Saran Hasil penelitian hipotesis

PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi B erkelanjutan” 448 Service Quality vol. 16, No. 6, 575- 594. Tsoukatos, Evangelos, Rand, Graham K. 2007. Cultural influence on service quality and customer satisfaction: evidence from Greek insurance. Managing Service Quality , vol. 17, No. 4, 467-485. Vandenberghe, Christian, et al., 2007. An Examination of the Role of Perceived Support and employee commitment in Employee- Customer Encounters. Journal of Applied Psychology , vol. 92, No. 4, 1177-1187. Won, Moo Hur, Tae, Won Moon, Yeon, Sung Jung 2015. Customer response to employee emotional labor: the structural relationship between emotional labor, job satisfaction and customer satisfaction. Journal of Services Marketing , vol. 29, No. 1, 71-80. Yuanqiong He, Wenli Li, Kin Keung Lai 2011. Service Climate, Employee commitment and customer satisfaction: Evidence from the hospitality industry in China. International Journal of Contemporary Hopspitality Management , vol. 23, No. 5, 592- 607. “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 449 PENGARUH KEPEMILIKAN PUBLIK, PERSENTASE RETURN ON ASSSETS DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR Iin Rosini , Ardianti Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan Email:hafizh_iinyahoo.com ABSTRACT This study aimed to testeffect of ownership public, the percentage of ROA and financial distress to the auditor switching. The analysis used was the logistic regression analysis. This type of research is classified in quantitative research. Data collection techniques with documentation techniques. The population in this research is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange BEI in 2011 to 2015 as many as 143 companies. The Sample selection using purposive sampling method. The data sample get as many as 21 companies. The results showed that financial distress significant effect on auditor switching and in simultan Public Ownership, Percentage Return on Assets and Financial Distress significant effect on auditor switching. While out Public Ownership and Percentage Return on Assets non significant on auditor switching. Key Words: Public Ownership, Percentage Return on Assets, Financial Distress, Auditor Switching ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan publik , persentase return on assets dan financial distress terhadap pergantian auditor. Penelitian ini menggunakan model regresi logistic logistic regression. Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat kuantitatif.Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder.Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 sebanyak 143 perusahaan.Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang diperoleh sebanyak 21 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor dan secara simultan kepemilikan publik, persentase return on assets dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor.Sedangkan, untuk kepemilikan publik dan persentase return on assets tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Kata Kunci: Kepemilikan Publik, Persentase Return on Assets ROA, Financial Distress, Pergantian Auditor, Auditor Switching. Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkel anjutan” 450

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini perusahaan terbuka atau yang sering disebut dengan istilah perusahaan go public semakin banyak. Perusahaan go public wajib melakukan audit atas laporan keuangannya agar informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bisnis yang tepat bagi para pemangku kepentingan. Maharani dan Purnomosidhi 2012 dalam Ni Made Dewi Anggun Jayanti Ni Luh Sari Widhiyani 2012 mengungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan satu-satunya sumber informasi bagi pemegang saham, sehingga dengan dilakukannya audit, informasi yang tersedia dalam laporan keuangan menjadi relevan dan reliable bagi pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Asimetri informasi dan agency conflict merupakan suatu hambatan untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat diandalkan dalam pembuatan keputusan akuntansi. Asimetri informasi berarti bahwa terjadi ketidakseimbangan jumlah informasi yang diterima oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Dimana, manajer sebagai pihak yang mengelola perusahaan memiliki informasi internal mengenai prospek perusahaan di masa mendatang yang lebih banyak daripada para pemilik modal atau investor. Agency conflict merupakan konflik yang muncul karena perbedaan kepentingan diantara manajer agent dan para pemegang saham pemilik perusahaan investor principal. Oleh karena adanya asimetri informasi dan agency conflict , diperlukan pihak ketiga diantara pihak-pihak yang berkepentingan, guna melakukan pemeriksaan terhadap kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. Pihak ketiga ini yang auditor, auditor sebagai pihak ketiga diharapkan dapat obyektif dan independen dalam melakukan audit atas laporan keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan keandalan dari laporan keuangan. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan profesi akuntan publik. Kantor Akuntan Publik KAP juga semakin bertambah, dikarenakan perusahaan terbuka wajib menyusun laporan keuangan audit yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan SAK dan perusahaan tersebut harus diaudit oleh akuntan publik yang telah terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam. Dengan semakin banyaknya Kantor Akuntan Publik KAP yang beroperasi, maka memberikan pilihan kepada perusahaan untuk tetap menggunakan KAP yang sama atau melakukan pergantian KAP auditor switching. Oleh karena itu terjadi persaingan antar kantor akuntan publik untuk mendapatkan klien perusahaan dengan cara berusaha memberikan jasa audit sebaik mungkin. Jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh seorang auditor, maka perusahaan akan mengganti auditor yang dipandang lebih memiliki independensi dan kredibilitas yang tinggi. Nasser et al. 2006 menganjurkan untuk dapat mempertahankan sikap obyektif auditor diperlukan rotasi wajib auditor, karena rotasi auditor dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam melindungi publik melalui peningkatan kewaspadaan terhadap setiap kemungkinan ketidaklayakan, peningkatan kualitas pelayanan dan mencegah hubungan yang lebih dekat dengan klien. Rotasi auditor adalah pergantian atau perputaran auditor yang harus dilakukan oleh perusahaan, dengan tujuan untuk menghasilkan kualitas dan menegakkan independensi Nabila, 2011 dalam I Wayan Deva Widia Putra 2014. Seiring dengan munculnya kasus kecurangan akuntansi pada perusahaan publik seperti Enron dan Worldcom di Amerika mengakibatkan banyak investor “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 451 yang dirugikan. Begitu pula kasus yang terjadi di Indonesia, PT. Kimia Farma, Tbk sempat tidak mendapatkan kepercayaan dari pemegang sahamnya sendiri yang disebabkan penyajian penjualan yang overstated dan tidak mampu dideteksi oleh KAP. Merespon kasus yang terjadi pada Enron dan Worldcom di Amerika, dengan menerbitkan Undang-Undang Sarbanes- Oxley Act SOX pada Juli 2012 untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. SOX mengatur antara lain mengenai pembatasan penggunaan jasa akuntan publik, yaitu maksimal 5 lima tahun buku berturut-turut. Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan pergantian KAP secara berkala dalam kurun waktu tertentu. Pemerintah telah mengatur kewajiban pergantian KAP tersebut dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor γ59KMK.06β00γ tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal β sebagai Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423KMK.062002. Peraturan ini membahas mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik selanjutnya disebut KAP paling lama untuk 5 lima tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut- turut. Kemudian peraturan tersebut disempurnakan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan adalah pertama, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 tiga tahun buku berturut-turut pasal 3 ayat 1. Kedua, akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama pasal 3 ayat 2 dan 3. Peraturan ini kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 2015, tentang praktik akuntan publik dalam pasal 11 ayat 1 bahwa “pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 1 huruf a terhadap suatu entitas oleh seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 lima tahun buku berturut- turut”. Dan pasal 11 ayat 4 “Akuntan publik dapat memberikan kembali jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap entitas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 setelah 2 dua tahun buku berturut-turut tidak memberikan jasa tersebut. Keputusan Menteri Keuangan tersebut, diharapkan dapat mempertahankan independensi auditor sehingga kualitas audit menjadi lebih tinggi. Menurut Febrianto 2009, dalam Wijayani, 2011 pergantian auditor bisa terjadi secara voluntary sukarela atau secara mandatory wajib. Jika pergantian auditor terjadi secara voluntary sukarela, maka faktor-faktor penyebab dapat berasal dari sisi klien misalnya kesulitan keuangan financial distress , manajemen yang gagal, perubahan manajemen CEO, Persentase ROA, kepemilikan publik dan sebagainya dan dari sisi auditor misalnya fee audit, kualitas audit, ukuran KAP, dan sebagainya. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara mandatory , seperti yang terjadi di Indonesia, hal itu terjadi karena adanya surat keputusan kementarian tersebut. Salah satu faktor pemicu terjadinya pergantian auditor adalah kesulitan keuangan financial distress yang dialami perusahaan. Hal ini terjadi