Uji Heteroskedastisitas Uji Validitas

PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi B erkelanjutan” 350 informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependen Ghozali, 2016. 3.2.7 Pengujian Hipotesis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh orientasi etika, pengalaman dan komitemen terhadap sensitivitas etika auditor KAP di Tangerang dan Tangerang Selatan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science SPSS v. 23. Persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + e Keterangan: Y = Sensitivitas Etika α = Konstanta 1 - 5 = Koefisien Regresi X 1 = Idealisme X 2 = Relativisme X 3 = Pengalaman X 4 = Komitmen Profesional X 5 = Komitmen Organisasional e = Error Term Setelah melakukan pengujian validitas, reliabilitas, normalitas dan pengujian atas asumsi-asumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas hipotesis. Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fit . Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi R 2 , dan nilai statistik t. a. Uji Signifikan Parameter Individual Uji Statistik t Uji T ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi dan seberapa besar pengaruh variabel masing-masing independen terhadap variabel dependennya. Untuk mengetahui koefisien variabel independen memiliki hubungan yang signifikan atau tidak terhadap variabel dependennya, dapat dilihat dari probabilitasnya. Jika prob t-statistik lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat signifikansi. Sedangkan jika prob t-statistik lebih kecil dari 0,05 maka terdapat signifikansi. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujiannya adalah dengan merumuskan hipotesis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Menentukan tingkat signifikansi pada uji dua sisi αβ = 0,0β5, kemudian menentukan besarnya signifikansi t masing-masing variabel yang diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS. Jika tingkat probabilitas sig. t αβ = 0,0β5 maka hipotesis diterima. b. Uji Signifikansi Model Uji Statistik F Uji F adalah uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama- sama terhadap variabel terikatnya. Uji stastik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen untuk mengambil keputusan hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkatan signifikasi 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.3 Operasional Variabel

3.3.1 Sensitivitas Etika

Shaub et al. 1993 dalam Aziza dan Salim 2007 menyatakan bahwa sensitivitas etika adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan. Penelitian Irawati dan Supriyadi 2012 mengukur sensitivitas etika dengan memodifikasi “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 351 skenario sensitivitas etika Shaub 1989 yang terdiri dari kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi dan judgement akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Variabel sensitivitas etika Y diukur dengan menggunakan 4 indikator berupa kasus-kasus yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. Indikator sensitivitas etika dijabarkan dalam kasus 1 sd 4 pada lampiran kuesioner penelitian. Responden diarahkan untuk menilai tingkat indikasi pentingnya 4 kasus yang disajikan. Penilaian dimulai dari indikasi kasus sangat tidak penting STP 1, tidak penting TP 2, penting P 3, dan sangat penting SP 4. 3.3.2 Orientasi Etika Orientasi etika merupakan alternatif pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda. Orientasi etika diasumsikan dibentuk melalui pengalaman pribadi dan lingkungan budaya dengan menggunakan skala idealisme dan relativisme. Forsyth 1980 mengidentifikasi idealisme dan relativisme sebagai prediktor penting penilaian moral. Idealisme adalah sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Relativisme adalah sikap penolakan terhadap nilai- nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Irawati dan Supriyadi 2012 membuat pengukuran idealisme dengan mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Idealisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth 1981 yaitu memastikan hasil audit tidak merugikan pihak lain, toleransi terhadap suatu kerugian, evaluasi terhadap suatu tindakan, tindakan yang berkaitan dengan fisik dan psikologis, sikap profesional, introspeksi diri, penilaian moral, kesejahteraan, pengorbanan, dan penilaian suatu tindakan ideal. Variabel idealisme X 1 diukur dengan 10 pernyataan yang berkaitan dengan sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju STS 1, tidak setuju TS 2, setuju S 3, dan sangat setuju SS 4. Relativisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth 1981 yaitu pertimbangan kode etik, aturan etika audit pada berbagai situasi, subjektivitas, karakteristik prinsip-prinsip moral, penilaian etis terhadap suatu tindakan individu, prinsip-prinsip moral individu, pertimbangan moral, penetapan aturan etika, formulasi kebohongan, dan situasi yang mempengaruhi kebohongan. Variabel relativisme X 2 diukur dengan 10 pernyataan yang berkaitan dengan sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju STS 1, tidak setuju TS 2, setuju S 3, dan sangat setuju SS 4.

3.3.3 Pengalaman

Pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal Asana, 2013. Gusnardi 2003 mengukur pengalaman audit berdasarkan jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti oleh auditor. Variabel pengalaman X 3 diukur dengan menggunakan 4 indikator yang dikembangkan Gusnardi 2003.