Jenis Audit Pengertian Audit

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 584 b. Audit Ketaatan Audit jenis ini dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang di audit mengikuti prosedur, turan atas ketentutan tertentu yang diterapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan perturan yang ditetapkan. Oleh karena itu, sebagian pekerjaan jenis ini sering kali dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi itu. c. Audit Laporan Keuangan Audit ini dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan informasi yang diverifikasi telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum PABU, walaupun auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok untuk perusahaan atau organisasi itu.

2.2. Pengalaman Kerja

Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya Anoraga, 2000: 47 dalam Widiyanto dan Yuhertian, 2005: 24. Auditor selalu melakukan pertimbangan dalam menjalankan tugasnya. Pengalaman yang dimiliki oleh auditor dalam melakukan tugas audit dapat menjadikan pertimbangan auditor berkualitas Libby dan Trotman, 1993 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004: 4. Jadi, pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman seorang auditor dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Pengalaman terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengalaman berdasarkan lamanya bekerja dan pengalaman bekerja dalam jumah penugasan. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan sebagai auditor berpengalaman. Karena semakin lamanya bekerja menjadi auditor, maka akan dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan auditor di bidang akuntansi dan auditing Arens, 2008. Sedangkan, banyaknya pengalaman bekerja dari jumlah penugasan yang telah dilakukan oleh auditor dapat meningkatkan pengetahuan karena adalanya kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang di audit. Pengalaman berdasarkan lamanya bekerja dan banyaknya jumlah penugasan saling berkaitan erat, karena semakin lamanya seseorang menjadi auditor, tentunya jumlah penugasan yang pernah dilakukan pun akan semakin banyak. Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasar Libby, 1985 dalam Mayangsari, 2003: 4. Auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan diantaranya dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab kesalahan Tubbs, 1992 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004: 30.

2.3. Profesional Skeptisisme Auditor

Auditor harus bertanggungjawab secara profesional dalam pelaksanaan “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 585 tugasnya untuk bersikap tekun dan penuh hati-hati. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindarkan terjadinya kecerobohan serta sikap asal percaya, tetapi auditor tidak diharapkan untuk membuat suatu pertimbangan yang sempurna dalam suatu kesempatan Arens 2008: 47. Di dalam SPAP, Standar Profesi Akuntan Publik 2011 menyatakan profesional skeptisisme auditor sebagai suatu sikap yang mencakup fikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap profesional skeptisisme. Skeptisisme bukanlah sikap sinis, melainkan merupakan sikap yang mengharapkan untuk mempertanyakan, meragukan atau tidak setuju dengan penyajian klien. Tetapi hal ini bukan berarti auditor harus menanamkan asumsi bahwa manajemen tidak jujur dan juga mengganggap bahwa kejujuran manajemen tidak perlu dipertanyakan lagi. Oleh karena itu, auditor tidak harus puas dengan bukti yang disediakan manajemen. Sebab, profesional skeptisisme adalah sikap yang mencakup fikiran yang selalu mempertanyakan dan evaluasi secara kritis terhadap keabsahan suatu bukti audit. Profesional skeptisisme auditor dibutuhkan untuk mengambil keputusan- keputusan tentang seberapa banyak tipe serta bukti audit seperti apa yang harus dikumpulkan Arens, 2008: 48. Sementara frase-frase dalam proses, yaitu: a. Terdapat informasi dan kriteria yang ditetapkan. b. Pengumpulan serta pengevaluasian bukti. c. Ditangani oleh auditor yang kompeten dan independen. d. Mempersiapkan laporan audit Dari penelitian di atas, dapat dilihat bahwa auditor yang memiliki sikap skeptis akan terus mencari dan menggali bahan bukti yang ada sehingga cukup bagi auditor tersebut untuk melaksanakan pekerjaannya mengaudit. Dengan tidak mudah percaya, cermat dan seksama terhadap apa yang telah dilihat dan disajikan, sehingga dapat menemukan kesalahan-kesalahan atau kecurangan-kecurangan yang bersifat material, dan pada akhirnya dapat memberikan hasil opini audit yang tepat dan sesuai dengan gambaran keadaaan suatu perusahaan yang sebenarya. 2.4. Opini Audit Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2001: SA Seksi 110, Paragraf 01 Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuanganm hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia 2001: SA Seksi 508, Paragraf 03 yaitu opini audit harus didasarkan atas standar auditing dan teman-temannya. Opini audit disampaikan dalam paragraf pendapat yang termasuk dalam bagian laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan kepada pengguna informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Terdapat tujuh unsur bentuk baku yang membangun suatu laporan audit, yaitu: 1 judul laporan, 2 alamat laporan audit, 3 paragraf pendahuluan, 4 paragraf scope, 5 paragraf pendapat, 6 nama KAP, 7 tanggal laporan audit. Opini audit ada pada unsur ke lima yaitu paragraf pendapat, paragraf pendapat merupakan bagian terpenting dalam laporan audit sehingga sering kali seluruh