Prinsip General Sustainability Report

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 506 meningkatkan penggunaan petunjuk ini, yang tersedia secara bebas untuk publik. GRI mengeluarkan The Sustainability Reporting Guidelines sebagai pembuka bagi tanggapan dan pengujian publik dan sebanyak dua puluh satu perusahaan dari seluruh dunia menjadi proyek percontohan bagi panduan tersebut. Tahun 2000, GRI meluncurkan the sustainability reporting guidelines yang diadopsi oleh kurang lebih seratus perusahaan di seluruh dunia.

2.1.4. Corporate Sosial Responsibility

CSR Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Dalam konteks pemberdayaan, CSR merupakan bagian dari kebijakan perusahaan yang dijalankan secara profesional dan melembaga. CSR kemudian identik dengan CSP Corporate Social Policy, yakni strategi perusahaan yang mengintegrasikan tanggung jawab ekonomis korporasi dengan tanggung jawab legal, etis, dan sosial Edi Suharto, 2008. Di Indonesia, perbincangan terus berlanjut seputar konsep dan perjalanan CSR. Ada persetujuan namun ada pula pertentangan. Pihak pemerintah secara khusus membuatkan UU tentang tanggung jawab sosial, yakni dalam UU Perseroan Terbatas Pasal 74. Terlepas dari itu, isu tentang Corporate Social Responsibility CSR semakin menjadi perbincangan hangat. Persoalannya bukan lagi hanya dari aspek sosial, tetapi sudah jauh merasuk ke aspek bisnis dan penyehatan korporasi. Lama-kelamaan, CSR tidak lagi dipandang sebagai keterpaksaan, melainkan sebagai kebutuhan. Dari yang semula dianggap sebagai cost, kini mulai diposisikan sebagai investasi Hasan Asy’ari, β009. 2.2. Keberlangsungan Perusahaan Going concern keberlangsungan hidup adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah Petronela, 2004 dalam Arga dan Linda, 2007. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek Arga dan Linda, 2007. Tujuan keberlangsungan usaha dapat diartikan sebagai maksimasi dari kesejahteraan badan usaha yang merupakan nilai sekarang badan usaha itu terhadap prospek masa depannya. Prinsip keberlanjutan usaha menganggap bahwa badan usaha akan terus melakukan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian dan kegiatan yang sedang berlangsung. Prediksi keberlanjutan usaha suatu badan usaha sangat penting bagi manajemen dan pemilik badan usaha untuk mengantisipasi kemungkinan adannya potensi kebangkrutan, karena kebangkrutan menyangkut terjadinya biaya-biaya baik biaya langsung maupun tidak langsung Wibowo. 2012. Keberlangsungan usaha adalah sebuah kondisi di saat perusahaan memiliki kecukupan dana dalam menjalankan dan mengembangkan usaha. Keberlanjutan usaha sering kali berkaitan dengan kebangkrutan. Perusahaan selalu lebih memperhatikan suatu kondisi yang berpotensi merugikan perusahaan seperti kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan suatu keadaan dimana perushaan mengalami kesulitan keuangan yang menunjukkan adanya masalah likuidasi yang parah dan tidak dapat dipecahkan apabila tidak “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklus i Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 507 melakukan penjadwalan kembali secara besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan Wibowo. 2012.

2.2.1. Penyebab Kebangkrutan

Ada faktor-faktor yang menjadi penyebab kebangkrutan, faktor tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Faktor Umum 1 Sektor Ekonomi 2 Sektor Sosial 3 Sektor Teknologi 4 Sektor Pemerintah b. Faktor Eksternal 1 Sektor pelanggan atau nasabah 2 Sektor Kreditor 3 Sektor pesaing atau bank lain c. Faktor Internal Perusahaan 1 Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah 2 Manajemen yang tidak efisien 3 Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan

2.2.2. Manfaat Prediksi

Keberlangsungan Usaha Menurut Hanafi dan Halim 2003: 261 dalam Wibowo 2012, informasi mengenai prediksi keberlanjutan usaha penting artinya bagi pihak-pihak lain yang terkait seperti berikut ini: a. Pemberi Pinjaman Informasi keberlanjutan usaha dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa saja yang akan diberi pinjaman dan memonitor pinjaman yang ada. b. Investor Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. c. Pihak Pemerintah Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda- tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu, dapat dilakukan lebih awal. d. Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi keberlanjutan suatu usaha karena akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. e. Manajemen Apabila manajemen dapat mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan dapat dilakukan, misalnya dengan melakukan merger atau restrukturasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan dapat dihindari.

2.2.3. Analisis

Keberlangsungan Usaha Dengan Altman Z-Score Untuk mengetahui keberlangsungan sebuah perusahaan maka penulis, dalam penelitian ini akan melakukan penghitungan dengan menggunakan formula untuk mendapatkan Altman Z-Score. Pada tahun 1968, Edward I. Altman memberikan formula yang berfungsi untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Altman mempergunakan angka-angka di dalam laporan keuangan dan merepresentasikannya dalam suatu angka, yaitu Z-Score yang dapat menjadi acuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan berpotensi untuk bangkrut atau tidak. Parahita Irawan, 2011. Formula untuk mendapatkan Altman Z- Score adalah sebagai berikut: Z-Score = 1.2T1 + 1.4T2 + 3.3T3 + 0.6XT4 + 0.999T5 Keterangan: T1 = Working Capital Total Assets T2 = Retained Earnings Total Assets T3 = Earnings Before Interest and Taxes Total Assets T4 = Market Value of EquityTotal Liabilities T5 =Sales Total Assets