikan Ekonomi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Email: fryyanto007gmail.com ABSTRACT Every region has a potential of economic sectoral for a economic acseleration. In West Java the industrial of sectoral has contributed successively for GDP period 2011-2013 in West Java. It was recorded at 2013 369.830.981million than agriculture sector. At the same time agriculture sector has a low output GDP than industrial, it proven inequality growing economic sector. The other side incresing financial sector able to support financial for these sector, eventually increasing both industrial and agriculture sector. The aim this study analysis interconection between manufacture, agriculture and financial sectoral. We used descriptive analysis through input-output matrix tabel in West Java period 2010 and likewise we have RAS method for renew matrix tabel in 2013. Afthur Lewis has revealed that agriculture sector was not applied technology for processing output, as result agriculture sector lower than industrial. According matrix tabel result showing industrial has a high pull factor 97.24 unit than other sector. The Industrial sector can increasing upstream sector outputthrough changging raw material become value added and likewise the most highest power deployment in financial sector 30.5 unit. As result I- O was proven agriculture sector can not increasing downstream sector. Based on the lingke financial sector show backward lingke 1.02, while manufacture show a high forward lingke 3.24. In line with the oppinion of Lewis Industrial sector applied hightech able resulting a faster outputand impact for other sector. Financial sector is expected able growing agriculture sector output, it cause financial sector has a high backward lingke after communication and transport. Key Words: Industrial, Financial, Agriculture, Pull Factor, Power Deployment. ABSTRAK Setiap daerah memiliki suatu potensi sektor ekonomi untuk kemajuan suatu perekonomian. Di Jawa Barat industri berkontribusi sangat besar untuk 3 tahun berturut-turut 2011- 2013. Tahun 2013 sektor industri telah mencapai 369.830.981juta. Di waktu yang sama sektor primer memiliki sumbangan gross domestik produk yang lebih rendah dengan sektor industri. Mengindikasikan adanya ketimpangan pertumbuhan sektor ekonomi sektor primer dan sektor industri. Di lain sisi meningkatnya sektor keuangan membantu keuangan bagi kedua sektor tersebut, pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dari sektor keuangan dan sektor industri. Tujuan penelitian ini menganalisis keterkaitan antara sektor “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 259 Industrial, Primer dan keuangan. Kami melakukan analasis deskripsi melalui tabel matriks input-ouput di Jawa Barat pada periode 2013 dan menggunakan metode RAS untuk mengestimasi periode 2013. Aftur Lewis mengungkapkan sektor primer tidak menerapkan teknologi dalam suatu proses sehingga output lebih rendah disandingkan sektor industri. Berdasarkan tabel matriks, industri memiliki daya tarik yang tinggi sebesar 97.24 unit. Sektor Industri dapat meningkatkan output sektor hulu merubah bahan baku mentah menjadi barang yang bernilai dan demikian juga sektor finansial memiliki daya sebar yang paling tinggi sebesar 30.5 unit. Sebagi hasil dari tabel matriks input-output telah dibuktikan bahwa sektor primer tidak mampu meningkatkan sektor hilir. Berdasarkan keterkaitan sektor finansial memiliki backward lingke yakni 1.47, sementara industri memiliki forward lingke yang tinggi sebesar 3.24. Sejalan dengn opini Lewis sektor industrial telah menerapkan teknologi yang tinggi sehingga menghasilkan output yang cepat dan berdampak pada sektor lainya. Sektor keuangan diharapkan mampu membantu meningkatkan output sektor primer, dikarenakan sektor keuangan memiliki backward lingke yang tinggi setelah sektor komunikasi dan pengangkutan. Kata Kunci: Industri, Keuangan, Primer, Daya Tarik, Daya Sebar.

1. PENDAHULUAN

Desentralisasi memberikan ruang kepada masing-masing daerah guna melakukan pembangunan ekonomi guna mensejahterakan rakyat melalui potensi yang dimiliki oleh masing- masing daerah. Dengan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah diharapkan mampu membangun sektor-sektor strategis. Setiap daerah memiliki corak paradigma pembangunan yang berbeda- beda. Nampaknya saat ini daerah lebih menekankan pada paradigma pembangunan pertumbuhan ekonomi melalui Industrialiasasi. Salah satunya yang terjadi daerah Jawa Barat dimana dapat dilihat dari total sumbangan Gross Domestik Produk berdasarkan lapangan sektor ekonomi. Tabel 1.1 Sumbangan GDP Berdasarkan Lapangan Usaha tahun 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik data diolah N o Lapangan Usaha Sumbangan GDP 2013 Sumbangan GDP 2010 Pertumbuh an GDP 2013-2010 1 Pertanian 127.884.693 104.557.476 0.22 2 Pertambangan dan Penggalian 18.608.261 17.362.819 0.07 3 Industri Pengolahan 369.830.981 319.983.632 0.16 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 29.190.228 21.943.285 0.33 5 BangunanKontruksi 47.133.450 35.034.275 0.35 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 261.537.327 194.615.660 0.34 7 Pengangkutan dan Komunikasi 87.721.801 66.336.419 0.32 8 Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 32.212.810 24.479.916 0.32 9 Jasa-jasa 95.057.585 77.921.093 0.21 PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi B erkelanjutan” 260 Berdasarkan tabel diatas menunjukan Industri Pengolahan memberikan sumbangan cukup besar terhadap GDP Jawa Barat. Meski pertumbuhan Sektor Industri dari tahun 2010-2013 naik sebesar 0.16 dan pada sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 0.22 akan tetapi tetap sektor Industri memegang sumbangan yang besar terhadap perekonomian Jawa Barat. Berbeda dengan sektor lainya mengalami pertumbuhan meski sumbangan terhadap GDP Jawa Barat tidak sebesar sektor Industri. Pertumbuhan sektor Keuangan dan jasa perusahaan memiliki pertumbuhan yang besar 0.32 dibandingkan dengan sektor Industri dan Sektor Pertanian. Peretumbuhan Keuangan dapat diaharapkan mempu meningkatkan sektor lainya secara backward. Sektor Industri kini menjadi sektor utama baik dalam skala nasional maupun regional, hal ini disebabkan daerah tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta mampu menciptakan nilai tambah produk. Berdasarkan hasil sumbangan GDP per- lapangan usaha Sektor Industri menyumbang sebesar 369.830.981 tahun 2013 naik dari tahun 2010 sebsar 319.983.632. Pada tahun 2013 sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 3.935.610orang ketiga terbesar setelah sektor perdagangan dan pertanian BPS : 2015. Besarnya kontribusi Sektor Industri sebagai cara alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pendapat lain mengungkapkan bahwa orientasi Industri dapat mencangkup menjadi 2 yakni sebagai komoditas ekspor atau komsumsi dalam negeri Nawawi, Ismail, 2008; 118. Alhasil dengan berkembangnya sektor Industri maka mampu menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan Pertanian. Secara demografi Jawa Barat memiliki wilayah yang luas sebesar 2.735.753 ha. Dengan wilayah yang luas maka memberikan peluang bagi sektor pertanian untuk menghasilkan output yang besar baik untuk komoditi ekspor, komsumsi rumah tangga maupun sebagai input bagi sektor sekunder. Sektor ini mampu menyerap lebih kecil dibandingkan dengan sektor industri sebesar 3.804.324orang. Output yang dihasilkan sektor ini pada tahun 2013 sebesar 127.884.693 meningkat dari tahun 2010 104.557.476. Hal ini disebabkan value added output lebih rendah dibandingkan dengan Sektor Industri. Sektor Pertanian memiliki peran yang sangar vital karena dapat dijadikan sebagai faktor pendukung dari Sektor Industri. Pernyataan tersebut didukung G. Bellu pengembangan sektor pertanian sangat penting melingkupi sebagai penyedia bahan baku industri G. Bellu, Lorenzo, 2001; 14. Di Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan memiliki peranan yang sangat penting terhadap suatu perekonomian. Pada tahun 2013 sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 550.777orang per-februari 2013. Sektor ini menghasilkan output sebesar 32.212.810 meningkat dari tahun 2010 sebesar 24.479.916. Peningkatan pertumbuhan GDP sektor ini lebih besar dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini diyakini dengan adanya penigkatan GDP dari sektor lain. Berkembangnya sektor lain dengan sektor keuangan berjalan secara simbios mutualisme, artinya kenaikan sektor lain maka membutuhkan sektor keuangan dan jasa perusahaan. Begitupun dengan bertumbuhnya Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan maka mampu mendorong sektor lain untuk berkembang. Terlepas dari Sektor Industri ataupun Sektor Pertanian, keduanya telah memberikan manfaat bagi perekonomian di daerah Jawa Barat. Sektor Industri tidak akan bisa lepas dari sektor Industri, keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat guna meningkatkan