Uji Validitas Uji Instrument

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 760 dapat dikatakan valid jika adanya korelasi yang signifikan dengan skor totalnya, hal ini menunjukkan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkap suatu yang ingin di ungkap Duwi Priyatno, 2014: 51. Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini, digunakan uji korelasi Pearson Produck Moment dengan ketentuan jika r hitung nilai r tabel maka item pernyataan dinyatakan valid. Dengan demikian, istrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. 3.3.3.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisoner yang merupakan indikator dari variabel atau kontrak. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu Imam Ghozali, 2011: 47. Reliabel instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas. Untuk mengukur reliabilitas konsistensi internal peneliti menggunakan teknik cronbach alpha, dimana besaranya nilai alpha yang dihasilkan dibandingkan dengan indeks. Ukuran tersebut dapati dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Cronbach Alpha Koefisien Tingkat Hubungan 0,600 Kurang Baik 0,601-0,690 Diterima 0,700 Baik Sumber: Duwi Priyanto 2010: 64

3.3.4. Uji Asmsi Klasik

3.3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahi sebuah model regresi yaitu variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data, peneliti menggunakan Sample One Sample Kolmogrov-Smornov Jika nilai Asymp. Sig 2-tailed nilai taraf signifikansi 0,05, maka berdistribusi normal dan dilengkapi dengan pengujian grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized. Dasar pengambilan keputusan antara lain: a. Jika data menyeber di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, b. Jika data menyeber jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diahonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.3.4.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas artinya antar variabel independen yang dalam model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel bebasnya Dwi Priyatno, 2014: 99. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance inflantion Factor VIF dan tolerance value untuk masing- masing variabel indevenden. Apabila tolerance value 0,10 dan VIF 10 maka dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas.

3.3.4.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksaman varians dari residual atas suatu pengamat ke pengamatan lain. Jika varians dari residual sautau pengamatan ke “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 761 pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedatisitas dan jika bebeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini mengunakan uji spearman’s rho. Pengujian ini mengkorelasikan variabel indevenden dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual didapat signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas. 3.3.5. Koefisien Determinasi R Square R 2 Koefiseien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serantak variabel independen terhadap variabel dependen Dwi Priyatno, 2014: 142.

3.3.6. Uji F F-test

Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama terhadap variabel dependen atau terikat. Dapat dihitung dengan rumus: Pengujian dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu: Kriteria Uji: a. Jika F hitung F tabel pada = 5 maka H ditolak dan H 1 diterima berpengaruh. b. F hitung F tabel pada = 5 maka H diterima dan H 1 ditolak tidak berpengaruh. Dengan tingkat kepercayaan α untuk pengujian hipotesis adalah 95 atau α = 0,05. 3.3.6. Analisis Regresi Berganda Untuk mengungkap pengaruh variabel yang dihipotesiskan dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis regresi berganda. Model ini digunakan terdiri dari dua variabel bebas yaitu Moralitas Individu X 1 dan Kompensasi Perusahaan X 2 dan satu variabel terikat yaitu Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Y. Untuk mengetahui pengaruh variabel indevenden terhadap variabel dependen maka digunakan regresi berganda, dalam hal ini persamaanya sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Dimana: Y = Kecenderungan Kecurangan Akuntansi a = Konstanta b 1,2 = Koefisien regresi dari variabel indevenden X 1 = Moralitas Individu X 2 = Kompensasi Perusahaan e = Epsilon variabel-variabel independen lain tidak diukur dalam penelitian yang mempunyai pengaruh terhadap variabel lain.

3.3.7. Uji t t-test

Menguji apakah secara terpisah variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat secara baik. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan regresi berganda pada tingkat signifikansi α = 0,05. Kriteria uji t: Jika t hitung ≤ t tabel berarti H diterima, H a dtolak Jika t hitung ≥ t tabel berarti H ditolak, H a diterima Hipotesis yang akan dijwab dengan menggunakan uji signifikan adalah: H 01 : Tidak terdapat pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. H a1 : Terdapat pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi H 02 : Tidak terdapat pengaruh kompensasi perusahaan terhadap kecenderungan kecurangan akuntasi H a2 : Terdapat pengaruh kompensasi perusahaan terhadap