Hubungan Surat Himbauan Hubungan

“Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 377 memiliki kekuatan hukum, untuk memaksa Wajib Pajak. Di dalam Himbauan yang diberikan kepada Wajib Pajak, ketika PKP tidak memberikan respon atas dugaan belum terpenuhinya kewajiban perpajakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pemeriksaan bertujuan untuk menguji kepatuhan serta mendeteksi adanya kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan juga mendorong mereka untuk membayar pajak dengan jujur sesuai ketentuan yang berlaku. Meskipun dalam penelitian yang dilakukan oleh Dedy 2014 menyatakan bahwa penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayara SKPKB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan PPN. Ada hal menarik untuk melakukan penelitian kembali atasSurat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB. Fungsi SKPKB itu sendiri adalah sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang, sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi, sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak. Peran pemeriksaan pajak dalam mengeluarkan SKPKB sekecil apapun, akan tetap menentukan besarnya penerimaan Pajak Pertambahan Nilai karena ada keharusan bagi Wajib Pajak yang diperiksa untuk memenuhi kewajibannya. Oleh sebab itu, dibuatlah sebuah hipotesis penelitian sebagai berikut: H 3 : Jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

2.7.4 Hubungan

STP dan Penerimaan PPN Surat Tagihan Pajak STP diterbitkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Account Representative AR. Pengawasan yang dilakukan oleh AR salah satunya adalah dengan melakukan penelitian terhadap WP, ketika WP yang diteliti tidak menaati peraturan perpajakan maka AR mempunyai kewajiban untuk menerbitkan STP. Semakin banyak jumlah STP yang diterbitkan oleh AR untuk PKP maka semakin sering penelitian pajak yang dilakukan oleh AR. Semakin sering dilakukannyapenelitian pajak oleh AR,semakinmeningkat kesadaran kepatuhan Wajib Pajak serta semakin minim kemungkinan kecurangan dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan khususnya dalam hal perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terhutang yang dilakukan oleh Wajib Pajak, sehingga akan meningkatkan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uraian di atas telah dilakukan oleh Ika 2013 menyatakan bahwa penerbitan Surat Tagihan Pajak memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai danDedy 2014 menyatakan bahwa penerbitan Surat Tagihan Pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan PPN. Namun, dalam penelitian yang dilakukan olehVegirawati 2011 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif penerbitan Surat Tagihan Pajak dengan Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: H 4 : Jumlah Surat Tagihan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan data sekunder dari arsip KPP Pratama Serang. Adapun arsip data yang dijadikan sampel penelitian adalah data dari Januari 2012 - Desmber 2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunkan untuk memilih sampel adalah PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi B erkelanjutan” 378 sebagai berikut : 1 Pengusaha Kena Pajak terdaftar di KPP Pratama Serang selama periode 2012-2014, 2 dokumen- dokumen resmi berupa jumlah penerimaan Pajak, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai PPN, SPT Masa PPN yang dilaporkan, Surat Himbauan yang diterbitkan, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, dan Surat Tagihan Pajak STP yang dikeluarkan selama periode 2012-2014. Data yang didapat tersebut dapat langsung digunakan oleh penulis untuk melanjutan hasil penelitian dan menjawab poin-poin yang menjadi pokok permasalahan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Jumlah SPT Masa PPN X 1 Indikator Pengukuran Variabel : Persentase perubahan jumlah SPT Masa PPN yang dilaporkan. Surat Pemberitahuan Masa PPN merupakan salah satu wujud nyata dari self assessment system yaitu sarana bagi Pengusaha Kena Pajak untuk menghitung dan melaporkan sendiri kewajiban PPN- nya. Dengan menggunakan perhitungan indeks pendeflasian data deret waktu Awat, 1995:547 menghitung kenaikan jumlah SPT masa PPN yang dilaporkan oleh PKP setiap bulannya. Perhitungan dimulai dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2014. Jumlah SPT Masa PPN bulan t – Jumlah SPT Masa PPN bulan t-1 x 100 Jumlah SPT Masa PPN bulan t-1 2. Jumlah Surat Himbauan X 2 Indikator Pengukuran Variabel : Persentase perubahan jumlah Surat Himbauan yang diterbitkan setiap bulan. Surat Himbauan adalah surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan berdasarkan hasil penelitian internal untuk meminta klarifikasi kepada Wajib Pajak terhadap adanya dugaan belum dipenuhinya kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan menggunakan perhitungan indeks pendeflasian data deret waktu Awat, 1995:547 menghitung kenaikan jumlah SPT Pembetulan yang dikeluarkan oleh fiskus setiap bulannya. Perhitungan dimulai dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2014. Jumlah Surat Himbauan bulan t – Jumlah Surat Himbauan bulan t-1 x 100 Jumlah Surat Himbauan bulan t-1 3. Jumlah SKPKB X 3 Indikator Pengukuran Variabel : Persentase perubahanjumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB setiap bulan. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran